Dua hari pasca pesta ulang tahun Abigail, setelah tragedi berdansa, Arsya memutuskan untuk menghubungi Diva. Bukan hanya iseng-iseng semata, melainkan ia memiliki niat tersendiri yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Sore ini Arsya terlihat lebih rapi dengan kemeja parka berwarna biru dongker. Kalau dilihat-lihat, Arsya terlihat jauh lebih dewasa dari usianya ketika ia menggunakan pakaian semacam itu. Ditambah lagi dengan kaca mata bulat yang bertengger manis di hidung mancungnya. Perfect. Satu kata yang sangat cocok dengan penampilan pria yang berusia belum genap tujuh belas tahun itu.
"Kakak mau kemana?" Tanya Adel saat ia hendak masuk ke dalam kamarnya.
"Ngapel dong." Jawab Arsya dengan gaya cool andalannya.
"Macem punya pacar saja haha." Celetuk Adel yang kemudian masuk ke dalam kamar.
Kalau saja Arsya bisa berkata kasar, rasanya ia ingin sekali mengumpat karena ucapan adiknya itu. "Calon, doain dong, Del." Balas Arsya agak berteriak
"Amin aja cukup gak, Kak?" Tanya Adel lagi dari dalam kamar
"Namanya doain tuh ya di doain dong, Del. Masa cuma amin doang."
"Iya, ya Allah lancarkan apapun rencana Kak Arsya hari ini supaya dia gak jomblo melulu ya Allah." Pekik Adel dengan sedikit bergurau
Lagi dan lagi, Arsya ingin memaki adiknya itu. Tapi, dalam hati Arsya mengaminkan doa adiknya itu. Arsya turun ke lantai bawah, ia bertemu dengan Bundanya yang sedang menonton televisi bersama adik imutnya, Agatha. Ia berjalan mendekat, berniat ingin pamit pergi keluar.
"Bunda," seru Arsya kala ia mendudukkan diri si single sofa
"Mau kemana kamu, Nak?" tanya Keshia melirik sekilas
"Mau main sebentar boleh kan, Nda?" balas Arsya balik bertanya
"Main kemana? Kok rapi banget, tumben." Kini Keshia sudah duduk menghadap putranya. Alisnya ia mainkan naik turun untuk menggoda putranya itu.
"Ngapel Diva, Nda." Jawab Arsya jujur dengan sedikit cengirannya
Keshia lantas terkekeh. "Anak bunda kasmaran lagi nih ceritanya ya?" Ledeknya
"Iya tuh, Nda! Kakak tadi minta Adel buat doain biar lancar." sambung Adel yang tiba-tiba datang dan bergabung di ruang tengah.
Arsya memutar bola matanya. "Jadi, boleh gak nih, Nda?"
"Iya boleh. Ingat, jangan pulang malam-malam! Kamu kan bawa anak orang." sahut Keshia
"Iya, Nda." ucap Arsya sembari memberi hormat patuh pada ucapan Bundanya. "Kalo gitu, Arsya berangkat ya, Nda? Assalamualaikum."
Arsya mencium punggung tangan Keshia lalu mencium pipi gembul milik Agatha yang tengah serius menonton film kartun di televisi.
Arsya berjalan menuju garasi, sesampainya disana, ia memanaskan motornya sebentar lalu ia segera meluncur menuju rumah Diva.
Setibanya di rumah Diva, Arsya tidak perlu memberi kabar lagi pada gadis itu karena saat ini Diva sudah menunggu dirinya di teras rumah.
Diva berjalan santai menghampiri Arsya. Gadis itu menggunakan jeans biru muda yang dipadu padankan dengan blouse berwarna senada. Warna yang cantik untuk kulitnya yang putih.
"Sudah lama nunggunya ya?" Tanya Arsya sembari memberi helm untuk dipakai Diva
Diva menggeleng. Ia menerima helm dari Arsya dan memakainya. Ia berputar ke sisi kiri motor lalu mulai duduk di jok belakang.
"Sudah siap?"
"Siap."
Arsya mengemudikan motornya dengan sangat hati-hati. Bagaimanapun juga, saat ini ia sedang membawa dua nyawa sekaligus. Apalagi nyawa yang satunya adalah milik gadis yang ia taksir.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYANDIE
Roman pour Adolescents•Sequel Marrying My Enemy• "karena yang ku tau, cinta itu buta." Arsya tak pernah sedikitpun berpikir kalau masa remajanya akan jadi seperti saat ini. Hidup bersama keluarga yang sangat menyayanginya. Meskipun ia tau, kalau dirinya bukanlah anak kan...