LAH NANGIS

311 30 12
                                    

Satu minggu telah berlalu setelah pemaksaan teman-teman terhadap gue, gadis cantik sekali calon penghuni surga yang bernama Mikasa. Akhirnya pelaksaan peringatan Bulan Bahasa akan segera dimulai. Gue datang ke sekolah seperti biasa, pukul 7 lebih sudah sampai disini.

Ketika teman-teman duduk leyeh-leyeh bercerita, gue harus menghafalkan pidato bahasa inggris untuk perlombaan nanti. Berhubung ini acara di menit-menit terakhir gue berada di SMA ini, gue ingin mempersembahkan sesuatu yang wow. Alhasil gue mau pidato dengan tema 'Ibu', sebelum mulai berpidato gue akan menyanyikan sebuah lagu berjudul Mother How Are You Today. Gue lupa itu lagunya siapa, pokoknya lagu itu adalah lagu jadul yang diberitahu oleh guru SMP dulu. Lagunya gampang dihafalkan, jadi gue mau menyanyi itu aja.

"Lo pidato, Sa?" tanya L ketika gue asik menghafalkan sambil jalan-jalan keliling kelas.

"Debat L, gue debat bahasa Prancis," jawab gue agak-agak gimana gitu. Udah tahu lagi menghafalkan pidato, dia malah tanya.

"Ye ... dasar! Tema apa?"

"Mother ...," balas gue seakan sedang membaca puisi, dan L adalah ibu.

Di sisi lain ada Simi, Silena, Lilin, dan satu lagi—gue lupa namanya karena kejadian ini sudah lama—sedang menghafalkan lagu bahasa Prancis yang juga akan dilombakan besok. Mereka menyanyikan lagu Love Your Self milik Justin Bieber.

Gue rasa mereka sudah hafal lagu tersebut, lagi pula lagu itu juga yang akan Simi dan kawan-kawan bawakan untuk melengkapi tugas bahasa Prancis nanti. Oh iya kalian tahu? Kelompok gue akan membawakan lagu apa untuk melengkapi tugas bahasa Prancis? Lagu Numb milik Linkin Park. Keren tidak? Wkwkwk.

"Pengumuman untuk seluruh siswa kelas 10, 11, dan 12 harap berkumpul di lapangan barat untuk mengikuti apel!"

Perintah salah satu guru kami. Para siswa berbondong-bondong menuju lapangan barat, namun kelas gue masih setia nongkrong di kelas. Lagi pula kelas XII IPS 4 ini dekat dengan lapangan barat.

"Apel mulu, kalo sama cogan mah nggak pa-pa gitu ya, cuci mata gitu biar nanti kalo tua nggak kekurangan sesajen gitu." Siapa yang ngomong? Miya.

"Serah lu lah Ton, kuy baris lah keburu kena marah, males gue."

"Gue sebenernya males apel tau Sa, benci gue sama apel," keluh Miya, bukan Miya Khalifa!

"Lo pikir gue cinta sama apel? Aku kan cintanya kamu, Mi."

"Najis! Hoek coh!"

Gue terkekeh sedangkan Miya memberikan ekspresi ingin muntah. Kemudian para siswa telah berkumpul di lapangan barat atau lapangan rumput atau lapangan upacara. Lapangan serba bisa pokoknya.

Gue baris di barisan ke dua. Berhubung tinggi gue segini, jadi nggak suka baris di belakang. Susah liat pemandangan, walaupun tidak ada pemandangan yang wow sih seperti kakel cogan, karena gue nggak punya kakel. Adanya adikel songong yang minta mati kali dia ya? Soalnya mereka suka bergerombol jadi satu ke kantin, kalau jalan sambil nendang ini dan itu, baju di keluarkan—yang ini mah hampir semua siswa—di mulut mereka ada permen lolipop lima ratusan dapet satu. Kalau lima ratusan dapat dua berarti itu permen lolipop jempol jaman dulu.

Kelas gue kan XII IPS 4, jadi barisnya di samping kelas Hanni dan Sita. Kelas Hanni ada di sebelah kiri gue.

Gue menoleh ke arah barisan IPS 5, gue liat Gea berada di sana. "Ge, kelas lo yang ikut pidato bahasa Inggris siapa?" tanya gue yang sedang jongkok menghindari panas sinar matahari—gue bukan vampir.

"Gue haha," jawab Gea sambil ketawa padahal nggak ada yang lucu.

"Oo ... tema apa?" tanya gue lagi, polos, polos banget.

My Class My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang