Menjadi siswi disalah satu sekolah besar yang ada di indonesia bukan hal mudah, Kinal, gadis yang selalu tekun dalam belajar mulai kesulitan menghadapi persaingan prestasi di sekolah ini, mau bagaimana pun dan siapapun pasti ingin menjadi yang terbaik, manusia memang selalu mendokrin dirinya sendiri untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal, walau manusia diciptakan sebagai mahluk paling sempurna, tetap saja sesempurna apapun, Tuhan lah paling sempurna, dan manusia punya batas kemampuan.
Beruntunglah, Kinal masih menjadi salah satu diantara siswi berprestasi yang mengikuti ajang olimpiade tahun ini, ini adalah salah satu tujuannya, dalam belajar dia tak mau bermain-main, bukannya seperti itu kan? Seorang pelajar tugasnya memang belajar.
Sekarang saja waktu istirahatnya dia gunakan untuk pergi ke perpustakaan, olimpiade akan di laksanakan tiga bulan lagi, dia tak mau bersantai-santai untuk hal yang tak jelas.
Dia ingin membuktikan pada semua orang didunia, bahwa tidak semua anak yang tumbuh dalam keluarga yang tak utuh, tak bisa berprestasi.
Lembar demi lembar dia baca, perpustakaan di jam istirahat memang terasa ramai, tak terkecuali suara decakan dari belakangnya, mampu mengusik ketenangannya dalam belajar, dia menoleh, mendapati Yona dengan muka geramnya, dia melihat kaki Yona yang berjinjit berusaha mengambil buku yang memang berada di rak paling atas.
Dia tersenyum, menurutnya wajah Yona yang galak terlihat lebih galak saat sedang seperti itu.
"Pendek." Monolognya, dia menahan tawanya, kemudian menutup bukunya. Dia berjalan mendekat pada Yona.
Dia yang memiliki tinggi 164cm, memang dengan leluasa mengambil buku yang hendak Yona ambil, tinggi Yona hanya 157cm wajar saja kalau dia tak sampai untuk mengambil buku di rak paling atas. Kinal memberikan buku itu, saat tangannya terulur memberikan buku itu, Yona malah diam, memandanginya dari ujung kaki hingga rambut, dia jadi mengikuti apa yang sedang Yona perhatikan, dia rasa tak ada yang aneh dengan penampilannya hari ini, kenapa Yona melihatnya seperti itu?
"Kenapa?" Tanyanya pada Yona.
Yona menggeleng, mengambil buku yang dia berikan tanpa mengucapkan kata apapun, Yona berjalan pergi meninggalkannya.
"Aneh." Monolognya lagi. Dia yang masih penasaran pada Yona, mengikuti dimana Yona duduk dan membaca bukunya.
Lagi dan lagi, Yona seperti seseorang yang tak biasa melihat sosoknya. Hanya memandang tak berkata apapun, selalu seperti itu.
"Masih marah?" Katanya, dia jadi mengingat kejadian saat pertama kalinya dia dan Yona bertemu.
Dia jadi berfikir kalau Yona memang masih menyimpan rasa kesal terhadanya, karna semenjak kejadian itu, Yona sama sekali tak pernah berbicara apapun.
"Aku minta maaf. Aku gak bermaksud, liat da-"
Ucapannya terpotong saat Yona membulatkan matanya, Yona pikir Kinal berbicara terlalu keras, dan saat Kinal menengok sebelah kanan dan kirinya, benar saja semua orang sedang memperhatikan mereka berdua.
"Eu..So-ry" kata Kinal memberikan senyum canggungnya, Kinal membuka bukunya, kemudian setengah berbisik dia berbicara pada Yona lagi, matanya menatap Yona yang sudah menunduk sibuk membaca.
"Aku minta maaf. Kejadian waktu itu, kamu salah paham."
Yona diam saja, Kinal seakan sedang berbicara dengan patung, Kinal jadi berfikir, mungkin ini yang menyebabkan Nina tak dekat dengan Yona, Yona aneh.
"Apa kamu gak bisa ngomong?"
Kali ini Yona mengangkat kepalanya, tatapannya yang tajam bagai harimau yang lapar membuat Kinal meringis, Kinal jadi tersenyum, menyentuh pundak Yona dengan ragu.
"Hehe..Sory, sory, lanjutin aja bacanya."
Kinal jadi tak berani untuk menanyakan apapun dengan Yona lagi, dia memilih melanjutkan belajarnya walau dengan perasaan yang waswas.
"Ini perpustakan, kita bisa berbicara nanti."
Baru saja Kinal mengangkat kepalanya mendengar Yona berbicara, tapi Yona sudah berjalan keluar dari perpustakaan, meninggalkan Kinal yang bingung, baru kali ini mendapati orang seperti Yona.
..
.
.Ditengah ramainya sekolah, untaian rindunya malah seakan bersenandung lewat syair dan lagu yang dia sendiri tak tahu apa bisa terbayar untaian rindunya lewat itu.
Sekarang dia membayangkan sosok dalam imajinasinya hadir membawa lembaran-lembaran rindunya yang selalu dia serahkan padanya, tapi rindu itu seakan tak pernah sampai dan tak pernah bisa dia ungkapkan.
Rindu telah membawanya pada saat dimana dia harus terdiam memikirkan rindunya.
Seuntai rindu, yang dia tak tahu kapan bias terungkap.Dia tak habis fikir kenapa daya akal yang hanya dia fikirkan kini bisa berwujud nyata yang bisa dia lihat, ini bukan sebuah imajinasi yang biasa dia bayangkan, dia masih tak bisa menerima ini, dia masih belum bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Kinal terlalu nyata jika untuk dikatakan sebagai imajinasi.
Pantulan dirinya di cermin terlihat menyedihkan, dia menyentuh dadanya sendiri, disana jantungnya berdetak tak seperti biasanya, Kinal lah penyebabnya.
Wajahnya yang redup dia basuh dengan air dingin, dingding putih dengan pintu-pintu berjajar yang terbuka, kamar mandi sekolah terasa sepi, terasa hanya dialah manusia yang hidup disini, dia menatap dirinya sendiri seperti seseorang yang takut menerima kenyataan.
Dalam diamnya, tiba-tiba suara yang sangat dia rindukan hadir ditengah kegusaraan hatinya.
"Yona-"
Sosok itu hadir berdiri di hadapannya, air matanya tanpa dia duga turun begitu saja, rasa rindunya tak bisa di bendung lagi.
Dia menangis, mulai melangkah mendekat pada sosok itu.
Dia yang rindu tak bisa menahan lagi semuanya, dia langsung memeluk seseorang dihadapannya. Memeluknya begitu erat, meremukan segala kerinduannya.Sedangkan yang dipeluk merasa bingung, dia tentu iba melihat Yona menangis, ternyata seseorang yang terlihat galak seperti Yona, mempunyai sebuah kesedihan yang tak pernah dia tau. Sebagai teman, dia membalas pelukaan itu, menenangkan Yona yang menangis.
"Kenapa menangis? Siapa yang membuatmu menangis?"
Dalam isakan tangisnya Yona berbicara tak jelas, tapi suara itu masih bisa didengar.
"Kamu, kamu yang buat aku menangis."
Bersambung.
#TeamVeNalID
Terkadang banyak orang yang terlena akan kebahagian yang tak nyata dengan mengabaikan kebahagian sesungguhnya.
Teruntuk kalian yang selalu berharap akan sebuah imajinasi yang membahagiakan, berhentilah untuk memejamkan mata, buka lah mata kalian dan lihat betapa banyak kebahagian yang harus kalian rasakan.
-Masha
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE [END]
FantasyBayangkan jika hidup bisa seperti apa yang kita bayangkan. Cover by Widya Syarif.