Solatip Kerad Ugha Ea

298 25 4
                                    

"Apa hah?!"

Gue dikagetkan oleh suara Solatip. Berhubung yang paling dekat dengan Herni adalah gue, jadi gue lerai. Yang lain juga lerai sih, sambil bilang 'udah udah woy!'

Gue membawa Solatip agak menjauh. "Gue yang malu! Gue yang malu!! Kenapa dijadiin story FB!" Solatip teriak lagi. Lah nggak capek ya, dia?

Simi, yang merupakan 'ibu' kami membawa Solatip keluar, kemudian pintu gue tutup, dan gue ikut Simi. Gue mikir seharusnya Solatip jangan dibawa keluar, nanti jadi tambah besar masalah yang belum jelas ini. Dan benar, Solatip nangis dengan keras di koridor kelas sambil memaki-maki Herni.

"Gue malu! Gue malu Sim!"

"Iya, iya, ngomongnya jangan keras-keras Sol!"

"Ada apa? Ada apa?" tanya bu Elisa yang kebetulan hendak ke kelas 11. Simi menggeleng, karena ia memang belum tahu akar permasalahannya.

"Itu Bu, Herna bikin story saya di facebook! Sialan! B*b*! A****g!"

Di sini gue benar-benar kaget. Nggak cuma gue tapi Simi dan bu Elisa juga. Bisa-bisanya Solatip ngomong kasar seperti itu di sekolah. Gue pernah ngomong kasar, tapi bukan di depan guru juga.

"Ya Allah!" bu Elisa memekik, tak kuasa mendengar anak didiknya seperti ini, sedangkan Simi memberi isyarat untuk diam, sorot matanya menunjukkan agak malu mempunyai teman tak berperikehewanan karena menyalahkan hewan dalam masalahnya.

Samping kelas gue adalah kelas XII IPS 3. Di mana ternyata para kepala nongol satu per satu lewat jendela yang tinggi di kelas mereka, gue yakin mereka penasaran. Kemudian Pak Mumu keluar dari kelas XII IPS 3 karena mendengar Solatip teriak-teriak tidak jelas.

"Ada apa ini?" Pak Mumu yang lucu di kelas—katanya, karena gue belum pernah diajar beliau—dan galak kalau lagi ngurus anak-anak telat—katanya juga, karena gue belum pernah telat sampai ketemu Pak Mumu—sudah mulai bertindak. Bu Elisa menggelengkan kepala.

"Itu Pak, anu sama Herni," kata Simi jujur.

Gue masuk ke kelas, nggak tahu kenapa Pak Mumu juga ikut masuk ke kelas gue, mungkin Pak Mumu suka gue dan ... nggak! Beliau membawa Herni dan Solatip ke ruang BK bersama Nela, Silena, dan Simi. Mereka sangat kepo.

Lalu masalah tambah besar.

Di kelas masih dengan suasan panas. Anak cowok masih ribut sendiri.

"Kecewa penonton kecewa!" teriak Aryo.

"Alah! Harusnya tadi bat bet! Yang menang siapa huuuh!" Tepon ikut-ikutan.

"Yang gede yang menang!" Bagasa menimpali.

"Gede semua anjir!" kali ini Nahdi.

Anak cewek yang mendengar perkataan tak patut mereka ikut ketawa, termasuk gue. "Harusnya jangan dibawa keluar ya," Ini gue yang ngomong ya, bukan orang lain.

"Sebenarnya ini awalnya anu gimana sih?" Ketua kelas oon.

"Ye! Lu ketua kelas malah diem aja." Lilin menoyor kepala Pawina.

"Gue nggak tahu apa-apa woy!" Pawina mengelus kepalanya.

"Jadi ituloh pas tadi Solatip ditanya-tanya, si Herni kan lagi videoin Solatip terus masukin story facebook," terang Kay.

Lah facebook bisa buat story? Ok! Gue kudet.

"Lah gue kira video, nanti dimasukin grup kelas," gue melontarkan kalimat yang ada di otak.

"Gue pikir juga gitu. Tapi ternyata nggak," Kay sepemikiran dengan gue. Mungkin inilah jodoh sebangku.

"Sekarang mereka lagi di BK, kan? Ke sana aja kuy!" Ajak Pawina sang ketua kelas.

My Class My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang