Teruntuk Erlangga

193 14 1
                                    

Hai, Angga.

Hai, Bernard.

Atau apa pun, intinya hai, Erlangga.

Hm, enaknya berbicara aku - kamu atau lo - gue ya? Ya, apa aja deh ya, toh kamu tidak akan membacanya juga hehehe. Sudah lama juga aku tidak membuat puisi atau apapun yang menyangkut tentangmu.

Jika aku berani sedikit saja, mungkin sudah dari lama aku mengirimu pesan walaupun alibinya adalah salah kirim.

Hari ini hujan, bertepatan dengan nama kota ini, kota hujan yang memiliki beribu makna. Saat ini aku ada di sekolah sekalian mampir ke anak PMR. Lihatlah, gedung sekolah kita menjadi lebih bagus. Aku berada di kelas kita, kelas pojok yang dulu sangat usang bahkan sangat tua, tapi kenangan manis selalu menghiasi.

Aku baik-baik saja, tidak sepenuhnya sih, karena sesekali wajahmu suka sekali menari-nari di pikiranku. Hari-hariku berjalan seperti biasa, hanya saja tidak semenarik saat aku sekolah dulu, karena belum ada yang bisa menggantikan posisimu.

Lantas, bagaimana denganmu? Apa kamu baik-baik saja di sini? Apa kamu masih suka bermain sepak bola, atau masih sering bermain gitar? Intinya sih, sudahkah ada perempuan lain di kehidupanmu?

Aku tidak tahu lagi bagaimana kabarmu, teman-temanku juga tidak pernah lagi memberikan informasi apapun tentangmu. Kamu juga sekarang jarang sekali muncul di instagram, mungkin terlalu sibuk ya?

Aku juga sering sekali merasa deja vu. Aneh ya, semuanya seakan selalu ada kaitannya denganmu, Ngga.

Nostalgia itu menyenangkan ya, aku teringat hari pertama kita bertemu, sebenarnya sejak hari itu aku selalu memperhatikanmu, hanya karena kamu menyapaku tiba-tiba saja sudah menarik perhatianku. Apalagi saat kamu sudah mulai ikut-ikutan memanggilku dengan sebutan "Kancut" jujur deh, saat itu aku senang sekali. Aku nggak tahu kenapa rasanya senang, padahal saat itu kita tidak terlalu dekat.

Perlahan-lahan juga aku selalu menatap pintu kelas melihat apa kamu sudah hadir atau belum. Bahkan setiap hari aku selalu menunggu kamu untuk dapat bercanda bersama, dan mulai saat itu aku mulai merasakan perasaan yang aneh. Hanya menatapmu dari belakang saja saat itu jantungku rasanya mau copot. Alay banget kan?

Akhirnya aku menceritakan ke teman terdekatku, mereka bilang itu namanya perasaan suka. Saat itu aku selalu mengelaknya. Aku hanya tidak ingin mengakui kalau aku suka kamu, Ngga, kenapa? Karena kamu tuh badboy, rasanya aneh aja, kayak patut di pertanyakan aja gitu kalau aku suka sama anak nakal seperti kamu.

Walau kenyataannya aku selalu luluh dengan perlakuanmu, rasanya kamu lelaki pertama yang bisa membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya.

Coba aja ya kalau kamu tahu, kamu itu laki-laki pertama yang selalu chat-an sama aku, walau nggak sering tapi ya itu pertama kalinya sampe larut malem gitu, terus malam-malam di ucapin semangat,  Benar-benar pertama kali banget sih. Karena, Marwan yang notabenenya sahabat aku, dia nggak pernah kayak gitu, harus aku ingatkan dulu, baru dia akan bertindak, tapi kamu tidak, kamu tidak seperti itu, Angga. Kamu laki-laki pertama yang, ya pokoknya yang buat aku selalu deg-degan.

Rada geli, sih.

Sekarang aku sedang duduk di teras kelas kita, kalau di sini keingatnya waktu hari Kamis, saat itu lagi hujan deras terus kita lagi di sini, di teras kelas saling ngobrol terus kamu minjem ponsel aku yang pas balikin ponselnya tiba-tiba aja kamu ngusap kepala aku. Itu tuh rasanya mau terbang! Aku masih ingat gimana reaksi aku saat itu, langsung diam dan tahan nafas, terlalu gugup!

One Year Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang