CHAPTER 16

1.7K 144 4
                                    

Dalam kesunyian di sebuah ruangan, terlihat seorang anak laki-laki tergeletak di lantai yang dingin. Anak itu yang tidak lain adalah Cliff, mengerjapkan matanya pertanda dia baru saja tersadar dari pingsannya.

Dia menatap sekeliling ruangan, tak terlihat seorang pun disana yang membuatnya spontan menghembuskan nafasnya lega. Sempat terlintas di benaknya bahwa semua kengerian yang dilihatnya tadi hanyalah sebuah mimpi buruk. Namun ketika dia beranjak bangun, rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuhnya menyadarkannya bahwa semua yang dilihatnya di dalam ruangan ini beberapa saat yang lalu merupakan sesuatu yang nyata. Lagi-lagi dia bergidik ngeri ketika mengingat kejadian mengerikan yang sengaja dipertontonkan di depan matanya. Tapi diam-diam dia bernafas lega karena setidaknya begitu membuka matanya dia tidak lagi disuguhkan dengan pemandangan yang mengerikan itu lagi.

Dengan ringisan yang menghiasi wajah tampannya, Cliff beranjak bangun. Dengan gontai dia melangkah meninggalkan ruangan luas yang hanya diterangi oleh cahaya dari lilin itu.

Ketika akhirnya dia tiba di kamarnya, tanpa ragu dia membanting tubuhnya ke atas kasur empuknya. Dia menenggelamkan wajahnya pada bantal, ingatan-ingatan mengerikan yang dia lihat beberapa saat lalu masih terngiang di kepalanya.

" Ibu ..." gumamnya pelan dengan air mata yang mengalir hingga membasahi bantalnya.

Melihat wajah wanita-wanita yang disiksa oleh Nick beserta ketiga sahabatnya seketika membuat Cliff teringat pada ibunya. Di mata Cliff wajah mereka bukan hanya mirip tapi memang sama persis dengan ibunya. Tentu dia merasa heran tapi mengingat kakaknya beserta ketiga sahabatnya memiliki kemampuan alami sebagai vampir darah murni, Cliff pun sadar bahwa semua yang dilihatnya hanyalah akibat kemampuan itu. Di samping itu, dia pun menyadari bahwa dirinya berbeda dengan keempat vampir muda itu. meski ayahnya mengatakan dia seorang vampir darah murni juga tapi darah manusia yang mengalir di dalam tubuhnya, membuat dia tidak memiliki kemampuan alami seperti keempat vampir kejam yang ditemuinya tadi.

" Ibu ... aku ingin pergi dari sini. Aku ingin pergi ke tempatmu berada." Gumamnya lagi pelan sekali hanya mampu didengar olehnya sendiri. Baru beberapa hari tinggal di kastil, Cliff sudah merasa tidak betah terutama semenjak ayahnya pergi. Puncaknya adalah kejadian tadi ketika di depan matanya terjadi penyiksaan biadab yang tak termaafkan menurut Cliff.

Dia ingin pergi dari kastil itu, namun mengingat tentang ayahnya membuat Cliff kembali ragu untuk pergi. Setelah sekian lama dia menantikan pertemuannya dengan sang ayah. Dan kini setelah akhirnya mereka bertemu bahkan tinggal bersama, rasanya sangat berat bagi Cliff untuk berpisah dengan ayahnya lagi. Lagipula menurut Cliff, ayahnya sangat berbeda dengan vampir lain. Ayahnya itu sangat baik dan memperlakukannya penuh kasih sayang. Walau tak dipungkirinya masih banyak yang tidak dia ketahui tentang ayahnya, tapi dia sudah mulai menyayangi sosok ayahnya. Dia tidak ingin berpisah dengan ayahnya karena itu dia memutuskan untuk bertahan tinggal di kastil itu, mencoba mengabaikan sikap Nick yang terang-terangan menunjukan kebenciannya.

Cliff menyeka air matanya dan bangkit dari tempat tidurnya ketika merasakan perutnya mulai lapar. Dia memang belum meminum darah lagi, terakhir kali dia meminumnya ketika ayahnya belum pergi. Lebih tepatnya sesaat sebelum dia dan ayahnya pergi berjalan-jalan mengelilingi daerah kekuasaan clan Dawson.

Cliff kembali melangkahkan kakinya meninggalkan kamar mewahnya. Dia berencana pergi ke ruang makan dengan harapan ada semangkuk darah yang sudah disiapkan untuknya.

Senyumnya mengembang ketika dia bisa mencium bau darah ketika jaraknya dengan ruang makan sudah cukup dekat. Dia senang harapannya terkabul. Mengabaikan rasa sakit yang masih dirasakannya, Cliff berlari dengan semangat menuju ruang makan.

THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang