Dada Ahra segera terasa nyeri mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan Xavier dengan penuh amarah kepadanya. Saat itu juga dia berhenti memberontak, dan dengan penuh rasa sakit dia menatap kedua iris Xavier yang berwarna hijau kecoklatan.
"Kau.. kau bukan Xavier yang aku kenal.." perempuan itu berbisik saat Xavier masih belum juga melepaskan cengkraman kedua tangannya di pergelangan tangan Ahra.
Tanpa diduga, amarah yang berkobar di kedua mata laki-laki itu perlahan-lahan padam, digantikan dengan sebuah pandangan sendu penuh rasa sakit. Dan sesaat kemudian, Ahra merasakan setetes cairan jatuh di pipi kirinya.
Xavier, menangis.
"Xavi.."
Laki-laki itu segera terbangun dan duduk di pinggiran tempat tidur, memunggungi Ahra. Perempuan itu ikut terbangun dan mengambil tempat duduk di sebelah laki-laki itu.
"Xavier.." Ahra kembali memanggilnya pelan, tapi Xavier tidak menjawabnya, membuat Ahra semakin merasa bersalah. "Xavi-"
"Aku kira hubungan kita selama ini memliki arti untukmu, Audrey." Laki-laki itu berucap tanpa menatap Ahra, dan gumpalan rasa bersalah di hati Ahra menjadi semakin besar.
"Maafkan aku.." Ahra berbisik.
"Aku begitu menyayangi July, aku bahkan sudah menganggapnya seperti putriku sendiri. Aku bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti July bermain bersama Renee. Aku bahkan sudah membayangkan bagaimana jika suatu hari nanti aku mengajakmu dan July untuk datang ke Barcelona, menemui orangtuaku." Xavier kembali berucap dengan suara parau yang sarat akan kesedihan, dan itu ikut membuat hati Ahra ikut tersayat pedih.
"Aku tidak pernah bermaksud untuk membuatmu berharap lebih padaku, Xavi." Ahra berucap pelan, setetes air mata mulai menuruni pipinya. "Aku minta maaf. Aku-aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu, sungguh.." lanjutnya kembali.
"Sudah terlambat Audrey," laki-laki itu tergelak pelan, sebuah tawa yang sarat akan rasa sakit dan putus asa. "Kau sudah menghancurkannya. Kau sudah menghancurkan hatiku menjadi berkeping-keping."
"Aku tidak pernah bermaksud untuk melakukannya, Xavier.." Ahra mengulang kalimatnya lagi. Hatinya ikut terasa sakit melihat Xavier seperti ini. Terlebih ini semua terjadi karena dirinya.
"Mudah untukmu mengatakan hal semacam itu. Kau tidak tau, Audrey. Kau tidak mengerti bagaimana rasanya." Laki-laki di depan Ahra kembali berucap.
Hanya dengan kalimat sederhana itu, semua kilasan masa lalunya segera berputar dalam ingatan Ahra. Setiap detiknya, setiap detail rasa sakit itu. Ahra mengingat semuanya.
Dadanya kembali terasa sesak.
"Kau salah, Xavier. Aku pernah merasakan bagaimana rasanya. Aku tau bagaimana rasanya hancur." Ahra kembali berbisik dengan suara yang bergetar.
"Aku mengerti bagaimana rasanya. Setiap detail rasa sakit itu. Aku mengingatnya." Lanjutnya.
Xavier malah tertawa mendengarnya. "Tidakkah itu terdengar aneh? Kau bilang sudah tersakiti begitu dalam, tapi kau masih ingin kembali bersamanya."
Ahra kembali menatap punggung Xavier, "Aku mengerti. Aku tau kalau ini terdengar begitu konyol, terdengar begitu bodoh. Dan kau benar, Xavi. Selama ini.. mungkin selama ini aku menderita. Mungkin selama ini aku merasakan beban yang begitu berat karena harus merawat Julianne seorang diri, dan melihat putriku tumbuh tanpa seorang ayah, itu juga membuatku begitu menderita." Perempuan itu menarik nafas sejenak. "Tapi kau perlu tau, Xavier. Bahwa Sehun juga menderita. Bahwa selama ini dia juga begitu kesakitan." Ahra melanjutkan.
"Semua ini terjadi karena kesalahan kami di masa lalu, Xavier. Karena aku, dan dia, melakukan hal yang tidak seharusnya. Kami melakukan hubungan terlarang." Ucap perempuan itu lagi, dan membuat Xavier kini menoleh menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies · osh [ R/18+ ]✔
Fanfiction©caramel-hun,2018🔞 [ C O M P L E T E D ] [Proses Revisi] "Aku jadi bertanya-tanya siapa yang sebenarnya selingkuhanmu disini," Sehun menyeringai, "Aku? Atau laki-laki itu?" OH SEHUN x OC || Romance || Family || Melodrama || Bahasa || Mature Contents