CHAPTER 11

2.1K 166 8
                                    

Rowan menghentikan langkahnya ketika dia mendapati sosok Cliff tengah duduk sendirian di sofa ruang keluarga. Dia pun berjalan mendekatinya.

“ Kenapa duduk sendirian disini? Mana kakakmu?” Cliff mendongak menatap wajah Rowan, bekas air mata masih terlihat di wajahnya yang tampan membuat Rowan mengernyit heran.

“ Kau menangis?” tanyanya namun hanya ditanggapi Cliff dengan gelengan kepala.
“ Apa yang terjadi? Katakan padaku.” Titahnya mulai kesal dengan kediaman Cliff.
“ Tidak ada yang terjadi dan kakak ... d ... dia pergi. Aku tidak tahu kemana dia pergi.” Jawab Cliff terbata-bata. Sebenarnya Rowan sangat kesal pada putra sulungnya yaitu Nick yang tadi dia suruh untuk menemani Cliff tapi malah pergi entah kemana meninggalkan Cliff sendirian. Namun akhirnya dia memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal ini.

“ Berdirilah, aku akan mengantarmu ke kamarmu.” Tanpa kata Cliff langsung menurut. Dia melangkahkan kakinya mengikuti ayahnya yang sudah melangkah lebih dulu meninggalkan ruangan itu.

Cliff tak hentinya merasa takjub melihat betapa luas dan mewahnya setiap ruangan yang  dilewatinya. Dia pikir rumah barunya ini sangat jauh berbeda dengan pondok kecil yang selama ini menjadi rumahnya.

Mereka memasuki sebuah ruangan yang suasananya membuat Cliff tercengang takjub. Ruangan itu teramat luas menurut Cliff, ada sebuah ranjang berukuran king size di tengah-tengah ruangan. Sofa yang berderet rapi, meja, lemari pakaian dan beberapa rak yang penuh dengan berbagai buku serta berbagai hiasan dan pajangan mewah yang memenuhi ruangan itu.

“ Ruangan ini dulu kamar favoritku ketika aku seusiamu, sekarang ruangan ini menjadi kamarmu.” Jelas Rowan namun diabaikan oleh Cliff. Dia lebih tertarik melihat buku-buku yang tersimpan rapi di dalam rak. Iris matanya berbinar senang mendapati buku-buku itu yang menurutnya sangat menarik.

“ Kau suka membaca buku?” tanya Rowan yang tanpa Cliff sadari sudah berdiri di sampingnya. Cliff mengangguk penuh semangat dengan senyuman sumringah yang menghiasi wajahnya.

“ Kau memang putraku, bahkan hobby kita pun sama.” Gumamnya pelan namun Cliff masih bisa mendengarnya. Entah mengapa Cliff merasa hatinya nyaman mendengar gumaman itu.
“ Apa aku boleh membacanya, a ... ayah?” Rowan terhenyak untuk sesaat mendengar Cliff akhirnya memanggilnya ayah. Diam-diam dia tersenyum sangat tipis, tak dipungkirinya dia senang karena Cliff menerimanya sebagai ayah.

“ Tentu ... semua yang ada di kastil ini milikmu juga.” Hatinya semakin lega melihat wajah Cliff yang dipenuhi senyuman.
” Terima kasih ayah.” Rowan merasa takjub dengan sikap sopan santun yang dimiliki putranya itu. Dia tahu betul sikap Cliff seperti ini pasti karena ajaran ibunya. Diam-diam Rowan bersyukur karena Clara tidak membenci Cliff setelah semua yang telah Rowan lakukan padanya. Mengingat Clara seketika Rowan merasakan kembali sebuah penyesalan dan rasa bersalah yang memang sejak dulu selalu menghantuinya.

“ Lebih baik kau istirahat. Banyak kejadian menyedihkan yang sudah kau lalui malam ini.” Ujarnya memilih untuk mengalihkan pemikirannya yang tak kunjung henti memikirkan Clara. Cliff mengangguk dan menuruti perkataan ayahnya. Dia merebahkan dirinya di atas kasur empuk yang dulu selalu ditempati Rowan ketika dia seumuran dengan Cliff.

“ Waah kasur ini sangat nyaman dan empuk, berbeda sekali dengan kasurku yang keras.” Tanpa sadar Cliff berujar seperti itu, membuat dahi Rowan mengernyit mendengarnya.

“ Istirahatlah, besok aku akan mengajakmu jalan-jalan agar kau mengenal daerah ini.” Lagi ... Cliff mengangguk penuh semangat dengan wajahnya yang berseri-seri. Tentu dia sangat senang karena ayah yang selama ini diidamkannya benar-benar berdiri di hadapannya. Bagi Cliff, Rowan adalah sosok ayah yang sangat baik dan lembut. Dia bahkan bersyukur karena memiliki sosok ayah seperti Rowan. Cliff mulai memejamkan matanya dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.

THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang