Chapter 32

21.9K 2.9K 369
                                    

Suasana flat yang sunyi menyambut kedatangannya―kemudian disusul suara mengaing hingga membuat Jungkook lekas mencari sumber suara yang baru saja mengisi indra pendengarannya. Jungkook memanjangkan lehernya, mencari-cari arah suara tersebut sembari mengganti pantofel dengan sepasang sandal rumah.

Sejenak tangannya melonggarkan dasi yang melingkari leher lalu membuka kancing kemeja teratasnya dengan tangan kiri. Ia meletakkan tas jinjingnya ke atas sofa di ruang duduk―melepaskan jas sambil terus mengamati sekitarnya.

"Ji―" panggilnya setengah berteriak, berkacak pinggang dan akhirnya menemukan sebuah kandang besi dengan si penghuni di dalamnya.

Seekor anak anjing Pomeranian tengah menjulurkan lidah; terengah―berjalan melingkar di dalam kandang lalu mendongak antusias ke arahnya, menggonggong riang seakan tengah menyambut kedatangannya.

Jungkook bergegas mendekat sambil mengendikkan sebelah alisnya. Setelah mendekat dengan tangan yang masih berkacak pinggang, kaki kanannya bergerak menendang pelan kandang besi tersebut, membuat penghuninya merasakan guncangan cukup berarti saat kadangnya menabrak dinding. "Siapa yang mengizinkanmu masuk, hm?" Jungkook mendengus sebelum akhirnya berbalik untuk menuju ke dapur.

Ia mulai menanggalkan jas pun dasi, lalu mengudarakan suara lagi. "Ji, Jihwan―Ji," panggilnya tak henti hingga sosok yang ia cari-cari muncul dari arah pintu kamar―masih mengenakan bathrobe putih sedangkan rambut basahnya tersampir di bahu kanan dengan kedua tangan yang sibuk mengeringkan―menggunakan selembar handuk kecil.

"Ada apa? Aku baru selesai mandi, maaf." Jihwan datang mendekat. Wangi tubuhnya; mawar yang bercampur dengan wangi mint sampo berpadu―menyeruak masuk ke dalam penghidu sang suami. Jungkook bersedekap di dada dengan jas dan dasinya yang menggantung di lengan.

Raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan hingga membuat Jihwan menaikkan kedua alis seakan bertanya; apakah ada masalah? Dan Jungkook malah mendecak. "Yang di depan itu peliharaanmu bukan?" mendadak wajah Jihwan berseri, mengangguk cepat dengan iringan senyum.

"Ah, anak anjing itu―lucu bukan? Seseorang telah memberikannya padaku."

"Seseorang?" Jihwan mengangguk kelewat antusias, tanpa berhenti menyulam senyuman manis. Kemudian Jungkook memejam sambil memijat keningnya lambat. "Singkirkan, aku tidak ingin ada hewan apa pun di flat kita." Mendengar hal itu sirat Jihwan langsung berubah seketika. Pucuk bibirnya mengerucut rendah, lalu matanya menatap kosong; sedih.

"Kenapa tidak boleh? Padahal dia lucu―dan kasihan juga, masih kecil."

"Aku tidak mau tahu. Pokoknya kau harus membuang anjing itu atau kita tidak akan makan malam bersama."

"Jung―"

"Ssstt ... aku tidak mau dengar alasan apa pun." Jari telunjuk pria itu menekan pucuk bibir sang istri, membungkamnya agar tak bicara lebih banyak atau sekadar mengeluh. "Cepat buang. Aku ingin mandi dulu."

Jihwan sedikit menyingkir saat Jungkook melewati tubuhnya yang membeku di atas pijakan. Tangannya mengepal erat―lalu bergegas berbalik memasuki kamar, berusaha menghadang langkah Jungkook sambil merentangkan kedua tangan. "Jungkook, kumohon. Dia masih sangat kecil." Jungkook langsung menyemburkan napas kasar, mengalihkan pandangan sambil membuka kancing kemeja di bagian pergelangan tangan. "Jungkook―" merasa diabaikan, Jihwan bersuara lagi dengan wajah mengiba.

"Boleh, ya?" tanyanya sekali lagi.

"Ji―" Jungkook menyemburkan napas panjang, menelengkan kepala sambil berkacak pinggang. Maniknya menangkap tetesan air yang jatuh dari ujung rambut istrinya, berakhir merembes pada bathrobe. "Ya sudah, tidak usah makan malam," katanya geram―lantas mengikis jarak hingga intim, memanggul tubuh Jihwan ke bahunya dan membuat perempuan itu menjerit; terkejut.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang