14 • Abigail's Party [1]

4.4K 472 26
                                    

Pada jam istirahat tadi, Abigail, teman sekelas Arsya memberikan undangan ulang tahun ke teman sekelasnya. Memang terkesan mendadak, akan tetapi Abigail juga sudah memperingati teman-temannya untuk tidak memberi ia hadiah. Abigail hanya menanti teman-temannya hadir di rumahnya saja.

Dan disana lah keempat sekawan itu berada saat ini. Di rumah mewah, namun terlihat sepi. Meskipun halaman rumah sudah dihias sedemikian rupa, tetap saja disana hanya ada beberapa manusia yang merayakan hari kelahiran gadis keturunan eropa itu. Jadi, Arsya dengan sendirinya dapat menarik kesimpulan, bahwa Abigail hanya ingin suasana yang ramai dihari kelahirannya.

"Abe!" seru Arsya begitu ia berjalan mendekati Abigail.

"Hey, Sya! Gue kira lo gak datang." sahut Abigail tersenyum senang.

"Gue pasti datang, Abe. Lo kan teman gue." ucap Arsya membuat senyum Abigail merekah tak terkendali.

"Oh iya, ini buat lo, jangan dilihat dari harganya ya!" seru Arsya sembari memberi kotak kado yang ia bawa

Setelah Arsya, kini ketiga temannya bergantian memberi ucapan selamat ulang tahun pada Abigail. Tak lupa ketiga temannya itu juga memberi kado untuk Abigail.

"Gue kan sudah bilang, gak perlu kasih kado. Yang terpenting kalian datang juga gue sudah senang!" ujar Abigail tak menepis rasa senangnya.

"Gak bisa lah, anggap saja kado itu sebagai bayaran makanan yang bakal kita makan nantinya." Kini gantian Gerry yang menjawab

"Iya, betul." sahut Arya

"Gak usah ikutin gue!" seru Gerry menoyor kepala Arya. "Gak inisiatif banget sih lo jadi cowok." Lanjutnya.

"Jadi, lo lagi mau ngedeketin Abigail? Yang kemarin mau lo kemanain, Ger?" Gerutu Arya

"Yang kemarin sudah di comot orang."

"Karma lo sama gue haha," ledek Arya

"Enak aja lo pantat panci! Gini-gini juga gue bakal cepet dapat yang baru, gak seperti lo yang lama-lama berabu." balas Gerry tak mau kalah

"Berlumut kali, Ger." ralat Arsya

"Berabu lah, Sya. Dia kan kerjaannya kebakar api cemburu mulu. Jadi, lama-lama dia jadi abu, bukan lumut lagi."

Recehan kecil yang keluar dari mulut Arya maupun Gerry membuat Abigail tertawa. Ia tidak pernah merasa dekat dengan orang lain. Sebab, hidupnya penuh dengan kesendirian. Kadang ia bergaul dengan seadanya saja. Tapi, kali ini ia merasa kalau ia harus bisa membuka diri untuk bergaul dengan keempat sekawan itu.

"Oh iya, orang tua lo yang mana, Abe?" Tanya Arya celingukan mencari-cari dimana keberadaan orang tua Abigail.

Pertanyaan tersebut sontak membuat Abigail menjadi lesu. "Mereka gak dirumah."

Keempat sekawan itu termenung. Terutama Arya, ia jadi merasa tidak enak. Namun, tak lama kemudian Abigail kembali mengembangkan senyumnya. "Ayo masuk," ajak Abigail berjalan duluan ke dalam rumah

Ruang tamu Abigail benar-benar luas dan cantik dengan dekorasi bernuansa polkadot. Keempat sekawan itu tidak menyangka kalau ternyata Abigail merupakan anak dari keluarga konglomerat. Semua itu terlihat saat mereka datang ke rumah Abigail. Keseharian Abigail pun biasa-biasa saja, tidak menampilkan kalau ia orang yang berkecukupan, sangat malah.

"Hai semua, terima kasih sudah datang ke acara ulang tahun gue yang super dadakan ini. Gue senang karena kalian mau menyempatkan diri untuk datang kesini." ucap Abigail di atas panggung kecil.

"Sebelumnya, gue mau tanya ke kalian nih, kalian pada bisa pulang malam gak?" Tanya Abigail

"Bisa lah!"

"So pasti bisa dong!"

"Gak bisa,"

Jawaban yang berbeda itu mampu terdengar oleh telinga Abigail. Ia tersenyum simpul. "Nanda, lo gak boleh pulang malam?"

"Bercanda doang gue, Abe." sahutnya yang langsung disoraki oleh teman lainnya.

Abigail kembali bicara perihal kegiatan apa saja yang akan ia adakan di pestanya malam ini. Yang pertama-tama, sebagai formalitas pada umumnya adalah tiup lilin serta memotong kue tart dengan desain tingkat dua.

Setelah acara formalitas tersebut, Abigail sudah menyiapkan beberapa acara yang salah satunya adalah berdansa. Sampai tiba pada saatnya, alunan lagu mulai terdengar. Para teman laki-laki nya sibuk mencari pasangan untuk berdansa, sedangkan teman perempuannya justru merasa malu-malu untuk menerima ajakan berdansa dari para kaum laki-laki.

Di sisi lain, Arya sibuk mengajak Nandieta untuk berdansa bersama. "Ta, dansa sama gue, yuk?"

"Gue gak bisa dansa, Ar. Bisanya nari jaipong." balas Nandieta

"Ya sudah gak apa, kita nari jaipong di tengah-tengah." ajak Arya lagi

"Lo yakin? Emang lo bisa?"

"Apa sih yang gak bisa buat lo, Ta?" sahut Arya sembari memainkan alisnya naik-turun.

Nandieta tersenyum miring. Tangannya segera menarik lengan Arya menuju tengah-tengah ruangan dimana terdapat beberapa temannya yang sudah mulai menari bersama pasangannya. "Ayo, nari jaipong." ajak Nandieta yang mulai menggerakkan tubuhnya dengan lihai.

"Ta, lo serius? Ih, gue malu anjir!" ungkap Arya tak percaya. Ia pikir Nandieta tidak segila itu.

"Lah, tadi lo sendiri kan yang bilang 'apa sih yang gak bisa buat lo, Ta'" seru Nandieta meniru gaya ucapan Arya sebelumnya.

Arya menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Gue gak serius, Ta."

"Payah lo, Ar. Dari ucapan aja gak bisa serius, gimana kalo nanti jadi pacar gue coba." ketus Nandieta sembali berjalan melewati Arya

Arya melongo mendengar jawaban Nandieta. Ia segera menyamakan langkah kakinya agar bersampingan dengan Nandieta. "Tadi lo bilang apa, Ta?"

"Gue? Gak bilang apa-apa kok." Jawab Nandieta.

Di sisi lain, Arsya sedang duduk sembari meminum jus jeruk yang disediakan. Ia melihat teman-temannya yang sedang asik menari bersama. Namun, tak lama kemudian, matanya menangkap sosok gadis yang sedang ia rindukan. Gadis yang membuatnya susah tidur semalam. Gadis yang sudah menolak cintanya. Diva

"Lagi liatin siapa sih, Sya?" Tanya Abigail yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.

"Lo kapan datengnya, Abe?" Arsya justru bertanya balik

"Pengalihan isu nih," dengus Abigail

"Diva, gue lagi liatin Diva." Jawab Arsya kembali melihat ke arah Diva

"Ada apa sama Diva?" Tanya Abigail lagi

"Lo temenan sama Diva?" Arsya kembali melempar tanya

Abigail memutar bola matanya. "Sahabat. Dia sahabat gue sejak sekolah dasar!"

"Lo.. serius?"

"Buat apa gue bohong?"

"Terus, kenapa gue gak pernah lihat lo berdua main bareng?" Tanya Arsya penasaran

"Gue sama Diva sudah mulai renggang. Kita berdua sudah gak terlalu deket sejak awal masuk SMA."

"Apa masalahnya?" tanya Arsya lagi dengan muka penuh keingintahuan

"Lo kepo banget ya!" Ucap Abigail tertawa kecil. "Jadi, gue yang menjauh dari dia karena dia jahat sama gue!" Lanjut Abigail dengan senyum tenang

Arsya mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Jahat? Jahat kenapa? Sebelum Arsya berpikir lebih jauh, Abigail sudah kembali berbicara.

"Jahat, karena dia sudah berani-beraninya dekati lo. Ngejar-ngejar lo setiap hari di sekolah. Itu semua buat gue marah sama Diva." seru Abigail dengan wajah serius. Membuat Arsya dilanda rasa bingung tingkat teratas.

"Abigail marah sama Diva karena itu? Sumpah?" tanya Arsya membatin









.
.
.
.
.
.
.

To be continued...

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang