PMR! PMR!

245 21 6
                                    

Setelah kepergian sang mantan wali kelas yang sudah gue tunggu kepergiannya, akhirnya gue kembali mengintip keadaan di dalam. Gue lihat masih dalam suasana tegang gitu dan Bu Emiliy kayak merasa capek atau gimana gitu. Herni masih nangis, bahkan gue lihat matanya merah, hidungnya merah bibirnya merah—kalo yang ini sih emang yang paling merah. Kemudian Solatip keluar dengan terburu-buru, langkahnya lebar-lebar dan masih dalam kondisi marah. Temen-temen yang di dalem kayaknya sih kaget ya lihat Solatip seperti itu. Kemudian kami yang ada di luar mulai memasuki ruangan, tiba-tiba saja Herni sesak nafas lalu pingsan. Lah gimana ceritanya nih?

"Yah! Pingsan!" pekik nggak tahu siapa.

"Tandu!! Tanduu!!" pekik nggak tahu siapa lagi. Kan waktu itu lagi banyak anak-anak jadi gue nggak ngeuh(?) lah.

"Paw! Paw! Ayo ambil tandu!"

Gue narik tangan Pawina untuk mengambil tandu di kantin, ya UKS lah dodol. Gue sama Pawina lari-lari biar cepet sampai di UKS. Sampai di sana gue salam, manggil PMR.

"Eh iya, ada apa mbak?"

"Itu pingsan! XII IPS 4!" kata Pawina nggak santai.

"Iya ayoo cepat! Cepat!!" gue sengaja bikin si PMR tergesa-gesa soalnya biar kaya drama aja gitu. Seru kan, rame. Kemudian gue dan Pawina ketawa-ketawa.

Satu tandu warna oren itu dibawa tiga orang sambil lari lagi. Gue nggak tahu kenapa Pawina seneng banget lari. Si PMR yang nggak diketahui namanya ini—jika dibaca dari raut wajahnya—kaya orang kebingungan, tapi ya bodo amat. Kita bertiga sampai di ruang BK yang masih banyak anak, dan si Herni udah siuman.

Terimakasih.

Dari situlah gue belajar, jangan mudah percaya dengan orang pingsan mungkin dia sedang latihan drama Turki. Biar bisa menandingi Tapasya. Itu India okey.

Gue sama Pawina duduk di tempat duduk lah, masa di WC! Kemudian temen-temen satu persatu mulai ilang, sebelumnya pamit dulu sih sama Bu Emiliy.

"Tinggal dua anak di sini buat jagain Herni ya mbak," perintah sang walikelas.

"Itu Mikasa aja, mantan PMR!"

Hell! Mantan ngapain dibawa-bawa.

Eh gue belum cerita ya kalau gue mantan PMR? MANTAN! MaNtAn! Cuma mantan ya, dulu ikut tapi males akhirnya nggak ikut lagi. Keluar. Harusnya ada aturannya kalau keluar dari PMR, tapi gue langsung keluar aja. Pengecut emang. Jangan ditiru. Ngetik ini gue malu anjir :").

Ok kembali ke Herni.

Eh ke gue ding.

"Jangan gue dong. Gue males!"

"Udah, lo aja." Ayu mah gitu.

"Lo sini aja ya Um, Toy!"

Mereka berdua mengacungkan jempol. Jempol Umma bantet, jempol Toyi nggak soalnya Toyi kurus tapi kurusan gue. Soalnya pas kelas 11 berat badan gue 39kg dengan tinggi 152+ tapi 153-. Sedangkan sekarang berat badan 42. Wow! Wow! Wow! Wow! Wow! Herni nggak bisa nafas!

Posisi Herni duduk biasa seperti orang normal tangannya memegangi dada dia sendiri bukan orang lain. Bukan mukhrim.

Padahal setau gue kalau ada orang atau makhluk goib (re: yang lagi baca :"))sesak nafas, posisinya itu duduk punggung nyender ke tembok atau punggung temannya, kakinya nekuk 40° (kayaknya). Tapi malahan nggak. Gini-gini gue mantan PMR kan rada tau walaupun dikit.

"Eh itu duduknya nyender ke punggung terus kakinya tekuk deh, kalo nggak salah."

Kacang. Ok fix aku ngambek.

"Mbak anu tolong ini kirim pesan ke grup WA PMR, bilang 'monitor-monitor ada yang sesak nafas di BK'" kata si PMR itu seraya memberikan Hpnya, kemudian diambil oleh Miya.

Lah Miya disini?

Lah Kay,Simi,Lilin dan Afe juga disini? Gue kok nggak tahu ya? Nggak masalah.

Miya dengan lola nya ngirim pesan, sambil bilang "Monitor! Monitor!" Dengan logat ala-ala Komo. Tahu Komo nggak? Iya, jajanan yang kemasannya warna kuning emas. Anak jadoel pasti tahu.

Setelah agak lama akhirnya temennya PMR dateng, tapi cowok. Dia bantuin Herni nafas.

Dengan cara-cara medis loh ya bukan yaaangggg ....

Lamaaaaa banget gue nunggu Herni sembuh tapi nggak sembuh-sembuh. Gue milih duduk di samping Umma aja.

"Takut gue liat gituan," celetuk Umma.

"Hooh," Ini gue.

"Nggak, takutnya itu takutnya diaaa ... mati." So sarcasm (?) banget si Toyi.

"Heh! Jangan gitu!" gue sok banget ya, padahal juga gue mikir gitu wkwk.

"Ya kan umur nggak ada yang tahu," bales Toyi sambil cengar-cengir.

Gue sama Umma juga cengar-cengir. Nggak tahu apa faedah dari cengar-cengir, yang jelas gue sama Umma ikut cengar-cengir karena lihat Toyi cengar-cengir.

Tak lama kemudian datanglah temen gue yang juga mantan PMR, bedanya dia 'lolos' bukan 'kabur' kayak gue. Dia gantiin temennya PMR yang kedua itu, soalnya PMR yang kedua itu cowok.

Terus PMR yang pertama duduk di samping gue, bersamaan dengan Kay yang duduk di samping gue yang lain. Gue inget kalau PMR pertama ini adalah temennya Kay, namanya Septa. Gue mau nagih sesuatu sama Septa.

"Heh! Sep! Mana gelang gue!" fyi, Kay itu minjem gelang gue tapi dipinjem sama Septa.

"Yah ... dah hilang, Mbak!" kata Septa ke gue.

"Mbak lah tadi gue blablablabla ...." Septa lanjut ngomong entah dengan siapa.

Gue diabaikan.

Lah? Itu gelang gue, hilang. Dan dia nggak minta maaf. Langsung mengalihkan pembicaraan. Ya Allah dosa apa hamba. Itu gelang kesayangan. Bentuknya kaya jam, kecil, warna item. Kalau kalian lihat kasih tau gue ya. Gue masih ingin gelang itu balik lagi ke gue.

"Sorry Sa, dia gitu emang," ucap Kay.

Yaudah.

Pasrah.

Dedek mah bisa apa.

"Hiiii ... hiiiik ... hiiikk ...." Itu suara khas orang asma. Herni ini kena asma dan asmanya kambuh gara-gara kasus dengan Solatip tadi. Gue denger dia nafas kok ngeri ya. Dia masih pegang dada. Udah dibilang jangan pegang dada, tapi tetep aja dipegang. Takut ilang kali ya.

Lalu posisi dia berubah menjadi seperti apa yang sebelumnya gue saranin. Tapi ini bukan saran dari gue, melainkan saran dari temennya PMR pertama dan kedua yang kebetulan temen gue juga dulu pas kelas 10 namanya Ulala. Panggil aja dia Bianglala nggak pa-pa. Tadi gue yang nyaranin nggak digubris, sekarang Ulala yang nyaranin digubris. Makhluk hidup kadang emang meng-anjir-kan banget ya.

Gue menoleh ke belakang, ada Afe yang sedang bercurhat ria dengan guru BK, lagi konsultasi kandungan kali. Nggak deng, konsultasi PTN, mungkin, gue nggak peduli.

Jarak tiga bangku dari Afe, ada temen gue si Irmun dari IPA 1 sedang daftar sesuatu sama guru BK juga. Guru BK di sini ada empat. Banyak banget ya, tiga perempuan satu laki-laki. Waaahh menang banyak.

Oh iya guru BK baru gue itu anaknya mantan guru di sini. Dulu guru itu keras tapi lucu, jarang marah cuma sering ngatur. Nah anaknya guru itu, alias guru BK baru gue, adalah seorang 'otaku' alias pecinta anime. Pecinta anime namanya otaku, kan? Gue lihat laptop beliau ada gambar Boruto dan backgroundnya juga anime, tapi nggak tahu apa. Rambutnya kaya Sasuke, tapi bajunya warna putih lagi menghadap kedepan, melihat bukit ada apinya gitu atau petir ya lupa gue, jadi gambar itu cuma menampakkan bagian belakang dari si anime. Nggak cuma anime, tapi beliau suka drama Korea juga. Lah guru gue banyak yang suka drakor euy tapi gue nggak suka. Suka sih lebih tepatnya gue lebih suka musiknya daripada dramanya.

Nggak ada yang nanya.

🍚🍚🍚

Part 10. Adakah yang baca? Hampir seribu nih :")

Lop

Xanderstern💚

My Class My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang