CHAPTER 09 : Regrets

13.9K 1.2K 130
                                    

4 YEARS LATER

"Kau bilang sendiri bahwa kau yang akan mengurusnya secepat mungkin!" Seulgi menjerit, menatap Sehun dengan berapi-api. "Kalau kau memang tidak becus seperti ini, seharusnya biar aku yang mengurusnya sendiri!" lanjutnya lagi.

Sehun yang terduduk di depan meja kerjanya menghela nafas sesaat, menyandarkan punggungnya pada kursi di belakangnya.

"Dengar, Seulgi. Aku tau kau sudah muak dengan semua ini, tapi seharusnya kau mengerti kalau mengurus sebuah perceraian tidak semudah itu." Dia menjawab Seulgi dengan sabar.

"Seharusnya sejak awal kita tidak usah menyetujui perjodohan ini! Pernikahan denganmu terasa seperti neraka bagiku!" Seulgi kembali berucap sebelum akhirnya meraih tasnya kembali yang berada diatas meja Sehun.

"Aku tidak mau tau Sehun, surat perceraian itu harus sampai padaku sebelum akhir minggu ini!" ucapnya kembali sebelum berbalik dan dengan langkah menghentak marah meninggalkan ruangan Sehun.

Laki-laki itu kembali menghela nafas lelah dan memejamkan matanya sesaat.

Sudah empat tahun berlalu sejak pernikahannya dengan Kang Seulgi, dan ternyata itu tidak berjalan dengan mudah. Sebuah pernikahan tanpa ada sedikitpun cinta didalamnya memang tidak akan pernah berhasil.

Sebuah ketukan di pintu ruangannya menyadarkan laki-laki itu. Dia segera menegakkan duduknya kembali dan membenahi letak dasinya yang melonggar.

"Ya, masuk."

Seorang perempuan cantik dengan setelan kerja formal memasuki ruangannya.

"Ada berkas yang harus anda tanda tangani, sajang-nim." Dia berucap sambil menyerahkan sebuah map berwarna biru pada Sehun.

Sehun membuka isi map itu dan mempelajari isi di dalamnya.

"Oh ya, Sana, jam berapa acara amal malam ini dimulai?" Sehun bertanya di tengah aktivitasnya membaca berkas di tangannya.

"Acaranya dimulai pukul tujuh, tapi saya sudah mengatur agar anda bisa datang pukul delapan malam ini." Sana menjawabnya. Sehun mengangguk dan membubuhkan sebuah tanda tangan diatas berkas didepannya.

"Baiklah. Aku juga harus menemui Park Chanyeol setelah ini. Semoga dia tidak sibuk, aku perlu mengurus surat perceraian dengan segera." Sehun kembali berucap, dan Sana mengangguk mengerti.

"Saya akan menghubungi kantornya dengan segera setelah ini." Ucap Sana sambil menerima kembali berkas yang sudah ditandatangani Sehun.

"Baiklah. Dan satu lagi, saat kau kembali kesini tolong bawakan aku segelas kopi lagi." Ucap Sehun lagi, dan Sana kali ini menatapnya dengan penuh rasa simpati.

"Anda yakin? Ini sudah gelas yang keempat yang anda minum hari ini," ucapnya khawatir.

Sehun hanya mengangguk singkat. "Ya. Aku sangat memerlukan asupan kafein saat ini."

Sana akhirnya hanya mengangguk. "Baiklah, sajang-nim. Saya akan segera kembali," ucapnya sebelum melangkah keluar dari ruangan Sehun.

Sehun kembali menghela nafasnya dan kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di belakangnya. Matanya menatap nanar pada sebuah sebuah bingkai foto yang berdiri tepat di sebelah kanannya.

Itu adalah potret Ahra pada saat kelulusan SMA. Hanya itu kenangan yang dapat Sehun temukan di kamar Ahra, tertinggal di bawah tempat tidurnya.

Sudah empat tahun. Tepat hari ini saat Ahra meninggalkan rumah dan memutuskan untuk tinggal bersama Mama-nya di Amerika.

Meskipun terdengar tidak mungkin, tapi jauh di dalam hati kecil Sehun, dia merindukan gadis itu.

Kalian mungkin tidak akan mempercayainya. Tapi—yah, penyesalan selalu datang di akhir, benar?

Sweet Lies · osh [ R/18+ ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang