Chapter 28

20.4K 3.1K 648
                                    

Sejujurnya Jihwan sudah merasa lelah dan tak henti mengembuskan napas panjang sejak tadi.

Acara ini baru akan berakhir pukul sebelas, itu pun belum tentu benar-benar selesai. Jungkook bilang akan ada acara minum-minum dengan para staf padahal Jihwan rasa hal seperti itu tidak perlu dilakukan lagi mengingat di acara perayaan saja mereka sudah banyak melahap makanan ditambah lagi menikmati berbagai minuman dari yang biasa sampai yang beralkohol.

Dari jarak yang cukup jauh, Jihwan memperhatikan Jungkook tengah berbincang dengan seorang pria tampan; tubuhnya sedikit lebih jangkung dari Jungkook. Pria itu melirik sesekali ke arahnya dengan senyuman yang sulit diartikan dan membuat Jihwan bingung. Ia bahkan tidak mengenalnya sama sekali atau mungkin Jungkook dan pria itu tengah membicarakan dirinya.

Melengos malas, Jihwan hendak beranjak pergi agar kedua pria di depan sana tidak terus-terusan mengawasinya. Tapi sebelum dirinya melangkah lebih jauh―tiba-tiba obsidiannya menangkap sosok Delaney tengah mendekat ke arah Jungkook.

Gadis itu terlihat cantik malam ini, gaun yang ia kenakan terkesan glamor sekaligus seksi berkat belahan yang menunjukkan kaki jenjang hingga paha mulusnya. Jihwan menyorot lurus, mengamati cara Jungkook tersenyum ke arah gadis itu ketika lengannya disentuh lembut. Menyaksikan pemandangan itu membuat Jihwan membuang tawa remeh lantas menyungging salah satu sudut bibirnya ke atas. Delaney terlihat seperti kebanyakan gadis penggoda di luar sana, tidak tahu malu.

Cukup lama Jihwan mengamati Jungkook dan Delaney dengan perasaan tak nyaman. Bahkan sorot matanya hanya tertuju ke arah dua insan tersebut tanpa memedulikan yang lain.

Saat Jihwan memutuskan hendak pergi dari sana, kakinya tanpa sengaja menginjak bagian gaun yang tersaruk-saruk di atas lantai, membuatnya nyaris tersungkur hanya saja seseorang berhasil menopang tubuhnya dengan memegangi kedua bahu Jihwan.

Mendesis sebal, perempuan itu lekas mengangkat wajah dan mendapati presensi seorang pria tampan tengah tersenyum manis padanya. Jihwan mengernyit di balik topengnya, mengamati pria itu setelahnya menoleh ke arah titik keberadaan Jungkook sebelumnya.

Tidak ada siapa pun lagi selain tamu undangan. Lalu ke mana Jungkook dan Delaney pergi jika pria yang tadi berada diantara keduanya malah berada tepat di depannya?

Jihwan lekas menyingkirkan tangan pria itu dari tubuhnya. "Terima kasih sudah menolongku," katanya agak ragu. Jihwan bisa menangkap sepasang manik di balik topeng itu tengah menyorotnya tajam disertai senyuman mencurigakan.

"Seharusnya Jungkook memberitahuku bahwa istrinya sudah kembali. Ah―aku sempat mencari keberadaanmu karena Jungkook yang memintanya," kata pria itu beriring tersenyum lalu mengangkat topengnya dan mengulurkan tangan, sementara Jihwan tampak menatap bingung. "Aku Kim Namjoon, teman Jungkook sejak kecil."

Hingga beberapa sekon berlalu, Jihwan hanya menatapi tangan pemuda itu. Ia ragu tapi berakhir menjabatnya perlahan. "Shin Jihwan. Senang bertemu denganmu," tuturnya, buru-buru melepaskan tautan tanpa berniat mengangkat topeng.

Namjoon mengangguk santai seraya mengusap pelipis. Maniknya menyusuri tubuh Jihwan dari bawah hingga atas, membuat sang empu merasa risi karena diperhatikan secara intens oleh orang asing. "Kau terlihat cantik. Sepertinya aku pernah melihatmu―atau mungkin tidak. Parasmu cukup familiar." Namjoon tersenyum lagi sementara Jihwan tidak tahu harus berucap apa saat pria itu menilainya. "Jika kita bertemu lebih cepat sebelum Jungkook menikahimu, mungkin aku akan menjadikanmu sebagai istriku," katanya kembali berucap beriring dengan tawa renyah. Jihwan sama sekali tak menanggapi guyonannya―hanya menatap datar; tak berselera.

"Maaf, aku harus pergi."

Merasa tidak bersemangat untuk meladeni pria di hadapannya, Jihwan memutuskan untuk menghindar tanpa basa-basi. Ia menunjukkan ketidaksukaannya secara gamblang lantas Namjoon menorehkan senyuman kecewa, tetapi bergegas memberi jalan untuk Jihwan yang melewatinya tanpa mengatakan apa pun. Namjoon memandangi punggung Jihwan beberapa saat―lalu menyemburkan napas beriring tawa hambar. "Tidak ada yang berubah. Dia tetap saja menarik," gumamnya sambil mengacungkan telunjuk dan ibu jari; membentuk seperti sebuah pistol menuju punggung perempuan itu lalu menggerakkannya seolah tengah menembak Jihwan dengan sorot mata kelewat tajam. "Aku akan mendapatkanmu kembali, Shin Jihwan."

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang