Setibanya di sekolah, Arsya pamit pada ayahnya lalu turun dari mobil dan berlari memasuki gedung berbentuk U itu.
Hal yang paling pertama Arsya datangi adalah papan pengumuman, dimana ia akan mendapatkan informasi apakah ia masuk kelas MIPA atau IPS. Jujur saja, Arsya sendiri sangat berharap kalau ia bisa masuk ke kelas IPS yang sejalan dengan cita-citanya. Tapi, kembali pada Tuhan yang berkehendak.
"Arsya!" Seru temannya yang bernama Gerry
"Kenapa, Ger? Lo udah liat pengumumannya?"
Gerry mengangguk. "Udah. Kita sekelas lagi, bareng-bareng bertiga!" Ungkap Gerry begitu antusias
"Mipa atau ips?"
"Ips dong" jawab Gerry bangga
Arsya dapat bersyukur atas pilihan Tuhan untuk dirinya. "Tapi masa iya kita sekelas? Sama Arya juga?" Tanya Arsya masih tak percaya
"Iya lah, guru-guru peka mungkin sama kita" sahutnya acuh
Arsya terkekeh lantas Gerry mengajak Arsya untuk ikut masuk ke dalam kelas barunya. Kelas 11 Ips 2.
"Lo duduk berdua? Lah terus gue dimana nih?" Tanya Arsya melihat ke sekeliling kelasnya. Banyak orang asing yang belum Arsya kenal. Hanya ada beberapa yang ia kenal karena sebelumnya pernah sekelas saat kelas 10 kemarin.
"Lo di belakang kita atau depan kita aja, masalah duduk sama siapa nanti gampang lah," balas Arya menepuk bahu Arsya
Arsya mengangguk. Ia juga tidak masalah jika harus duduk sendiri. Justru kalau ia duduk sendiri akan lebih mudah untuk dirinya menyerap ilmu yang diberikan oleh guru nantinya.
Hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir semester seperti ini biasanya tidak diadakan upacara dan yang lebih menyenangkan mungkin kelas akan dimulai dengan perkenalan saja tanpa langsung masuk dengan pelajaran baru.
Bel pertanda kegiatan belajar sudah dimulai baru saja berbunyi, kelas 11 ips 2 sudah mulai ramai. Tapi, kursi di sebelah Arsya tetap kosong. Arsya sampai berpikir apakah orang-orang dikelasnya menakuti dirinya?
"Hey" sapa salah seorang siswi yang baru saja masuk ke dalam kelas pada Arsya.
Arsya melihat ke kanan dan kirinya. Jelas-jelas di sebelah kanan dirinya itu tembok. Ia menunjuk dirinya lantas berkata. "Gue?"
Siswi itu mengangguk dengan menampilkan senyum manisnya. "Iya. Gue boleh duduk disini gak? Soalnya kursi bagian depan udah penuh dan gue gak mau duduk di belakang"
Arsya menoleh ke belakang. Dilihatnya Arya yang menatap siswi itu tanpa berkedip dan Gerry yang menatap dirinya dengan alis naik-turun menggodanya.
"Duduk aja" akhirnya Arsya memutuskan untuk menerima seorang siswi duduk di kursi sebelahnya.
"Hai, nama gue Arya" sapa Arya pada siswi yang berada di sebelah Arsya
"Hai, gue Gerry"
Arsya sontak menoleh ke belakang dan menggelengkan kepalanya. "Gak bisa liat yang bening dikit ya lo pada!"
Siswi itu menjabati satu persatu tangan kedua teman Arsya. "Hai, gue Nandieta. Biasa dipanggil Tata." Ucapnya mengulas senyum simpul
Siswi yang bernama Tata itu mengalihkan pandangannya pada laki-laki disebelahnya. "Kalo lo? Nama lo siapa?"
Arsya mengulurkan tangannya. "Gue, Arsya"
Tak lama kemudian wali kelas 11 ips 2 masuk ke dalam kelas. Guru wanita yang masih terlihat muda.
"Selamat pagi anak-anak!" Seru sang wali kelas
"Pagi" serempak siswa siswi disana
"Ada yang sudah tau siapa nama saya?" Tanya guru itu. Siswa dan siswi yang ditanya hanya menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYANDIE
Novela Juvenil•Sequel Marrying My Enemy• "karena yang ku tau, cinta itu buta." Arsya tak pernah sedikitpun berpikir kalau masa remajanya akan jadi seperti saat ini. Hidup bersama keluarga yang sangat menyayanginya. Meskipun ia tau, kalau dirinya bukanlah anak kan...