• part 16 Their suspicion •

27 5 1
                                    

Budayakan Vote and Comment ya.

****

"Hey lihat siapa yang duduk di sana" teriak Sherlyn kepada kedua sahabatnya saat melihat Grisell, Vella dan Resya sedang menikmati waktu istirahat di taman belakang sekolah.

Vella dan Resya kompak melihat ke samping saat mendengar teriakan tersebut yang menyiratkan sindiran. Mereka berdua hanya Ingin melihat milik siapa suara itu tanpa memperdulikan sindiran tersebut. Sedangkan Grisell hanya melirik sekilas lalu melanjutkan membaca novelnya dengan tenang tanpa ekspresi.

Sherlyn, Sheren dan Rilla berjalan bagai model ke arah bangku taman, begitu angkuh dan licik. Mereka menuju dimana Grisell dan kedua sahabatnya itu duduk.

Yang pasti mereka akan mengusiknya. Mengusik ketenangan Grisell dan kedua sahabatnya.

"Kalian sangat merusak pemandangan taman ini!!" Sindir Sherlyn menatap sinis ke arah Grisell yang seakan tidak terusik.

Sedangkan Resya dan Vella hanya memutar kedua bola matanya malas lalu memalingkan wajahnya seakan tidak melihat tiga makhluk itu. Apakah mereka sadar jika merekalah yang merusak pemandangan.

"Udaranya juga tercemar" tambah Sheren menatap tajam tiga gadis yang sangat ia benci di depannya.

"Yah. Karena kalian adalah polusi." Geram Vella dalam hati tanpa melihat Sheren maupun kedua sahabatnya.

"Gak perlu basa-basi, mau kalian apa? Mau makan? Tapi maaf, sepertinya makanan kita sudah cukup tidak ada yang lebih untuk di bagikan ke kalian" sindir Resya sambil mengangkat kepalanya, tersenyum tipis tapi terkesan mengejek.

Mereka menggeram tapi tidak ada yang bersuara membuat Resya tersenyum sinis dan penuh kemenangan.

"Tepat. Sepertinya dugaan gue benar. Kalian kesini cuma mau minta makanan kita...hahahaha. Tapi Kenapa? Bukannya seharusnya uang kalian itu sangat banyak hasil dari tubuh kalian." ledek Resya yang di sertai tawanya yang pecah.

Resya berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat ke arah Sheren. Ia melipat kedua tangannya di dada.

"Ck!! Dasar jalang!" Cibir Resya tepat saat ia berada di depan Sheren.

Vella menatap takjub sahabatnya yang berani mengatakan itu yang belum tentu saja benar. Tak lama Vella tersenyum puas lalu berdiri dari duduknya. Ia juga melangkah menuju kearah tiga gadis itu dan berhenti tepat di sebelah Resya.

"Lihat mereka kehabisan kata-kata!." Celetuk Vella membantu sahabatnya.

Mereka bertiga benar-benar ingin meledak di tempat saat itu juga. Mereka mengerti sangat mengerti bahwa perkataan Resya barusan adalah menuduh mereka menjual tubuhnya kepada pria hidung belang setiap malam di Club dan mendapat uang yang banyak.

Sheren mendekati Resya dan......

Plak.

"Kurang ajar, lo pikir kita ini gadis seperti apa? Hah!!! Gadis rendahan!! Jalang!!" Maki Sheren yang sudah tidak tahan untuk tidak menampar wajah Resya yang sudah keterlaluan.

Resya shok. Ia diam mematung dengan kepala memaling ke samping, hasil dari tamparan Sheren yang teramat kuat. Ia tahu jika ia sudah lancang berbicara yang belum tentu benar adanya hanya saja ia masih marah pada kejadian waktu itu.
Dimana Sherlyn memperlakukannya seperti sampah hingga ia pingsan.

Apakah ia salah sekali-kali bicara bohong. Agar gadis itu malu.

"Stop!!!"

Suara yang sangat familiar dan terkesan dingin itu berhasil membuat semuanya terdiam dan memfokuskan pandangannya pada satu titik. Grisell.

REAL FEELING's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang