15 • Abigail's Party [2]

4K 407 20
                                    

Arsya kembali menatap lurus ke depan. Ia memikirkan perkataan Abigail tadi. Mungkin Arsya berpikir bahwa Abigail begitu egois. Ini perihal sahabat yang terus mengejar-ngejar dirinya saja langsung dijauhi, bagaimana kalau ada banyak perempuan lain yang semacam itu? Apa semuanya akan dijauhi juga?

"Itu hak dia untuk deketin gue, lagi pula apa masalahnya sama lo? Lo kan bukan pacar gue." Ucap Arsya

"Ehm.. gue cuma gak suka kalau Diva nusuk gue dari belakang." balas Abigail

"Kalau gue yang suka sama Diva dan kalau gue yang kejar-kejar dia, apa lo bakal jauhin gue?" Tanya Arsya

"Lo suka sama Diva?"

Arsya mengangkat kedua bahunya. "Ya, tapi dia nolak gue."

Mendengar kata-kata itu meluncur dari mulut Arsya, Abigail mengulas senyum tipis. "Berarti kalian berdua gak jadian?"

Arsya menatap Abigail yang masih duduk di sebelahnya. "Iya." Arsya menghela nafas tatkala pikiran negatif bergelayut di dalam kepalanya. "Apa lo alasan utama kenapa Diva tolak gue?"

Abigail membelalakkan matanya. "Enggak! Gue bahkan gak tau kalo lo sudah nembak Diva."

Arsya hanya manggut-manggut. "Kalo emang lo jauhin Diva, terus kenapa sekarang dia ada disini?" Tanya Arsya

"Itu karena gue mau baikan sama dia. Lagian gue pikir, gue juga sudah gak punya saingan untuk deketin lo."

"Maksud lo?"

"Karena Diva kemarin baru jadian sama Raja."

Seakan petir baru saja melewati dirinya, Arsya merasakan sakit yang begitu kentara di dadanya. Arsya menghela nafas gusar. Hilang sudah harapannya untuk kembali mendekati Diva.

"Sya! Gue cari-cari lo dari tadi. Lo gak mau dansa? Ada Diva tuh disana!" Pekik Nandieta

"Lo sendiri kenapa gak ikutan dansa? Itu di sebelah lo ada Arya. Kasihan dia kalo terus-terusan lo kacangin." Seru Arsya bertanya balik

"Tadi sudah." Dusta Nandieta

"Bohong! Gue bukan berdansa, tapi malah diajakin nari jaipong coba tuh!" Ungkap Arya jengkel

"Kan gue sudah bilang, gue gak bisa dansa! Dan lo juga.. lo kan yang setuju untuk nari jaipong di tengah-tengah! Ngaku lo!" Sembur Nandieta tak mau kalah

"Gue kan gak serius, Tata." Arya mendengus sebal

"Kalian mending jadian aja deh, siapa tau bisa saling memahami. Jadi.. kuping gue gak akan panas dengerin debat lo berdua melulu." Ujar Arsya sembari tertawa kecil

"Mana mau gue jadian sama dia. Dari ucapan aja gak bisa serius, gimana kalo jadian? Yang ada nanti malah ada cewek kedua, ketiga..."

"Sembarangan lo, Ta! Minta banget gue cium ya lo?!"

"Jangan nyosor-nyosor woy!" ucap Arsya sembari melerai Nandieta dan Arya

"Ya ampun, gue khilaf." Gumam Arya yang tentunya dapat didengar oleh Arsya.

"Makanya kurang-kurangin nonton begituan." Balas Arsya menepuk bahu Arya kencang.

"Arsya, mau gak dansa sama gue?" Tanya Abigail

"Boleh." Jawab Arsya sembari mengulurkan tangannya pada Abigail

"Sya, lo bisa dansa?" Tanya Nandieta kemudian

"Bisa, sedikit-sedikit."

"Kalo tau gitu mah gue dari tadi ajak lo aja ya? Ya sudah gih lo dansa sama Abigail saja dulu, nanti gantian ya, Abe!" Seru Nandieta yang dibalas anggukan dari Abigail

"Kok jadi minta dansa sama Arsya sih? Kenapa gak sama gue aja?" Tanya Arya setelah Arsya dan Abigail menuju tempat dansa.

"Kok gue kayak dengar orang ngomong gitu ya? Padahal lampu disini terang banget, tapi kenapa seseram ini sih?" celetuk Nandieta berpura-pura bergidik ngeri.

"Sialan lo, Ta!" Arya memukul pelan lengan gadis pujaannya itu. "Untung gue sayang." Gumamnya teramat pelan.

***

"Sya, boleh gak kalo gue jatuh cinta sama lo?" Tanya Abigail di tengah tarian mereka berdua

"Gue gak pernah ngelarang siapapun untuk suka sama gue, cuma gue gak pernah suka kalo ada perempuan yang ngejar-ngejar gue."

"Kenapa begitu? Diva kan dulu juga ngejar-ngejar lo." Tanya Abigail lagi

"Itu dulu, sebelum gue kasih tau ke dia kalo gue gak suka. Dan, gue juga gak mau karena perasaan lo itu ngebuat lo ngejauhin Diva. Gue juga manusia, sama seperti cowok lainnya." Jawab Arsya sembari menangkap teman perempuan lainnya saat tarian berputar dan bergantian pasangan.

Arsya menelan ludahnya gugup. Detak jantungnya tak terkendali. "Hai." Sapa gadis itu

Arsya mengulas senyum. "Hai, lo cantik malam ini."

Gadis itu tersenyum malu. "Lo juga tampan dengan kemeja ini." Balas gadis itu.

"By the way, selamat untuk lo!" Ucap Arsya kikuk

Gadis itu mengernyit, tanda tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Arsya. Arsya kembali mengulas senyum. "Selamat karena lo sudah jadian dengan Raja."

"Dan selamat karena lo berhasil motek hati gue." lanjutnya membatin.

Diva tertawa kecil. "Gue belum jadian sama Kak Raja. Lo dapat kabar dari siapa?"

"Serius?"

Diva mengangguk pelan. Suara musik mulai berhenti. Arsya meraih tangan Diva. "Entah ini gue yang berlebihan atau gimana gue juga gak ngerti, tapi yang jelas adalah gue ngerasa sakit saat dengar lo jadian dengan Raja."

Diva mematung. Ia menatap manik mata Arsya dalam-dalam. "Memang kenapa?"

"Karena gue sayang sama lo dan gue sendiri gak tau rasa sayang ini murni atau hanya obsesi semata. Yang jelas, gue senang begitu tau kalo kalian belum jadian." Jelas Arsya sembari tersenyum

Arsya mengecup punggung tangan Diva. "Terima kasih sudah mau dansa dengan gue, meski hanya sebentar." Ucap Arsya yang kemudian melangkah menjauhi Diva.

Arsya berjalan menghampiri teman-temannya dengan perasaan hati yang tidak dapat diceritakan lagi seperti apa rasanya. Ia jadi tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Di sisi lain, Diva kembali tersipu malu. Ia mengelus punggung tangannya yang barusan dicium oleh pangeran idolanya. Lelaki itu, sulit untuk ditebak.

Dan di sudut ruangan, Abigail sedikit memalsukan senyumnya. Ia merasa sakit saat melihat Arsya berdansa dengan Diva. Apalagi saat ia melihat di akhir tarian, Arsya mencium punggung tangan Diva. Andai bila itu dirinya, ya, andai saja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued...

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang