Syarafnya yang terasa kaku dia regangkan, dia memaksakan senyumnya, kini dia sudah rapih mengenakan seragam sekolahnya, setelah tiga hari tak masuk sekolah gara-gara sakit, kini keadaanya sudah lebih baik.
Dua hari juga dia tak bertemu Kinal, Kinal hanya datang dihari pertama sakitnya, hari berikutnya dia tak datang lagi, itu juga yang membuat dia jadi memaksakan diri untuk sekolah hari ini, dia jelas rindu pikirannya bertanya-tanya, kenapa Kinal tak datang? Apa dia sibuk? Atau dia melupakannya?
Dan sekarang dia baru saja masuk dan duduk di mobil Diandra, dua hari itu lah Diandra yang menemani kesepiannya, menemani dia dalam sakitnya, Diandra memang selalu setia menemani dalam keadaan apapun.
"Gimana? Udah baikkan sekarang?"
Yang di tanya hanya mengangguk seadanya, Diandra merasa kalau Yona masih belum sehat betul, wajahnya masih terlihat pucat bahkan cara mengangguknya pun terasa lemas, Yona memang pendiam tapi Diandra rasa dia tak sependiam ini, hanya menganggukan kepala menajwab ucapannya.
"Padahal kalau masih sakit jangan dipaksain lah, Yon." Kata Diandra lagi, dia sudah memutar stirnya melaju, meninggalakan rumah Yona.
"Gw udah gapapa, tenang aja."
Diandra menoleh, mangamati tiap inci wajah Yona yang tak meyakinkan, tapi dia hanya mengangguk mengiyakan ucapan Yona, dia berharap Yona benar-benar baik-baik saja.
Disepanjang perjalanan mereka tak ada obrolan yang berarti, Diandra semakin menatap khawatir pada Yona, akhir-akhir ini Yona terlihat lebih pendiam dari biasanya, Yona juga lebih sering melamun. Tak membutuhkan waktu lama mobil mereka sudah sampai di sekolah.
"Lo serius gapapa?" Tanya Diandra lagi, dia sangat cemas karna wajah Yona yang masih pucat. Kali ini Yona tersenyum dia mengangguk pasti, kalau dia memang tidak apa-apa.
Mereka berdua pun turun bersamaaan, berjalan beriringan menuju kelas mereka.
Pagi dengan angin yang menyegarkan, menetesnya embun di ujung daun yang hijau membuat matanya jadi berbinar, setelah tiga hari tak merasakan suasana sekolah akhirnya dia bisa sekolah lagi, merasakan keramaian yang bisa sedikit membunuh sepinya.
Saat mereka sudah tiba didepan kelas mereka, langkah Yona tiba-tiba memelan, membuat Diandra juga jadi mengikutinya, Yona menatap tajam, arah pandangnya kedepan, disana terlihat Nina dan Kinal yang sedang saling bercanda, Nina terlihat membenarkan dasi sekolah Kinal yang miring, melihat raut wajah Yona yang berubah Diandra bingung, dia menyentuh lengan Yona.
"Kenapa?"
Tanpa menjawab apapun, Yona langsung berjalan cepat masuk kedalam kelas tanpa perduli akan tatapan Kinal dan Nina yang bingung.
Diandra sudah sampai diantara Kinal dan Nina. Diandra masih menatap perginya Yona, Nina pun jadi menatap Diandra dengan perasaan yang sangat penasaraan, Nina tahu kalau Yona tak pernah ramah, tapi biasanya tak seperti ini.
"Kenapa dia?" Kata Nina pada Diandra, Diandra mengangkat bahunya menandakan kalau dia tidak tahu.
Tanpa ikut bertanya pada Nina dan Diandra, Kinal langsung masuk kedalam kelas yang bukan kelasnya, ya, kelas Yona, Diandra dan juga Nina.
Mata Kinal sekarang sudah menangkap sosok Yona dengan telinga yang tertutup earphone, tangannya bisa Kinal tebak, pasti Yona sedang melukis.
Yona yang duduk dibangku pojok dekat jendela, menyisakan satu bangku yang biasa ditempati Diandra, dan Kinal langsung duduk disebelah Yona.
"Yona.."
Yona diam saja, dia menyadari kalau Kinal sudah duduk disampingnya tapi dia memilih diam menikmati tiap lagu yang sedang dia dengar.
Kinal menghembuskan nafasnya, sifat Yona yang cuek membuat dia terkadang harus menahan emosinya karna kesal, dia dengan paksa menarik earphone yang menutupi telinga Yona, perlakuan Kinal itu jelas membuat Yona geram, dia menepis tangan Kinal, menoleh menatap tajam mata Kinal.
"Kenapa sih?" Kata Kinal, dia juga kesal.
Yona hanya menatap angkuh tak peduli, kembali memasang earphone nya.
Kinal yang geram, menarik kedua tangan Yona untuk dia genggam, Kinal merasakan kalau tangan Yona masih terasa hangat. Mereka jadi saling berhadapan, bertukar pandang dalam diam, dan Kinal menyentuh pipi Yona, dia bersuara sangat pelan.
"Aku merindukanmu. Apa kamu tidak rindu denganku?"
..
.
.Di penghujung hari yang kian terik,
Dia tak bisa juga bisa mengalihkan pandangannya, tatapannya yang tajam, berubah, hanya menatap sendu dari jauh, ntah ini apa, yang jelas dia tak menyukai saat Kinal bersama Nina.Dia tak bisa mendapatkan, kesimpulan tentang perlakuan Kinal terhadapnya, pagi tadi, masih dia ingat Kinal mengatakan kalau dia merindukannya, tapi sekarang dia merasa tercampakan, dia didiamkan begitu saja.
Apa ini yang dinamakan cemburu? Luka seakan menghujam jantung,
Tapi tidak ada yang tahu bahwa dia kecewa dalam cerita ini.Sampai untuk berpikir tentang cinta,dia selalu menggunakan hatinya bukan mata. Merasakan cinta,menghilangkan akal sehat
Dan semakin membuat dia tenggelam.Emosinya seketika memuncak, dia tak bisa hanya berdiri dari jauh dan menerima segala kesakitannya, dengan langkah yang pasti, dia menarik tangan Nina, mensungkurkan tubuh Nina hingga jatuh.
Bruk!!!
Tanpa rasa menyesal dia menatap tajam mata Nina, perlakuannya yang seperti itu membuat Kinal kaget dan langsung menghampiri Nina yang masih dalam posisi jatuhnya.
Nina menepis sentuhan Kinal, dia langsung berdiri, berdiri dihadapan Yona. "Punya masalah apa lo sama gw??!" Kata Nina dengan nada yang tinggi, Nina jelas tidak terima diperlakukan seperti itu.
Yona tak hilang nyali, tangannya mengepal, dan sekali lagi dia mendorong bahu Nina dengan keras.
"Yona!" Kinal berteriak, membentak Yona. Mau bagaimanapun Nina adalah sahabatnya. Kinal langsung membangunkan Nina.
"Kamu gapapa?" Kata Kinal dengan rasa khawatirnya.
Melihat itu semua Yona mulai memundurkan tubuhnya, air mata nya yang tergenang, jatuh begitu saja, dia berlari menerobos barisan siswi yang berkumpul menonton mereka.
Di tengah larinya, ada Diandra yang baru saja keluar dari mobilnya, berniat menyusul Yona yang terlalu lama dikelas. Dia bingung melihat Yona yang menangis, dan untuk mengejar Yona dia sudah tak terkejar, dan Diandra baru sadar bahwa terjadi keributan antara Nina dan Yona.
Dia sebenarnya ingin menghampiri Kinal dan Nina untuk bertanya, apa yang terjadi, tapi Diandra lebih khawatir dengan keadaan Yona, dia tahu kalau sekarang Yona membutuhkannya.
Beruntunglah, dia masih bisa melihat Yona yang masih menunggu taksi, Yona menangis, Diandra jadi tak tega melihatnya.
"Lo kenapa? Ada masalah apa sama Nina?"
Yona diam, air matanya malah semakin deras, dia menangis tanpa suara, dia menahan tangisnya yang akan pecah.
"Yon-"
Ucapan Diandra jadi terpotong saat Yona langsung memeluknya, menangis tersedu, seakan mengadu tentang kesakitannya.
Dengan suaranya yang tertahan, Yona berbicara begitu pelan.
"I'm feel broken, now."Bersambung.
#TeamVeNalID
Rasanya percuma, menutup rapat hati agar tak terluka, karna pada akhirnya hatiku tetap merasakan sakitnya luka. I'm feel broken now.
-Masha
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE [END]
FantasyBayangkan jika hidup bisa seperti apa yang kita bayangkan. Cover by Widya Syarif.