Chapter 19

22K 3.3K 770
                                    

Sepersekon berlalu dan kini salah satu sudut bibirnya mengendik refleks usai memastikan bahwa perempuan itulah sosok yang ia cari keberadaannya.

Kim Taehyung memiringkan kepalanya-memerhatikan lebih jeli. Ia membuang napas seolah tengah tertawa menang. Sialan, pikirnya. Kucing manis yang ia pikir telah mati itu kembali muncul di hadapannya. Tentu ia rindu melihat paras atau bahkan mencium aromanya. Jika saja Jimin tak berada di sana-menopang tubuh ringkih Jihwan, mungkin Taehyung akan segera menerkam lalu membawanya untuk dikurung kembali di sebuah tempat.

Perlahan Jihwan meremat punggung Jimin yang masih mendekapnya, mulai menegakkan kepala guna mengintip presensi Taehyung melalui bahu kokoh yang menahan tubuhnya. Ia semakin gemetaran tatkala menemukan manik jelaga sang musuh menyorot tajam ke arahnya.

Kalimat perintah untuk berlari mendadak muncul dalam kepala, seakan memberi tahu bahwa posisinya kini sangat tidak aman. Namun sayang sekali ia tak dapat melakukan apa pun untuk saat ini. Kakinya terasa lumpuh mendadak-lalu sepersekon kemudian pandangannya mulai buram. Rasa pening menghantam kepalanya begitu dahsyat. Terakhir kali sebelum kesadarannya pergi-Jihwan sempat menghirup aroma manis dari tubuh pria yang mendekapnya. Vanilla, penipu. Sama seperti yang dikenakan oleh pria di masa lalunya; Kim Taehyung.

....

Udara dingin musim semi membangunkannya dari sebuah mimpi buruk. Jihwan ingin berteriak, hanya saja sesuatu terasa menyumpal kerongkongannya begitu hebat. Tatapan tajam dari manik jelaga pria itu membuatnya membeku dalam diam―bahkan di dalam mimpi sekali pun. Seakan ketakutannya senantiasa mengejar dan mencekalnya agar tak buru-buru menghapus kenangan pahit di masa lalu.

Kim Taehyung tengah duduk manis, menyandarkan punggung pada sofa yang terletak di kamar Jimin. Maniknya tak luput memandangi sosok perempuan cantik yang kesadarannya baru saja kembali setelah diperiksa oleh Jimin. Dalam hati ia masih menduga-duga, di mana Jihwan selama ini bersembunyi hingga ia tak menemukannya seolah perempuan itu hilang ditelan bumi.

Kabar terakhir yang pernah ia dengar secara simpang siur―Jihwan telah menikah dengan seorang pria. Dan setelah ia menemukan perempuan itu, ia jadi merasa penasaran mengenai asal banyaknya bekas luka samar yang bersemayam pada tubuh Jihwan, membuatnya teringat pada apa yang telah ia lakukan sewaktu mereka masih bersama.

Sejenak ia mengamati raut serius yang Jimin torehkan pada Jihwan. Terlintas sebuah pertanyaan dalam benaknya yang memaksa ia untuk bertanya pada pria itu, tetapi pada akhirnya Taehyung hanya bungkam untuk menyembunyikan prilaku kejinya dulu terhadap perempuan itu. Ia hanya menerka bahwa Jimin mungkin saja mengenali Jihwan sebab saat mereka melakukan perjalanan menuju flat untuk menyelamatkan Jihwan―Jimin sempat bercerita pada Taehyung bahwa ia pernah bertemu dengan Jihwan sebelumnya.

Satu pertanda buruk kini tengah ia rasakan, sebab itu Taehyung merasa perlu berhati-hati dan tetap mengenakan topeng samaran sekali pun di depan sahabatnya sendiri.

Tatkala kelopak mata perempuan itu telah tersingkap sempurna, Jimin langsung menyemburkan napas lega dan mulai merapikan peralatan miliknya. Untung saja ia tak memiliki jadwal penting hari ini sehingga rekannya masih dapat menggantikan tugas untuk sementara. Meski begitu Jimin tidak bisa berlama-lama, terlebih lagi untuk menjaga perempuan itu hingga kondisinya membaik.

Kali ini ia menyelamatkan Jihwan hanya untuk membalas budinya atas insiden beberapa waktu lalu. Jika perempuan itu tidak menolongnya, kemungkinan Jimin tak akan mampu melakukan apa pun dengan bebas hingga saat ini. Ya―sejujurnya Jimin tak cukup berani melawan preman-preman bertubuh kekar karena ilmu bela diri yang ia miliki tak seberapa. Sebab itulah Jimin tak memberikan perlawanan pada waktu itu dan memilih pasrah. Beruntungnya Jihwan menolong seakan tak peduli pada dirinya sendiri.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang