17 • Dilema

3.4K 335 11
                                    

Setelah selesai menonton bioskop, Arsya mengulur waktu dengan mengajak Diva untuk makan di salah satu restoran cepat saji. Restoran itu terlihat ramai malam ini. Atau mungkin karena malam minggu?

"Lo yakin mau makan disini?" Tanya Arsya

"Yakin, emang kenapa?"

"Antriannya kenapa numpuk banget gitu sih? Lagi ada promo emang ya?" tanya Arsya lagi dengan dahi berkerut heran

"Iya! Buy 1 get 1 free. Makanya gue ajak kesini. Hitung-hitung biar lebih hemat hehe," jelas Diva dengan kekehannya.

"Kalau beli biasa aja antriannya sama? Maksudnya, kalau kita beli tanpa promo antrinya sama seperti mereka itu atau dibedakan?" tanya Arsya lagi. Sepertinya cowok itu tidak sanggup kalau harus berdiri mengikuti antrian yang sudah seperti lingkaran ular.

"Kayaknya sih beda. Kenapa? Lo gak mau antri?"

"Males banget antri sepanjang itu. Mending kalau masih kebagian, kalau kita udah dua langkah di depan dan ternyata stok habis gimana? Masa kesini cuma untuk antri doang." seru Arsya

"Iya sih. Ya sudah yuk coba tanya ke mbaknya dulu saja, siapa tau antriannya beda." ajak Diva

Keduanya berjalan menghampiri salah satu counter kasir. Pelayan disana dengan ramah menyapa Arsya dan Diva.

"Mbak, kalau beli tanpa promo antrinya sama atau beda?" tanya Arsya langsung

Wanita yang usianya berkisar 20 tahun itu kembali tersenyum ramah. "Beda, Kak. Untuk antrian biasa bisa pesan di counter 1 dan 2." jawabnya.

Arsya mengangguk. "Ok, makasih, Mbak!"

Arsya dan Diva melangkah menuju counter 1 yang ternyata memang tidak seramai counter 3 dan 4. Arsya meminta Diva untuk memilih menu yang hendak ia makan, setelahnya Arsya menyuruh gadis itu untuk duduk menunggu pesanan datang.

***

Di sisi lain, Nandieta bersama Arya sedang menelusuri salah satu mall. Seperti biasa, Nandieta akan segera pergi ke toko buku saat ia mendapat info tentang novel terbaru bergenre romantis.

Pasti kalian bertanya, kenapa bisa gadis itu pergi dengan Arya? Nandieta tidak sengaja bertemu dengan Arya di mall yang sama. Mungkin sudah takdir alam. Berhubung Arya hanya sendiri tanpa buntut, jadilah Nandieta memaksa cowok itu untuk menemaninya.

"Ta gue mau ngomong serius sama lo." seru Arya tepat di sebelah Nandieta

"Apa?"

Arya menghentikan langkahnya yang otomatis gerakan tersebut membuat Nandieta ikut berhenti melangkah. Arya mendekatkan wajahnya ke telinga Nandieta. "Gue lapar." bisiknya yang langsung mendapat hadiah manis dari sepatu boots Nandieta.

"Gak penting banget sih!" ucap Nandieta kesal

Arya terkekeh lantas memegang salah satu lengan Nandieta. Ia kembali mendekatkan mulutnya ke telinga Nandieta. "Gue cinta lo, Tata."

"Ayuk makan." ajak Nandieta kembali melangkah masuk ke restoran cepat saji yang ada di dekatnya.

Arya kembali dibuat terkekeh oleh tingkah gadis itu. Ia menggeleng kecil lantas membuntuti Nandieta.

"Lo yang pesan ya?" sebuah pertanyaan dengan nada pernyataan yang sangat mengesalkan untuk di dengar. Nandieta memutar bola matanya malas. Dasar cowok cemen.

"Iya, gue yang pesan." ucap Nandieta sembari melihat-lihat menu yang tersedia. "Tapi untuk gue sendiri." lanjutnya tanpa menoleh ke arah Arya yang masih setia berdiri disebelahnya.

"Tata, mau gue cium gak?"

"Mesum banget sih lo!"

"Ya sudah gih lo duduk aja, gue yang antri. Lo mau pesan apa?" putus Arya mengalah

Nandieta tersenyum penuh kemenangan. Ia kemudian menyebutkan beberapa menu yang ingin ia makan malam ini. Arya mengacungkan jempol lalu mulai mengantri.

Nandieta tertawa kecil melihat Arya yang akhirnya kalah. Ia berjalan mencari kursi yang kosong. Saat ia menemukan kursi yang kosong, matanya terfokus pada pasangan yang sedang duduk berhadapan. Hanya ada jarak dua meja dari meja yang ia temui.

Karena penasaran, Nandieta pura-pura berjalan mendekati pasangan tersebut. Saat tepat di sebelah meja yang ia tuju, Nandieta berdeham. "Cie.."

Pasangan itu menoleh. "Tata?"

"Gak usah kaget begitu kali." ledek Nandieta dengan senyum menjengkelkan. "Boleh gabung gak?" tanya Nandieta

"Bo..."

"Cari tempat duduk yang lain sana," pinta Arsya memotong ucapan Diva

"Lupa temen banget sih lo, Sya." ucap Nandieta

"Apa sih, Ta? Meja masih banyak yang kosong tuh, lo di sana aja!" sahut Arsya

"Tata boleh gabung di sini kok, gak apa." seru Diva menengahi

Nandieta tersenyum girang lantas duduk di kursi sebelah Diva. Ia melihat wajah masam dari Arsya dan kemudian ia menjulurkan lidahnya sebagai tanda kalau ia menang.

Tak lama kemudian, Nandieta melambaikan tangan pada Arya yang sedang mencari dirinya. Dengan lambaian tersebut, Arsya menengok ke belakang dan matanya menatap malas ke arah Arya yang sedang mendekat.

"Lo berdua udah jadian ya akhirnya?" sindir Arsya sembari melahap makanannya

"Enak aja! Lo tuh yang udah jadian sama Diva." balas Nandieta.

"Belum." sahut Arsya menatap Diva yang mengabaikan percakapan dua sahabat itu.

"Wih ada Arsya! Hai, Div." seru Arya yang baru saja tiba

"Hai, Ar." balas Diva

"Ada yang baru jadian ya? Tau gitu tadi gue gak usah ngantri." celetuk Arya

"Maksud lo?" tanya Arsya dongin

"Sebagai PJ. Masa pelit banget gak mau traktir temen sendiri." jawab Arya santai

"Gue belum jadian. Lo kali tuh yang jadian sama Tata." balas Arsya

"Gue mah nanti langsung nikah sama Tata. Ya gak, Ta?" ujar Arya sembari menatap Nandieta

Nandieta bergidik ngeri. "Gak."

"Terus lo ngapain berduaan kalo belum jadian? Bukannya Diva udah jadian sama Raja?" tanya Arya lagi yang nampaknya masih penasaran

"Gimana mau jadian kalo kalian berdua nimbrung disini. Diva milik gue, dia gak bakal jadian sama Raja!" jawab Arsya membuat Diva tersedak.

Diva meminum minumannya lantas menatap Arsya tak percaya. "Gue bukan barang yang bisa di hak milik, Sya!"

"Ya maksud gue tuh, soon lo bakal jadi cewek gue." Ucap Arsya begitu optimis akan memiliki Diva secepatnya

"Udah-udah. Mending makanannya dihabisi dulu, baru nanti lanjut lagi ngobrolnya." seru Nandieta yang sudah mulai menyantap makanannya.

Arsya menatap Diva, begitupun sebaliknya. Tatapan mata yang sama. Andai saja Diva tahu, kalau Arsya bisa membaca arti tatapan.

"Gue tau Div, lo masih suka sama gue. Jangan terlalu lama ngelawan hati, sebelum gue beralih ke hati yang lainnya." seru Arsya dalam hati, kemudian ia memberi senyum untuk Diva yang masih menatapnya.

"Bukan maksud gue untuk tolak lo melulu, Sya. Gue butuh waktu untuk perbaikin persahabatan gue sebelum ada masalah lainnya karena gue terima lo." Diva membatin dan hatinya luluh tatkala ia melihat senyuman tulus dari Arsya.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued...

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang