Clara mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya matahari yang menerpa iris matanya. Dia menatap sekelilingnya dan mendapati dirinya tengah berada di sebuah ruangan yang asing baginya. Dia bergegas bangkit berdiri.
" Uukkhh ..."
Rintihnya spontan ketika dia merasakan sakit dan perih tepat pada area sekitar pangkal pahanya.
" Aww ... apa yang terjadi padaku? Kenapa sakit sekali?" Gumamnya yang tentu saja hanya bisa didengar olehnya karena tak ada siapapun di ruangan itu. Dengan perlahan dia mencoba berjalan, namun atensinya teralihkan ketika dia melihat sebuah bunga berwarna ungu tergeletak tidak jauh dari pintu. Melihat tanaman itu, dia pun mengingat kejadian yang dialaminya ketika dia berniat mencari tanaman itu di hutan. Tapi anehnya dia tidak mengingat apapun setelah itu, dia bahkan tidak ingat kenapa dia berada di dalam ruangan yang tampak asing baginya itu.
Dengan wajah berbinar Clara mengambil tanaman itu, dan melangkah dengan gontai meninggalkan ruangan. Setelah berada di luar, akhirnya Clara menyadari bahwa tadi dia tertidur di sebuah gubuk yang letaknya tidak terlalu jauh dari hutan terlarang. Dia berpikir mungkin dia diserang hewan liar di hutan dan seseorang telah menyelamatkan hidupnya. Dia hanya mencoba berpikir positif dengan peristiwa janggal yang dialaminya ini.
Langkah demi langkah dia arungi, hingga tibalah dia di depan rumahnya. Dia berlari memasuki rumahnya mengabaikan rasa sakit yang dirasakannya.
Namun ... langkahnya terhenti ketika dilihatnya banyak orang yang berkumpul di dalam rumahnya. Orang-orang berpakaian hitam dengan wajah mereka terlihat dipenuhi duka dan kesedihan.
" Clara ... kemana saja kau nak? Sudah 3 hari ini kau menghilang, kami sangat mengkhawatirkanmu." Seorang wanita paruh baya yang terlihat jelita yang mengatakannya begitu melihat sosok Clara. Sosok wanita yang tidak lain adalah ibu kandung Clara.
" 3 hari aku menghilang." Gumam Clara tampak tak percaya.
" Ya ... kemana saja kau selama 3 hari ini?" Clara tak mengatakan apapun, tatapannya masih kosong. Lalu dia mengangkat tangan kanannya yang memegang tanaman obat legendaris, melihatnya membuat ibunya terhenyak kaget. Dia tahu tanaman apa yang sedang dipegang putrinya itu karena dulu ibunya yang tidak lain adalah Cleo Huston pernah menceritakan tentang tanaman obat ajaib itu.
" Kau ... apa kau pergi ke hutan terlarang untuk mencari tanaman ini?!" Tanya ibunya sedikit membentak. Clara hanya mengangguk.
" Ini untuk nenek." Jawabnya pilu, tampak menyadari apa yang tengah terjadi di dalam rumahnya setelah dia melihat foto neneknya dalam ukuran besar diletakkan di sebuah meja dengan karangan bunga yang melingkarinya. Clara pun tak mampu lagi menahan lelehan air matanya.
" Nenek sudah beristirahat dengan tenang sekarang. Dia tidak akan merasa kesakitan lagi." Tanaman obat yang sejak tadi digenggamnya kini terkulai di lantai, ibunya memungutnya menyadari tanaman itu sangat berharga.
" Kapan nenek meninggal?"
" Tadi pagi, pemakamannya baru saja selesai." Jelas ibunya yang sukses membuat tubuh Clara terkulai lemas. Perjuangannya sia-sia, dia sudah terlambat untuk menyelamatkan neneknya.
***
Satu bulan berlalu semenjak kejadian di hutan. Clara selalu memikirkan apa yang telah terjadi padanya, tapi melihat tidak ada yang aneh pada tubuhnya, dia pun memutuskan untuk berhenti memikirkannya.
Dia pun memutuskan untuk berhenti menangisi kepergian neneknya, setelah hampir satu bulan ini dia sering menghabiskan waktunya di dalam kamar neneknya karena belum bisa menerima kenyataan bahwa neneknya sudah pergi untuk selamanya. Dia sadar sudah saatnya untuk bangkit dari kedukaannya, terutama mengingat tinggal satu bulan lagi dia akan melangsungkan pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}
Vampiros{SUDAH DITERBITKAN} SEBAGIAN CHAPTER SUDAH DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Cliff selalu merasa hidupnya berbeda dengan orang lain. Dia selalu dikurung di dalam ruangan gelap nyaris tanpa cahaya oleh ibunya. Dia pun tidak bisa memakan makanan yan...