20 • Pengakuan Cinta

4.1K 310 34
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini keempat sekawan itu kedapatan sosok baru yang ikut makan siang bersama di kantin sekolah. Rumor tentang Arsya berpacaran dengan Diva pun beredar sangat cepat. Entah siapa yang menyebarkannya, Arsya tak ambil pusing.

"Jadi, lo ditembak pake buket bunga semalam?" tanya Nandieta sembari menyuap potongan bakso ke dalam mulutnya.

Diva sekali lagi mengangguk malu. Nandieta tersenyum sekilas. "Berarti bakso gue ini kalian yang bayar ya!"

"Bukannya udah lo bayar, ya?" tanya Diva

"Iya, sih." jawab Nandieta

"Jadi, kalian kapan nyusul gue?" tanya Arsya dengan mata yang menatap lurus ke depan. Ke arah Arya

"Kalo gak sabtu, ya minggu." jawab Arya

Arsya terkekeh. "Jawaban lo kayak jawaban orang yang ditanya 'kapan nikah?'"

"Iya, gue langsung lamar Tata besok!" seru Arya ngawur

Gerry yang duduk tepat di sebelah kiri Arya langsung menoyor kepala Arya. "Sok-sokan lamar Tata! Sunat dulu sana, baru lamar Tata!"

Arya mendelik sebal. "Astaghfirullah, ya Allah ampuni mulut jahatnya Gerry, ya Allah."

Nandieta, Diva, dan Arsya terkekeh melihat Gerry dan Arya yang bertingkah layaknya Tom & Jerry. Omong-omong, selain Arsya yang sudah resmi memiliki kekasih, Gerry ternyata sudah lebih dulu memiliki kekasih. Sekitar seminggu yang lalu mungkin tepatnya Gerry bercerita kalau ia resmi jadian dengan gadis dari beda sekolah. Nah, sekarang hanya tinggal menunggu Arya dan Nandieta saja yang jadian.

Membayangkan hal tersebut seketika membuat Arsya merasa tidak enak. Entah apa yang ia rasakan, hanya saja ada hal yang mengganjal dalam hatinya.

Bel sekolah berbunyi ditiap sudut sekolah. Keempat sekawan itu kembali masuk ke kelas mereka setelah sebelumnya mereka ikut mengantar Diva ke kelasnya.

"Bu Yanti ngajarin apa ya kira-kira?" tanya Gerry

"Mungkin logaritma? Kemarin kan belum selesai penjelasannya." jawab Arsya

"Yah, males banget deh rasanya gue pengen bolos. Ada yang mau ikut?" seru Gerry

"Heh, baru ketemu logaritma sehari aja sudah nyerah begitu. Gimana mau takhlukin hati Sandra lo, Ger!" sahut Nandieta

"Logaritma masih gampang, Ger. Yang lebih susah tuh dapetin hatinya Tata. Sumpah, sulit sekali!" sambung Arya sembari merangkul Gerry

"Macem ngerti logaritma aja lo, Ar!" sindir Nandieta ketus

Arya terkekeh. "Ga ngerti tentang logaritma mah masih wajar, seenggaknya kan gue selalu ngertiin lo, Ta." sahut Arya sembari mengedipkan matanya genit

Gerry mengusap asal wajah Arya. "Dibilang sunat dulu sana!" seru Gerry sembari berlari kecil menuju kursinya yang disusul oleh Arya.

Arsya tertawa. "Lo gak ada niat jadian sama Arya emang, Ta?" tanya Arsya kemudian

Nandieta menoleh. "Eh? Gak tau sih, cuma belum kepikiran aja." jawab Nandieta

Tak lama setelah itu, guru matematika masuk ke dalam kelas. Bu Yanti masuk hanya sekedar memberi tugas untuk menggali pengetahuan murid-muridnya.

"Ngejelasin juga enggak, tiba-tiba ngasih tugas begini! Malah banyak banget lagi soalnya!" ucap Gerry mengeluh

"Coba Ar, jelasin cara ngerjainnya gimana? Kan lo sendiri yang bilang, 'logaritma masih gampang, Ger'" ucap Gerry lagi meniru ucapan Arya sebelumnya

Arya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia terkekeh pelan. "Lo tau lah, gue dan lo itu kan sebelas dua belas."

"Najis lo, caper doang di depan Tata sok-sokan bilang gampang." seru Gerry kesal

ARSYANDIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang