1.3

883 194 10
                                    

Sekolah yang terasa membosankan akhirnya berakhir, aku dan Diandra sudah berada dikamar, Diandra sengaja ikut denganku untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru Fisika tadi, karna tak mengerjakan tugas kemaren aku dan Diandra malah mendapat hukuman mengerjakan tugas dua kali lipat.

Sebenarnya tugas kemaren itu sudah aku kerjakan hanya karna Diandra yang malas tak mau mengerjakan jadi aku juga harus ikut andil dalam sandiwara nya, agar dia tak dihukum sendiri, sebagai teman yang setia ya ku iyakan saja, alhasil sekarang jadi bertambah tugas yang harus ku kerjakan.

Gadis seperti Diandra memang akan cuek mengenai masalah pelajaran atau bahkan aturan sekolah. Sebenarnya aku juga begitu, hanya masih sedikit lebih baik dibanding dia.

"Haa... capek, enak kan Yon bisa pulang lebih cepet?"

Memang benar, aku dan Diandra dipulangkan lebih cepat perihal tugas tadi, karna Fisika berada di jam terakhir, mungkin guru yang mengajar kita saja sudah malas melihat wajah kita. Ya benar apa kata Diandra, dipulangkan lebih cepat malah menguntungkan bagi kita.

Aku hanya mengangguk menimpali ucapan Diandra, menaruh tasku diatas meja belajar, Diandra sudah menidurkan tubuhnya di kasurku, padahal sepatunya saja belum dia lepas, ingin marah pun percuma, tak akan didengar.

Aku bisa melihat lewat pantulan cermin. Kalau Diandra bangkit dari tidurannya. Dia menatap jajaran lukisan hasil karyaku yang memang aku pajang di kamarku.

"Hee Yon, ini kok kaya pernah liat ya." Kata Diandra menatap lukisan potret kekasihku.

Dia bilang liat? Aku jadi sedikit tertawa menimpalinya. Aku masih menghadap cermin sedang membersihkan wajahku.

"Eh serius deh. Tapi dimana ya? Temen sekolah kah?" Katanya lagi.

Sekarang Diandra menaruh tangannya pada dagunya seakan berfikir dan mengingat.

"Bukan. Itu cuman imajinasi." Kataku menimpali.

"Imajinasi? Maksud lo Fiksi gitu?"

Aku ikut mendekat berdiri sejajar dengan Diandra kemudian mengangguk mengikuti menatap sosok nya.

"Ah tapi gw perasaan pernah liat deh, Yon."

Aku tolehkan kepalaku menatap Diandra yang masih saja berfikir dan mengingat, mana mungkin Diandra melihat sosoknya, sedangkan aku saja menciptakan nya karna pikiranku sendiri.

"Eh gw inget deh, gw liat dimana"

Ucapan Diandra yang sedikit berteriak membuat aku mengurungkan niatku untuk melangkah meninggalkannya.

"Dimana?" Kataku mulai penasaran.

"Di.... mana ya? Ehm..Lupa Yon hehe."

Ku putar bolaku malas menatap Diandra yang sekarang malah cengengesan seperti orang bodoh. Padahal aku sudah menaruh harapan pada ucapannya, benar saja, mana mungkin dia menjadi hal yang nyata.

"Tapi Yon, lukisan lo boleh juga ya, kali-kali deh nongkrong di kota tua kali aja laku."

Perkataan Diandra itu jelas dengan maksud meledek, dia ikut duduk disampingku yang sudah membuka lembar soal yang akan kita kerjakan.

Melihat aku yang menekuk wajah, Diandra malah semakin tertawa.

"Bcanda aelaaah, kaku amat kek kanebo."

"Sebahagia lo aja!" Ucapku kesal.

"Hahahaha"





..
.
.


Suasan malam yang selalu dingin akan terasa hangat karna kehadirannya, dia selalu bisa menghangatkan setiap malamku. Tapi untuk malam aku sudah berkali kali memejamkan mata, tapi sosoknya tak kunjung hadir juga.

Pikiranku jadi kembali mengingat ucapan Diandra siang tadi, apa mungkin dia itu ada didalam dunia nyata? Kalau iya, apa dia akan mencintaiku juga?

Tunggu, jangankan bicara mengenai soal cinta, bahkan sebait kalimat, apakah dia mengenalku saja itu masih samar aku yakini.

Ah, tapi mana mungkin hal yang ada dalam pikiranku bisa tercipta secara nyata, ucapan Diandra hanya omong kosong.

Saat angin berhembus membelai setiap inci wajahku, aku mulai memejamkan mata merasakan kehadirannya yang merambat memelukku, mengikis dingin yang sedari tadi aku rasakan.

Aku tau dia selalu ada saat aku mulai merindukannya.

"Kenapa baru datang?" Kataku yang mengawali pembicaraan. Dia tersenyum selalu dengan gingsulnya yang khas.

"Kenapa bertanya padaku?" Dia malah balikbertanya. Ucapannya selalu lembut membuat aku semakin jatuh semakin dalam akan pesonanya.

"Aku hadir jika kamu menginginkanku hadir."

Aku tidak mengerti apa yang sedang dia katakan, dia menyentuh pipiku, menyelipkan helaian anak rambut yang berantakan disela telingaku.

"Jadi kalau aku tidak ada, berarti kamu tidak menginginkanku ada." Katanya lagi, manik matanya yang jernih membuat aku bisa melihat sosok diriku sendiri pada bola matanya.

Sekarang aku mengerti kemana arah bicaranya, perkataanya menyadarkanku kalau dia memang benar benar tercipta hanya karna pikiranku sendiri.

Ini hanya bayangan yang aku bayangkan, tapi kenapa rasanya begitu nyata, bahkan saat kini aku memeluknya, menenggelamkan kepalaku di bahu tegapnya, ini sangat bisa aku rasakan.

Aroma tubuhnya yang khas, sentuhannya yang selalu lembut semakin membuat aku bingung.

"Aku merindukanmu." Ku ucapkan begitu pelan, tapi aku yakin dia mendengarnya, dia mengertakan pelukanku seakan kalau dia juga tak ingin kehilanganku.

"Aku juga." Katanya membalas rinduku,

Malam ini dia mengenakan kaos oblong biasa yang bahkan terlihat biasa, tapi apapun yang dia kenakan dia selalu terlihat berbeda dimataku.

Dia tidak seperti gadis pada umumnya, rahangnya yang tegas, rambutnya yang selalu dia kuncir rapih membuat dia terlihat lebih maskulin dibandingkanku.

Sebenarnya untuk diriku sendiri saja masih jauh dari kata Feminim tapi dibandingkan dia, aku jelas lebih feminim walai sedikit.

Dia menarikku dari pelukaanya, tanganya kini menelungsup masuk membelai pipiku, tanganya selalu terasa dingin, suhu tubuhnya memang tidak sepertiku yang hangat, mungkin karna dia bukanlah hal yang nyata, jadi dia mempunyai suhu tubuh yang dingin.

Ntahlah.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

Dia menggeleng, senyumnya selalu ada diwajah manisnya.

"Kamu cantik." Katanya yang kini menyentuh rambutku.

Ucapanya mampu membuat rona merah dipipiku timbul, aku jelas malu ditatap nya sedekat ini apalagi harus mendengar pujiannya.

Aku tidak pernah benar benar tahu dari mana dia berasal, siapa dia dan kapan dia datang, yang aku tau,



Aku selalu mencintainya.
















Bersambung

#TeamVeNalID

IMAGINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang