Chapter 50

17K 2.3K 507
                                    

Pelayanan kasir di supermarket ini sangat lambat. Jungkook tidak tahan mengantre sehingga kakinya terus-terusan mengetuk marmer sambil mengamati sekeliling. Ada sekitar enam pelanggan lagi yang berdiri di depannya. Jungkook sedikit menyesal tidak mengantongi ponselnya untuk berjaga-jaga, sementara ia meninggalkan Jihwan sendirian di flat. Sungguh, Demi Tuhan ia lupa. Bukan dengan sengaja meninggalkan ponselnya, dan sekarang ia meyakini bahwa Jihwan sangat khawatir. Dalam hati ia terus mengumpat berkali-kali.

Cepatlah sialan, berengsek, kenapa lama sekali!

Rahangnya menegang tak sabaran sambil menggulung lengan kemeja berwarna kuning yang ia kenakan hingga ke siku, memamerkan urat-urat yang menonjol di tangannya lalu menyugar surai dan sempat menyita atensi sang kasir; mendadak mengalihkan pandangan karena merasa tertangkap basah tengah memperhatikannya. Kasir wanita memang paling merepotkan dan suka sekali melirik nakal jika sudah menemukan pria tampan. Alih-alih bangga, Jungkook justru merasa terganggu lalu menautkan sepasang alisnya ketika mendapati kasir itu melirik lagi. Bibir tipis Jungkook merekah tak senang.

Maaf, Nona. Aku sudah memiliki istri.

Setelah bermenit-menit lamanya menunggu, akhirnya antrean itu berhasil mempertemukan Jungkook dan si kasir untuk berhadapan langsung. Jungkook segera meletakkan keranjang belanjaannya ke atas konter lalu mengalihkan pandangan. Biar saja si kasir betah mencuri pandang ke arahnya, tapi Jungkook tidak tahan dengan pelayanan yang super lambat. "Bisa tolong lebih cepat?" tanya Jungkook pada akhirnya, berusaha menuai senyum―tapi terlihat sekali dipaksakan.

Sebentar lagi pasti akan turun hujan. Jungkook ingin buru-buru sampai di flat. Si kasir wanita hanya mengangguk cepat dengan senyuman malu-malu, setelah itu memberitahu seluruh total biaya yang harus dibayar. Jungkook bergegas menyambar dua kantung belanjaannya setelah membayar, lalu bergegas meniti langkah panjang sembari menjejalkan dompetnya ke dalam saku jins.

Benar saja, hujan telah turun dalam intensitas sedang dan membuatnya berlari gesit untuk menuju mobil. Tapi alih-alih bergegas, Jungkook mendadak mematung saat tanpa sengaja menangkap dua sosok familier di seberang jalan. Pandangannya agak sedikit samar karena curah hujan menghalangi―namun Jungkook masih dapat memastikan ketika matanya menyipit.

Surainya telah basah, dan pakaiannya bernasib serupa, membuatnya memutuskan untuk masuk ke dalam mobil seraya melirik dua presensi di seberang sana lewat spion dasbor. Sial! Kedua orang itu tidak terlihat dari kejauhan. Jungkook pun bergegas menghidupkan mesin mobil lalu keluar dari lahan parkir. Ketika mobilnya telah berhenti dan menghalangi jalan masuk menuju supermarket, kedua orang itu tampak memasuki sebuah mobil yang ia ketahui adalah milik Namjoon.

Setahu Jungkook, Namjoon tidak cukup dekat dengan ibu angkatnya atau sebut saja ibu mertuanya. Tapi kali ini mereka terlihat bersama dan menurutnya ada sesuatu yang tak beres. Jungkook hampir saja melajukan mobilnya untuk mengikuti mobil Namjoon yang telah lebih dulu melaju, tapi tiba-tiba seseorang mengetuk kaca pintu mobilnya, total membuat ia terhenyak sesaat usai mendapati sosok pria bertopi tengah tersenyum ramah.

Si bajingan Kim Taehyung. Apa yang dilakukan pria itu di sini? Dan senyum itu―terkesan sangat aneh.

Jungkook menurunkan kaca mobilnya secara was-was, menunggu Taehyung bicara. Mereka jelas tidak memiliki relasi sama sekali. "Bisa bicara sebentar?"

"Bicara saja," ujar Jungkook bernada sengit. Taehyung menggigit ujung bibirnya, menggigil kedinginan.

"Aku kedinginan. Boleh menumpang di mobilmu?"

"Memangnya kau siapa? Aku tidak akan membiarkan penjahat andal yang suka membawa pisau masuk begitu saja ke dalam mobilku," ketus Jungkook hendak menaikkan kaca mobilnya―namun berakhir gagal ketika Taehyung mencegah, berucap lagi guna meyakinkan.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang