Fakta tentangnya

63 14 2
                                    

Bogor.
Maret, 2017.

Ini benar-benar ada yang aneh, aku tidak bodoh kok. Aku tahu betul kalau Albi itu selalu mencocok-cocokkan aku dengan Erlangga. Bahkan aku di buat sebutan couple sama dia, ilalang couple. What? what the heck is this?

Karena katanya aku dan dia sama, sama-sama lemesan gitu. Aku saja sering di ledeki tidak punya tulang hanya karena di dorong dikit langsung jatuh. Ya... iya sih ku akui.

Oh, hari ini tentu ada yang baru. Benar-benar baru sampai berhasil membuatku terpesona, atau bahkan aku mulai mengakui parasnya? Entahlah, pagi tadi tepat bel berbunyi dan aku yang terus memperhatikan mejanya karena pemiliknya belum datang, tiba-tiba seseorang datang.

Orang yang ku tunggu, yang rambutnya acak-acakan, seragamnya putih bersih rapih, seragamnya baru, lengan panjang dan di gulung asal sampai sikut. Tampak fresh. Astaga... ini sih aku akui kalau dia tampan! Nggak tahu kenapa sebenarnya cowok itu parasnya lebih keliatan kalau make kemeja lengan panjang, terus di gulung gitu, asdfghjkl.

Zinah mata, Za. Astagfirullah...

Oke, jadi nggak fokus gini. Padahal sekarang aku lagi ulangan TIK. Ya, aku yakin sih nilaiku tidak akan sebagus sebelumnya, ngerasa aja. Mau nyontek juga tidak akan bisa, ngawasinnya aja ketat banget.

Begitu selesai kertas ulangan itu di oper ke depan sampai akhirnya di ambil guru tersebut dan di tukar ke barisan lain. Aku mengambil kertas yang di berikan Nabila, lalu aku mengoper kertas lainnya ke belakang.

Sontak kepalaku menoleh ke arah Erlangga, memang selama ulangan kami sempat berkontak mata namun aku langsung memutuskannya. Beberapa kali Erlangga melihat kertas ulangan tersebut kemudian mengopernya ke belakang, mungkin dia lagi melihat namanya. Tidak lama dia mengambil kertasnya dan mengoper sisanya ke belakang.

Hm, sudah lah lupakan. Aku melihat ke belakang Erlangga dan seterusnya. Ah, sepertinya punyaku ada di Udin deh, semoga aja dia periksa jawabanku dengan benar.

Ugh, tuh kan benar jawabanku banyak yang salah. Sudah lah ini pasti dapat nilai sekitar tujuh, ampun dah.

Aku menopang daguku, badmood abis sih ini kalau udah tau nilai jelek. Fisya juga sama nilainya sepertiku, dia lagi ngobrol gitu sama Aron palingan nanya si Aron ngoreksi punya siapa.

Fisya menyenggolku, apaan sih nih anak. "Punya lo di Angga."

"Hah? Di siapa?"

Pasti salah dengar.

Benar deh, kayaknya telinga aku lagi bermasalah gara-gara pakai earphone terus.

"Itu ulangan lo di koreksi sama Angga."

"Demi apa?" Aku langsung duduk tegap, aku menatap Fisya, barangkali dia langsung tertawa yang artinya dia berbohong. Tapi nyatanya tidak. "Serius, nih gue tanya--"

"Jangan ih."

"Ck, udah diem."

Ya ampun, Sya...

Sumpah kenapa aku jadi deg-degan begini? Aku pura-pura sibuk, sibuk... ya sibuk ngapain kek, pura-pura meriksa ulangan lagi, padahal aku lagi fokus dengerin suara Erlangga.

One Year Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang