18 • Bertahan

3.2K 299 15
                                    

Pagi ini cuaca sangat tidak bersahabat. Bagaimana tidak? Di hari senin yang selalu ingin dihindari oleh manusia pada biasanya, justru hari ini ditambah dengan guyuran air hujan yang deras.

Kalau biasanya cuaca cerah saja mampu memadatkan jalanan dengan berbagai macam alat transportasi, bagaimana dengan cuaca yang deras seperti ini? Bukankah akan semakin padat?

Hari ini dengan terpaksa Arsya harus pergi ke sekolah bersama Ayah dan juga Adel. Sebenarnya semalam Arsya sudah memberi pesan pada Diva kalau hari ini ia akan menjemputnya dan pergi ke sekolah bersama, tapi hujan menggagalkan rencananya.

"Ayah dengar kemarin malam ada yang kencan ya?" tanya Al menggoda saat baru saja duduk di kursi kemudi

"Pasti Adel yang kasih tau Ayah, ya?" tanya Arsya balik sembari menoleh ke sampingnya, tepat ke arah adik ember-nya itu.

"Kenapa balik bertanya? Ayah tuh lagi nanya kamu tau, Sya!"

Arsya mendengus sebal. "Iya, Yah."

"Gimana kak? Lancar gak?" kini gantian Adel yang bertanya dengan antusias

Arsya mendelik tajam. "Doa Adel kurang manjur, alias gagal." jawab Arsya santai

"Haha siapa sih ceweknya, Sya?" tanya Al penasaran

"Teman satu sekolah, Yah. Tapi, susah deh buat dapetin dia tuh."

"Loh, susah kenapa?" tanya Al melirik anaknya melalui kaca

"Arsya udah ngajakin jadian dua kali, tapi ditolak melulu. Arsya kurang ganteng kali ya?"

"Mana sih gantengnya? Kalo kakak ganteng, Adel juga mau kali jadi pacarnya kakak!" ucap Adel sedikit bergurau

"Hush, kamu ngomong apa sih, Del?" tegur Al

"Hehe Adel cuma bercanda, Yah. Adel juga udah punya pa..." seketika Adel membungkam bibirnya. Hampir saja keceplosan

"Adel punya pacar?" selidik Al

"Iya, Yah! Adel udah punya pacar, tiap malam kerjaannya telponan melulu di dalam kamar!" seru Arsya sembari menjulurkan lidah ke arah Adel yang terlihat kesal

"Oh jadi sekarang anak Ayah udah gede ya? Udah punya pacar, diem-diem pula. Putusin aja gih, Del." sahut Al dengan wajar datar

"Kok gitu sih, Yah? Baru juga seminggu masa udah putus aja?" tanya Adel tak percaya.

"Kenalin sama Ayah biar Ayah tau dia itu cowok baik atau bukan."

"Iya, nanti Adel bawa main ke rumah."

Al menghentikan mobilnya saat ia sudah tiba di depan gerbang sekolah Adel. Adel mencium punggung tangan Ayahnya dan juga Arsya, kakaknya. Setelah itu, ia turun dari mobil dan melambaikan tangan.

Kini giliran Arsya, hanya beberapa meter saja dari sekolah Adel.

"Yah, bagi cara jitu dong biar Diva mau terima Arsya." seru Arsya sebelum mobil yang dikemudikan Ayahnya terhenti tepat di depan sekolah

"Kamu harus belajar sabar, Sya. Mau pakai cara apapun kalau memang si Diva belum bisa terima, kamu kan gak bisa paksa dia. Kuncinya adalah sabar. Seberapa kuat kamu bertahan sampai akhirnya dia bisa membalas perasaan kamu." balas Al menengok ke kursi belakang saat ia sudah menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah Arsya.

"Terus kalau akhirnya Arsya malah berpaling?" tanya Arsya

"Itu hak kamu. Tapi, tandanya kamu bukan cowok petarung sejati."

"Maksud Ayah?"

"Kamu gak sanggup untuk bertahan menunggu kepastian dari Diva dan kamu memutuskan untuk berpaling. Apa itu yang namanya petarung? Anggap saja seperti kamu sedang tenggelam di lautan, apa yang bakal kamu lakukan?" tanya Al

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang