Chapter 52

18.6K 2.1K 544
                                    

―warning―

Ada pemandangan tak biasa yang berhasil tertangkap netra ketika Jungkook dan Jihwan telah sampai di kediaman keluarga Park. Anak dan ayah tampak begitu akrab di ruang tengah―menonton televisi sambil menikmati Soju dan sebungkus kacang. Di belakang kedua pria dewasa itu, Jungkook dapat melihat keduanya begitu intim sehingga ia pun hanya mampu mengulas senyum. Merindukan ayahnya untuk yang kesekian kali dan Jihwan dapat menangkap kerinduan itu lewat manik jelaga sang suami.

Jihwan menyulam senyum kecil tatkala tahu ada rasa iri yang memercik dari sorot mata Jungkook, lalu sekejap berdeham guna menyadarkan kedua orang di sana terhadap kedatangan mereka. Jimin serta Tuan Park menoleh terburu, membuat Jihwan tersenyum. "Kelihatannya seru sekali, sampai-sampai tidak menyadari kedatangan kami," cicit Jihwan sambil mendekati kedua pria itu dan merangkul dengan tubuh bersandar pada punggung sofa.

"Oh astaga, Putriku datang―hei menantu, ayo bergabung, kita minum Soju!" seru Tuan Park begitu maniknya menemukan sosok Jungkook hanya membeku. Dengan semburat malu kentara samar, Jungkook perlahan mendekat, membuat Jihwan melepaskan rangkulan dari leher ayah dan kakaknya.

"Tidak apa-apa jika aku minum? Sedikit saja," kata Jungkook meminta izin pada Jihwan―total membuat kedua pria lain di sana terkikik. Jihwan terkekeh mendapati raut memohon suaminya lantas menampar pelan lengan pria itu.

"Banyak juga tidak apa-apa. Besok libur, tapi lusa tidak bisa. Kau ada perjalanan dinas ke luar kota, ingat?" Jihwan tahu Jungkook berharap besar dapat menikmati Soju bersama ayah mertua dan kakak iparnya. Mereka akan minum bersama untuk pertama kalinya dan entah kenapa Jungkook merasa begitu bahagia sampai-sampai mengepalkan tangan di depan dada lalu bersorak kegirangan.

"Yes, yes!" setelah mendaratkan ciuman kilat di pipi perempuan itu, Jungkook bergegas bergabung di tengah-tengah Tuan Park dan Jimin. Sampai ketika sang ayah mulai menuangkan Soju ke dalam gelas miliknya, Jihwan langsung tersenyum bahagia. Dia memeluk lengannya sendiri―menikmati pemandangan indah di hadapannya. Tiga orang pria kesayangannya tampak begitu akrab sehingga membuatnya merasa bangga, juga bersyukur sebab Tuhan telah memberikan keluarga yang lebih dari sekadar utuh dalam kehidupannya.

"Ayah, di mana Ibu?"

"Ibu sedang istirahat. Jangan diganggu! Kelelahan karena tadi Ayah―"

"Jim!" belum sempat Jimin menyelesaikan ucapannya, sang ayah sudah lebih dulu memelototi sambil menyikut lengan―Jimin lekas terkekeh diikuti Jungkook yang seakan-akan mengerti maksud kalimat barusan. Sejemang Jihwan hanya menyorot datar, mendengus, telinganya terasa panas membayangkan ibu dan ayahnya berduaan di atas ranjang. Kalau saja Jihwan tak punya rasa sopan santun, ia ingin sekali membenturkan ketiga kepala itu keras-keras.

Obrolan para pria sering kali tak dimengerti oleh Jihwan. Tiap kali ketiganya sudah dipertemukan, dunia terasa berputar-putar hingga membuat Jihwan merasa mual. Ya ampun, dia harus bisa berpikir positif―mengingat saat ini ia tengah hamil. "Jangan dengarkan obrolan Papa, Kakek dan Pamanmu, ya. Kadang mereka agak sinting," bisik Jihwan diam-diam sehingga ketiga pria di depan sana menoleh dengan sepasang alis menukik tak senang yang malah mengundang tawa. Jihwan tergelak selagi para pria di depan sana menatap sebal, lalu memutuskan untuk meninggalkan ruang tengah, membiarkan mereka berbincang tanpa gangguan.

....

Malam semakin beranjak naik dan suasana rumah berubah sunyi. Gelak tawa yang sempat mengisi beberapa sudut ruangan kini telah lenyap―meninggalkan dua sosok pria yang termenung di depan televisi sambil sesekali menuang Soju lagi karena belum terpuaskan. Jimin sedikit mabuk, namun tidak dengan Jungkook yang masih bertahan. Ayah mereka telah berada di kamar―kemungkinan kembali mengganggu sang ibu yang terlelap lebih awal. Tentunya Jungkook dan Jimin tidak begitu peduli. Itu urusan suami istri, pikir mereka. Jungkook sendiri bisa saja ke kamar dan bergumul dengan Jihwan jika ia mau―tapi ia memilih menetap di ruang tengah bersama Jimin, menyesap rokok dalam-dalam lalu memadamkan bara api puntung terakhirnya. Ia sudah menikmati tiga batang―dan Jimin terlampau muak menghirup asap rokok yang Jungkook ciptakan.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang