Gue berangkat sekolah diantar mobil angkutan SMP seperti biasa, bersama enam temen gue. Gue harus cepat-cepat sampai di kelas sebelum bel, karena harus upacara dan piket.
Sebenarnya gue piket hari Jumat, tapi gue kabur, dan ketahuan. Jadi sudah dipastikan nanti bakal kena amuk massa.
"Woy cepet! Gue mau piket, nanti kena marah, males gue!" teriak gue ke Hanni dan Sita.
"Gue juga nggak pernah piket, males." Hanni mengeluarkan ponsel.
"Gue mah piket terus soalnya risih kalo kotor," ucap Sita.
Si Sita ini sok banget elah, sok higienis dia. Biasanya aja main di sekolah sambil ngubek-ngubek sampah.
Sampai di kelas, suasana masih sepi. Jadi gue enak aja asal masuk, eh ternyata malah sudah ada empat orang di sana.
Salah satu dari mereka bilang, dia adalah Novria. "Mikasa! Lo sabtu ke pasar, ya?"
Gue sebenarnya nggak terlalu denger dia ngomong apa. Jadi gue iyain aja lah biar cepet.
"Gue liat lo di pelataran toko!"
Shit! Tuh kan ada yang lihat gue sama Hanni kemarin lagi nyolong wi-fi di pelataran toko. Jadi kemarin gue sama Hanni memang pergi ke pasar beli sesuatu, sekalian memanfaatkan wi-fi yang ada.
Di sana ada beberapa wi-fi, gue sama Hanni menggunakannya untuk download sesuatu. Download tidak tanggung-tanggung, sampai satu giga byte. Kan gue sama Hanni memanfaatkan gratisa. Prinsip kita itu "Kalau ada yang gratis, kenapa nggak" he-he-he.
Kemudian gue ketawa aja menanggapi perkataan Novria, terus bilang ke Hanni. "Han! Novria liat kita kemaren lagi wi-fi-an!"
Hanni masang wajah kayak kaget gitu, matanya yang memang sudah gede, jadi makin gede. Ia juga memasang wajah kayak mau ketawa, jadi mukanya absurd bin ajaib binti aneh gitu deh.
Gue ngomong lagi. "Untung Novria yang liat, coba Denok, mesti udah difoto masukin grup WA!"
Hanni malah ketawa.
Gue lanjutin nyapu aja, biar cepet kelar, terus nanti kalo Miya, Pawina, sama Rosi dateng, gue bakal sorakin mereka karena belum piket.
Rosi pun datang ....
"Rosii!!! Pikeettt!!" teriak gue merdu sekali.
"Gue udah piket pas pulsek, huu!" jawab dia sok-sokan, sok sekali sampai pengin gue jus mukanya.
"Rosi mah kalo piket pulang sekolah. Nggak pulang langsung pulang, kabur!" Ayu nyeletuk nyindir gue. Matanya ngelirik-lirik sambil mau ketawa gitu, kita di kelas ini emang sering sindir-sindiran kayak bocah TK baru masuk PAUD!
Miya datang ....
"Miyaaaa pikeet!!!" teriak gue ke Miya. Si Miya malah memicingkan mata sok terusik dengan suara merdu gue. Semua yang di sini songong.
"Mikasa, jangan berisik dong!"
Padahal dia juga sering berisik -_-
Ya udah awas aja kalau dia nanti nggak piket.
Kata Sita, gue kalau menyapu tuh nggak bersih, mengambang gitu. Dia ngambil sapu dari tangan gue, lalu dia yang menyapu.
"Gue itu calon istri idaman, nyapu aja bawa Quran!" celuk Sita sombong, dia memang pas bawa Quran, punya temen sekelasnya yang dipinjem Miya.
"Nyapu tuh gini, bersih. Kalo nggak, nanti suaminya brewokan!"
Gue ketawa aja, dia mah suka gitu. Btw kalo brewokan kayak bokapnya Hanni hahaha.
Kemudian gue jawab aja. "Ya ... yang namanya jodoh mah asal dikasih aja, terserah. Kalo jodohnya brewokan ya mau gimana lagi." Gue kayak orang pasrah, sumpah.
Sita pasang muka mau muntah. "Iiihhh jorok tau, kayak pak X, masa dia ileran sampe ke brewoknya, kan jijik."
"Hahahahahaahahhaah." Gue jadi inget bapak itu. Udah, jangan bahas, nanti kualat loh.
Setelah gue cepat-cepat piket, ternyata nggak upacara. Sial. Ternyata upacaranya itu hari rabu, tanggal tujuh belas. Di sekolah gue, memang seperti itu. Kalau di satu minggu itu ada tanggal tujuh belas, ya itulah upacaranya, walaupun itu hari Selasa, Rabu, atau Kamis.
Kala itu, pas piket, gue nggak tahu tanggal.
Gue terusin aja nyapunya, kemudian Lilin datang dengan tas pink milik adeknya, namanya Silena, namanya jiplak punya temen sekelasnya, sekelas sama gue juga (jelas!)
"Oooyyy!!! Gue lagi piket niih!" Gue teriak seakan piket adalah hal luarbiasa.
Afe, yang lagi duduk di bangku itu menoleh ke gue sambil ketawa karena tingkah gue. Lucu? Please, gue nggak lagi nglawak.
Lama menunggu guru datang, kami berkelakuan sesukanya. Ada yang ngrumpi, main hp buat wi-fi-an—kali ini gue nggak ikut. Yang wi-fi-an si Umma sama Pawina. Katanya mereka mau download film.
Nah, jadi gue mainin tongkat kecil tapi panjang baget, biasa buat mencet tombol LCD kalau lagi nggak ada control. Gue mainin itu aja, seakan lagi ikut lomba yang pakai tongkat itu. Gue tancepin ke keramik, terus gue kayak terbang gitu pokoknya. Eh, malah Nahdi narik galah itu. Ya, galah kan, namanya?
Kita memperebutkan galah panjang itu. Gue nggak mau kalah.
"Lepasin Nahdi, lepas!!" perintah gue, tapi dia mana mungkin mau.
Dia tetap menariknya, tangan gue sampai pedas, panas. Kampret! mana dia ketawa mulu. Waktu itu Pawina berada di belakang gue, tangan gue menarik galah biar bagian gue tuh banyak, eh si Nahda kayak nge-ulur galahnya, alhasil kena ke pawina, ke bagian perut bagian bawah, ya Tuhan!
Gue ketawa ngakak. Terus Pawina kesakitan tapi sambil ketawa juga. Ya siapa juga yang nggak ketawa kalau tempatnya di situ? Untung nggak kena masa depannya Pawina. Haha.
"Paw, sakit Paw? Haha!" Gue sok nggak tau aja derita dia.
"Sialan Mikasa!!"
Gue ketawa lagi aja. "Itu si Nahda ya, bukan gue!"
Abis itu gue kasih aja galahnya ke Nahdi, gue kabur sebelum Pawina meledakkan diri.
🍚🍚🍚
Udah seribu pembaca! Seribu dalam kurun waktu lima bulan, lama ya haha.
Makasih ya, makasih banget udah baca cerita ini. Kalau dipikir, jumlah vote dengan reads-nya beda jauuuh banget. Nggak pa-pa sih, cuma aku mikir, kok bisa ya? 😂😂
Yang penting kalian udah baca. Makasih makasih.
Thanks for 1k reads!!
Lopelope,
Xanderstern💚
KAMU SEDANG MEMBACA
My Class My Life
HumorXII IPS 4 diketuai oleh si Tomboy Pawina, berpenghuni makhluk absurd seperti Mikasa yang bermimpi menjadi istri bias, Aryo yang paling nyebelin di antara yang paling nyebelin, Bagasa manusia benci mandi, Simi yang bercita-cita menjadi istri dari gu...