2.4

589 148 13
                                    

Hari ini, dimana mentari tidak menampakan diri seutuhnya.
Dia ada, tapi sinarnya tak sehangat biasanya.

Tertutup, mendung.

Kata orang hujan akan turun, membasahi tanah yang kering.
Apakah sang mentari sedang merasa perih? lalu menumpahkan tetesan air ke bumi.

Hari ini matahari membeku dingin.
Ternyata ia sedang cemburu.
Pada bulan yang selalu memberi sapa, saat pergantian pagi dan malam.
Hari ini sapa itu terbagi dan mentari mulai iri.

Dia sama sekali tak ingin ini semua berakhir, biarlah waktu berhenti untuk saat ini, dia hanya ingin berdua saja, tak ingin apa-apa lagi.

Suara bell sekolah yang mengurai suasana pun tak ia hiraukan, dia masih menangis seakan semua akan hilang detik ini juga.

Tapi Kinal, yang sedang dia peluk, merasa ini sudah terlalu lama, bahkan telinganya pengang mendengar suara tanigsan dari Yona.

"Euu.. Yona, sampai kapan kamu menangis? Bell masuk sudah berbunyi." Kata Kinal, berucap dengan hati-hati.

Isakan suara tangis Yona memelan, dia memgeratkan pelukaannya pada Kinal, memberitahu kalau dia masih ingin bersamanya.
"Aku tidak peduli."

"Hm tapi aku ditunggu kepala sekolah sekarang. Aku bisa menemanimu nanti."

Tiba-tiba tangisan Yona berhenti,dia mengangkat kepalanya yang sedari tadi berada pundak Kinal, dia menatap tak percaya apa yang dia lihat, wajah Kinal sangat dekat dari wajahnya.

"Kinal???"

Kinal hanya balik memandang Yona dengan tatapan teduhnya.

Ketika kesadaraanya benar-benar kembali, dia mendorong Kinal,melepaskan pelukaan itu. "Kenapa lo meluk gw??"

Kinal yang diperlakukan seperti itu jadi bingung, kenapa Yona seakan kaget kalau sedari tadi dia yang dipeluk. Dan kenapa Yona bertanya seakan dia tak tahu apa-apa, jelas-jelas, Yonalah yang memeluknya, bahkan sama sekali tak ingin dilepaskan.

"Bukan aku yang meluk kamu, tapi kamu yang meluk aku."

Yona menggeleng tak percaya, matanya berkeliling, seakan mencari apa yang sedang dia cari, karna menurutnya, yang dia peluk adalah sosok imajinasinya, bukan Kinal, tapi dia harus menelan rasa kecewanya, sosok itu tak ada dan tak pernah ada.

Melihat Yona, seperti seseorang yang sedang merasakan sakit, Kinal mulai mendekat, mencoba menyentuh tangan Yona, Kinal tidak mengerti kenapa Yona bersikap seperti ini.

"Yona.."

Yona mengangkat tangannya, memberi tahu Kinal agar tak lebih dekat, Kinal jadi menghentikan langkahnya, sekarang Yona malah meluruhkam tubuhnya, dia menangis menggelamkan kepalanya pada kakinya yang dia tekuk, Kinal tak bisa jika harus diam dan melihat, dia memaksa mendekat dan langsung membawa Yona kembali pada pelukaanya.

"Menangislah sepuasnya, aku gak tahu apa masalahmu, tapi aku tahu, kamu sedang tidak baik-baik saja."

Yona tidak menolak, walau dia tak membalas pelukaan Kinal, tapi dia merasa pelukaan Kinal benar menenangkan, dia kini sadar kalau nanti Kinal akan menganggapnya aneh, kalau Kinal akan berfikir yang tidak-tidak tentangnya, biarlah, Yona tidak peduli, karna pada kenyataanya, dia saja tak pernah mengerti kenapa harus seperti ini.



..
.
.



Suatu waktu dia mengingat suara yang berkata. "Aku ada karna kamu yang menginginkanku ada."

Dia berfikir lagi, kemaren, sekarang dan bahkan nanti, dia selalu meningingkannya ada, tapi kenapa dia tak pernah hadir lagi?

Dan dia mengingat tentang kata "Tinggalkan aku dan temui aku ditempat yang berbeda"

Dia semakin tak mengerti tentang semua yang hilang begitu saja.

Dia berjalan dengan gontai, dia baru saja keluar dari ruang guru, meminta izin untuk pulang lebih dulu, bukan tanpa alasan, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas membuat dia semakin berfikir yang tidak-tidak.

Saat kakinya sampai didepan kelasnya, hendak mengambil tas, dia melihat Kinal yang berdiri, menggendong tasnya.

Seakan tak peduli, dia masuk kedalam kelasnya begitu saja tanpa bertanya sedang apa Kinal didepan kelasnya, padahal waktu pulang masih lama, jadi tidak mungkin kalau Kinal menunggu Nina.

Dia pun keluar kembali, membawa serta tasnya, Kinal masih ada bahkan kini Kinal tersenyum seakan menyapa wajah datarnya yang tak pernah tersenyum.

Dia hanya menanggapinya dingin, kemudian dia mulai berjalan, gerakan langkah kakinya seperti bergema, seperti ada yang mengulang gerak kakinya. Dia jadi menoleh, mendapati Kinal yang berada dibelakangnya.

"Aku anter kamu pulang." Kata Kinal.

Yona langsung membalikan kepalanya lagi, dia berjalan lagi tak perduli."Gak usah."

Dan Kinal juga tak perduli dengan sebuah penolakan dari Yona. "Gapapa, kalau aku belajar pun percuma."

Dan kini Kinal berjalan berdampingan dengan Yona, dia menatap wajah samping Yona yang terlihat pucat.
"Aku khawatir. Aku ikut bertanggung jawab dengan keadaan kamu sekarang."

"Gak usah berlebihan, gw gak apa-apa."

Kinal tersenyum, lagi-lagi Kinal sedang tak peduli dengan sebuah penolakaan, dia meraih tangan Yona, menggenggamnya, dia rasa Yona sedari tadi berjalan dengan sangat lemas dan pelan, dia hanya takut tiba-tiba tubuhnya itu ambruk begitu saja.

Karna tangannya yang digenggam, Yona menghentikan langkahnya, menatap tajam tangan Kinal yang menggenggamnya, dia berusaha melepaskan tangannya. "Lepas!"

Ntah apa yang membuat Kinal peduli pada Yona, bahkan Yona sama sekali tak pernah bersikap ramah terhadapnya. Kinal mulai berjalan lagi dengan Yona yang terus ingin melepaskan genggamanya.

"Lepas Kinal!" Kata Yona menghempaskan tangan Kinal cukup keras, langkah itu jadi berhenti lagi, kini mereka saling berhadapan dengan sorot mata Kinal yang tak biasa, Kinal terlihat geram akan sebuah penolakaan.

"Bisakah diam untuk kali ini?" Kata Kinal, menatap Yona. "Aku hanya tidak mau disalahkan karna kamu yang sakit, dan mengatakan pada semua orang kalau kamu menangis karnaku."

Yona diam saja, terkesiap akan tatapan Kinal yang selalu membuat dia semakin merindukan sosok imajinasinya, melihat Yona yang hanya diam, Kinal kembali meraih tangan Yona, membawa Yona untuk mengikuti langkahnya. Kali ini Yona tak memberontak, sepanjang langkahnya, pandangan Kinal hanya menatap kedepan sedangkan Yona menatap terus tangannya yang digenggam, dan dia sedang menikmati tiap ritme jantungnya yang berdetak hebat.

Motornya yang pagi tadi kehabisan bensin, sudah terparkir dihalaman sekolah, dia sangat berterimakasih pada Diandra yang membantunya. Dia tidak tahu kalau hari ini dia akan pulang berdua, karna pagi tadi dia berangkat secara terpisah dengan Nina, dia jadi tak membawa dua helm, karna Nina membawa motor sendiri.

Dia mengambil helm itu lebih memilih memeberikannya pada Yona.

"Aku cuman bawa satu helm, kamu pake aja gapapa." Kata Kinal menyodorkan helmnya pada Yona, tapi Yona malah memandangnya seakan kenapa harus aku yang memakainya?

Kinal sedikit menghembuskan nafasnya, dia jadi memakaikan helm itu langsung pada kepala Yona.

"Kamu lagi sakit." Kata Kinal.

Klik,

suara helm itu terkunci terpasang dikepala Yona, detak jantungnya belum sama sekali rileks, Kinal malah memberikan jaketnya, lagi-lagi Yona hanya diam.

"Apa mau aku pakein juga?"

Yona jelas menggeleng, dengan cepat, langsung mengambil jaket itu dan memakainya.







































Bersambung.

#TeamVeNalID

Teman atau bukan, sebagai manusia seharus nya memang saling membantu.
-Masha

IMAGINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang