22 • Malam Itu

2.3K 211 10
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Tepat di tanggal yang sama, dimana Arsya menyatakan perasaannya pada gadis yang ia suka kala itu. Hari ini, tepat tiga bulan ia menjalin hubungan dengan Diva. Meski masih terbilang muda, hubungan keduanya kerap tertimpa suatu masalah, baik itu dari hal sepele maupun hal yang memang patut untuk di permasalahkan.

Hari ini Arsya sudah membuat janji dengan Diva. Ia sudah tiba di kedai kopi yang sering ia kunjungi bila ingin melepas rindu. Arsya langsung menempati kursi dengan nomor 04 yang ada di atas meja. Ia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan pada Diva yang menyatakan bahwa dirinya sudah sampai.

Seperti biasa, Arsya lebih dulu memesan minuman sembari menunggu kedatangan Diva. Ada hal yang perlu ia bicarakan setelah pertengkaran diantara mereka beberapa hari lalu yang menyebabkan keduanya sedikit berjarak menjauh.

"Kamu sama siapa?" Terdengar dari suaranya saja sudah menggambarkan kekhawatiran dari diri Arsya.

Gadis yang ditanyai melalui telepon itu hanya menangis sesegukan, menghiraukan pertanyaan Arsya.

"Aku ke sana ya? Tolong share location ke aku sekarang!" ucap Arsya lagi

Sebelum menutup telepon, Arsya mendengar suara lelaki di sebrang sana.

"Ayo, Sayang. Kenapa menangis? Aku kan belum..."

Tak ingin mendengar lebih percakapan pria asing itu, Arsya segera mengambil jaketnya lalu dengan tergesa-gesa lari keluar rumah. Sampai-sampai ia menghiraukan pertanyaan dari Bundanya.

Arsya tau ini berbahaya, tapi Arsya merasa bahwa pacarnya saat ini justru sedang dalam situasi yang jauh sangat berbahaya daripada tindakannya kali ini. Untuk sekilas, Arsya mengusap layar ponselnya sekedar melihat lokasi terkini yang baru saja dikirim oleh Diva.

Pikiran Arsya bercabang kemana-mana. Bagaimana bisa pacarnya datang ke tempat seperti itu? Tanpa memperdulikan kondisi jalanan yang padat malam itu, Arsya mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi.

Hanya butuh waktu dua puluh menit, motor Arsya sudah terparkir rapi di parkiran. Ia dengan cepat melepas helm dan mengambil kunci motornya. Arsya berlari masuk ke dalam club malam.

Di dalam, Arsya bertemu dengan gadis yang ia kenal sebagai teman Diva sewaktu SMP. Tanpa basa-basi, Arsya menanyalan keberadaan Diva yang langsung di jawab oleh gadis yang bernama Claudia.

Arsya kembali berlari menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai dua. Kamar nomor 5. Arsya memutar kenop pintu yang ternyata dikunci. "Shit!"

Tak sampai disitu, Arsya menemukan ide. Ia mengeluarkan kartu apapun yang bisa mengakali pintu yang terkunci dari dalam itu. Tak lama, ia mencoba memutar kenop pintunya lagi dan akhirnya terbuka. Ia melihat seorang pria yang usianya lebih tua sekitar 2 tahun darinya sedang menangkup wajah kekasihnya.

Dengan amarah yang memuncak, Arsya mendekati pria tersebut dan langsung menghadiahinya beberapa pukulan di wajahnya. "Lo apain cewek gue?" tanya Arsya penuh amarah

"Cewek lo? Ah, dia bilang masih jomblo padahal." seru cowok itu dengan senyuman kecut

Arsya kembali melemparkan pukulan yang keras ke wajah pria itu. "Lo apain cewek gua, bangsat?!"

Cowok itu terkekeh. "Main sebentar, ternyata cewek lo ahli juga ya!"

Ketika Arsya hendak memberinya satu pukulan lagi, tangan Arsya justru tertahan di udara. Tangan kanan Diva menahan tangan Arsya yang hendak memberikan bogeman lagi untuk cowok itu, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuh Arsya dengan erat. "Cukup, Sya. Ayo kita pulang."

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang