USBN

57 10 0
                                    

Bogor.
Maret, 2017.

Setelah kejadian patah hati itu pun kejadiannya masih sama, atau mungkin jadi lebih parah. I never know, karena aku juga bingung dari siapa awalnya kami jadi benar-benar udah seperti nggak saling kenal satu sama lain. Bahkan aku pun memblokir akun instagramnya. Aku hanya ingin melupakannya, dan menahan diri agar tidak membaca ulang roomchat kami berdua, atau melihat insta storiesnya. Namun, tidak ku minta juga teman-temanku selalu memberitahuku tentang insta stories yang di buat Erlangga.

Mau kesel tapi mau bilang makasih juga, karena aku jadi tidak mati penasaran. Hm... begini ya efek patah hati?

Ada satu kejadian lain saat itu. Sewaktu ke kantin aku tiba-tiba teringat dengan perkataan Dilla yang waktu syuting itu. Aku pun iseng bertanya sama Pitri, "Waktu syuting itu lo nyomblangin gue ya?" tapinya si Pitri bingung sendiri dan yah kalau dia udah begini jadi kesel dengernya.

Tapinya, malam itu dia mengirimiku pesan mengungkit kejadian pas di istirahat lagi. Karena sudah penasaran akut, jadinya aku mulai menceritakan dari awal. Dari aku bisa suka dengan Erlangga sampai aku dan dia menjauh. Lalu aku bertanya tentang kejadian kelompok dia saat syuting.

Tidak lama juga pun Albi mengirimiku pesan dan meminta maaf karena sudah meledekiku dengan Erlangga, aku tidak masalah toh sekarang juga sudah berubah. Albi pun kembali menceritakan ulang secara rinci kejadian saat syuting itu,. yang padahal syutingnya sudah lama berlalu juga, namun situasi saat itu juga aku dengan Erlangga lagi dalam masa canggung sekali.

Jadi...

"Sebenarnya waktu syuting itu gue sempet denger si Fikri nanya ke Angga, yang gue denger si Fikri tuh nanya, Ngga, Kanza kumaha? Tapi si Angga tuh cuman senyum-senyum malu gitu, kalau nggak salah dia jawab, nggak gimana-gimana."

Bahkan hanya dengar ceritanya saja aku sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresinya, dan kembali berandai-andai yang berujung mungkin aku hanya salah paham.

Satu hal juga, ternyata Fikri sepertinya tahu kalau aku sama Erlangga pernah dekat, atau ya apalah aku juga tidak mengerti. Karena katanya, akun Erlangga selalu ada di HP Fikri. Berarti otomatis kan... u know that. Tapi cowok itu tidak pernah mencomblangiku si.

"Terus... maaf nih ya, Cut. Kan si Angga buka akunnya di HP si Pitri, terus pas syuting gue sama Pitri iseng buka kolom pencarian gitu terus ada nama lu di paling atas. Gue, Pitri sama Dita diem tuh mulai kepo kan, terus kita iseng buka dmnya, ya kan kaget ada nama lu terus kita buka... dan taunya selama ini yang lo maksud tuh si Angga?"

Entah mau gimana lagi bahkan hanya tau namaku ada di deretan paling atas saja mampu membuatku kesenangan lagi.

Oh, setelah itu bukannya melanjutkan ceritanya si Pitri maupun Albi langsung heboh sendiri karena perlakuan Erlangga di chat maupun di dunia nyata. Mereka saja kaget, apalagi aku.

"Habis itu si Angga ngambil HP Pitri sambil bilang kepo lu yaudah deh kita istirahat syuting kan. Terus ya tau lah cewek kalau udah ngumpul pasti ngerumpi, terus Angga mah kan kayak cewek, nimbrung muluk. Situasinya tuh kita lagi ngomongin mantan si Pitri, terus ngomongin Fisya sama Marwan yang chat diem-dien. Nah, pas itu si Angga nimbrung yaudah gue bilang aja, ah lo suka nggak ngaca, lo sama si Kanza gitu kan? Deketnya diem-diem. Terus si Angga cuman ngelak tapinya dua ketawa-ketawa terus."

Selanjutnya Albi terus meminta maaf karena sudah lancang yang menurutku itu sama sekali tidak penting. Oh, Albi juga menceritakan kalau dia lagi ngobrol sama Erlangga dan bercanda itu pasti aku memperhatikan mereka berdua, dan Albi meminta untuk tidak cemburu karena di balik sepengetahuanku mereka sedang meledek satu sama lain.

Albi dengan seseorang (I cant say his name). Kemudian, Albi kembali meledek Erlangga denganku, iya aku. Dan respon Erlangga pasti ketawa sambil bilang, iya itu Kanza, kenapa si Kanza emang. Kalau tidak salah sih seperti itu, hm... maaf Albi, aku salah paham.

Habisnya deket banget kalau lagi ngobrol gitu. Hm, ya sudah lah. Sudah berlalu juga kan?

Iya, sudah berlalu,

Tetapi mengapa aku kembali berharap perasaan Erlangga sama denganku?

🍃

Hari berlalu dengan hari berganti dengan minggu. Rangkaian kejadian terus terjadi, tentang pengumuman hasil try out yang menitikkan air mata, bukan terharu melainkan kebalikannya. Dan, seperti hari ini, hari pertama aku USBN.

Tapi ada yang lebih mengesalkan lagi, yaitu sewaktu aku datang ke ruanganku, Fisya menghampiriku dan berkata, "depan lo Angga, awas gagal move on."

Untuk pertama kalinya aku benci satu ruangan dengan anak-anak yang pintar sekaligus aku benci duduk di belakang.

Aku tidak berani masuk ke dalam kelas, jadinya setelah di suruh ke lapangan aku dan Albi langsung turun ke bawah dan masih menggendog tas.

Begonya aku di permalukan sama guruku sendiri.

"Kancut kenapa pake tas? Taro tasnya." Ya mending sih kalau Pak Ardi ngomongnya depan aku sendiri, lah ini ngomongnya make mic pas anak-anak udah pada baris sedangkan aku baru turun dari tangga.

Dan semuanya langsung nengok ke belakang, sip. Aku langsung berlari ke atas untuk meletakkan tasku dan ke bawah lagi. Aku masuk ke dalam barisanku, kami pun mulai merapihkan barisan, yang tau-tau begitu aku menengok, di sebelahku ada Erlangga. Aku diam, jantungku kembali berdebar dan pikiranku sibuk memilih untuk bertukar dengan siapa.

Mau tukeran sama yang di depan tapi nanti nggak bisa merhatiin dia, mau di belakang tapi... ah ya sudah lah, aku tukeran sama Dhisty aja.

Aku menoleh ke belakang, "Dhis, tukeran ya?"

Bukannya di jawab, Dhisty langsung menarikku ke belakang dan dia maju ke depan. Emang dasar Dhisty, untung aja nggak jatoh.

Setelah berdiri dengan sikap sempurna, aku baru berani melirik Erlangga, sebenarnya aku nggak tahu ini memang benar atau memang aku yang berhalusinasi. Tapi Erlangga sedang menengok ke belakang, tepatnya aku atau orang lain entah lah, namun satu detik ketika mata kita bertemu Erlangga langsung kembali melihat ke depan sampai kami kembali ke kelas pun dia tidak menoleh ka arahku lagi.

Bahkan ketika dia meledek anak perempuan di ruangan, dan bertanya beberapa soal ke yang lain. Tetap aku yang jadi pengecualiannya.

Entah aku yang bego mau di contekin sama dia, atau dia yang bego karena nanya sana sini. Aku juga nggak pernah tahu. Karena dasarnya, aku memang sudah di butakan dengan perasaan itu.

🍃

A/N

Aku lupa-lupa inget sama yang Albi ceritain, pokoknya intinya gitu dan gitu.

Im sorry for slow update, ada dua hal sebenarnya yang menghambat aku buat lanjut ngetik.

Pertama ya pasti karena jadwal padet dan sibuk banget. Dan terakhir, udah nggak mau nginget ke masa lalu lagi sebenarnya:') Tapi rasanya mau di hapus aja berat gitu, aneh emang, cuman pengen di kenang aja tapi akunya males ngenangnya. Duh, dasar cewek.

Tapi udah setahun lewat juga masih aja gitu:) Mana kalau di angkot suka ada yang postur tubuhnya mirip sama Angga, aku kira beneran dia padahal udah deg-degan segala, tapi pas liat wajahnya... ternyata bukan.

Ya mustahil juga sih ketemu dia di sini, so stupid emang.

One Year Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang