• part 11 Brithday party (2) •

32 6 9
                                    

Budayakan vote and comment ya

****

Setelah hampir menghabiskan waktu setengah jam. Akhirnya mereka berdua telah sampai di depan hotel bergaya klasik yang menjadi tempat berlangsungnya pesta ultah Adisya.

Vino turun terlebih dahulu dari dalam mobilnya, berniat membukakan pintu penumpang untuk Grisell tapi, Naas. Ternyata Grisell sudah terlebih dahulu turun dari dalam mobil tanpa menatapnya. Membuat Vino tersenyum kerucut melihatnya tapi tak lama kemudian ia tersenyum manis ke arah Grisell saat gadis itu sudah berada di depannya.

"Udah? " tanya Vino memastikan bahwa Grisell sudah siap masuk ke dalam.

Awalnya Grisell ragu tapi tak lama ia meyakinkan dirinya sendiri agar tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi di dalam sana. Karena jika boleh jujur ia benci keramaian. Karena ia benci berbaur dengan orang munafik di dalam sana. Sungguh, jika sekarang ia bisa pulang ia lebih memilih pulang dari pada harus datang ke pesta membosankan seperti ini.

Lagian juga jika di pikir-pikir, apa untungnya ia datang? Toh, dia juga tidak kenal dengan semua para tamu di pesta itu. Karena kenyataanya ia memang tidak diundang.

Tunggu?

Tidak di undang?

Tidak? Itu tidak benar?

Jelas-jelas ia di undang secara langsung oleh Vino, temannya atau mungkin sahabatnya Adit. Karena ini adalah pesta ultah Adisya adiknya Adit, jadi ia di undang secara langsung oleh Adit melalui Vino. Bolehkah ia berpikiran begitu?

Menyebalkan.

Jika memang Adit berniat mengundangnya, kenapa harus melalui Vino? Kenapa tidak di kasih langsung saja undangannya? Kenapa harus bersama Vino? Kenapa? Tiba-tiba hatinya mengatakan ada yang tidak beres dengan semua ini. Kenapa? Karena tiba-tiba Vino mengajaknya ke pesta ini, jelas-jelas mereka berdua tidak kenal ataupun dekat satu sama lain. Lagian juga apa untungnya bagi Vino mengajaknya kemari? Apa Untuk––

"Udah siap? Kok ngelamun? "

Grisell tersentak dari lamunannya saat suara Vino kembali terdengar di pendengarannya. Grisell mendengus kesal karena Vino menganggu lamunannya tanpa menjawab ia segera melangkahkan kakinya memasuki hotel tersebut tanpa memperdulikan tatapan bingung dari Vino yang sudah tertinggal jauh di belakangnya. Cukup lama untuk Vino kembali pada kesadarannya, ia tersentak saat melihat Grisell perlahan menjauh dari pandangannya dan hilang di telan pintu. Ia segera mengejar Grisell karena takut gadis itu akan tersesat.

Ia yakin Grisell tidak tau di lantai berapa acaranya tapi gadis kutub itu seakan tau semuanya. Liat saja nanti, jika gadis kutub itu mulai kebingungan untuk menentukan laintai berapa acaranya di gelar dan di saat itu pula Vino akan menertawakannya atas tingkah bodohnya itu.

Di saat Vino telah sampai di depan lift, ia melihat gadis kutub itu berdiri bak sebuah patung dengan pandangan dingin tanpa ekspresi menatap ke datangan Vino. Lihatlah betapa dingin dan angkuh gadis itu.

Saat telah berada di depan gadis itu Vino menatap geli saat melihat raut cemberut gadis itu. Tunggu? Cemberut?. Sejak kapan gadis itu pandai menampilkan raut menggemaskan seperti itu, bukankan dia selalu menampilkan raut datar dan dingin saat bersamanya. Ada apa dengannya sekarang? Apa tadi saat dia tidak ada, kepala gadis itu terbentur dinding.

"Kenapa gak masuk duluan? " tanya Vino memandang remeh ke arah Grisell.

Grisell yang mendengar itu bertambah kesal, bukannya dia yang mengajaknya kesini tapi di juga yang di suruh masuk duluan. Dia mana tau, menyebalkan!!!

REAL FEELING's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang