Kesan pertama yang didapatkan Sehun saat pertama kali memasuki ruangan itu adalah sederhana, dan hangat. Dan entah kenapa, Sehun merasakan perasaan yang familiar saat dia menatap sekeliling ruang tamu kecil itu.
"Silakan duduk dulu. Maaf karena tempatnya sempit dan pengap," Wendy berucap sambil membereskan beberapa buku yang berserakan diatas meja kaca oval itu. Sehun menebak itu pasti buku-buku sekolah July.
"Tidak, ini adalah tempat yang nyaman. Aku merasa seperti berada di rumah," Sehun menjawabnya dengan sebuah senyuman, lalu mendudukkan dirinya di salah satu sofa single di ruangan itu.
Setelah itu Wendy berlalu ke dapur. Sehun melihat July keluar dari sebuah ruangan kemudian, sambil tersenyum dan sedikit berlari menuju ke arahnya.
"Paman Sehun, lihat ini! Gambar July bagus, 'kan?" gadis kecil itu kembali mendekati Sehun sambil membawa sebuah kertas gambar. Sehun bisa melihat gambar dua orang perempuan dewasa dan seorang gadis kecil disana.
Di umurnya yang baru tujuh tahun, sebenarnya gambar July bisa dibilang cukup bagus.
"Apa ini July?" Sehun menunjuk gambar gadis kecil yang berada di tengah, dan dan July mengangguk.
"Ini Mama, dan ini Mama Wendy," lanjut July lagi sambil menunjuk gambar dua orang perempuan yang lebih tinggi di kedua sisi gambar gadis kecil itu.
"Gambar July bagus sekali," Sehun tersenyum dan mengusak pelan rambut ikal July, dan gadis kecil itu tersenyum menatapnya.
"Tentu saja, paman. July 'kan mau jadi arsitek. Nanti July akan membuat istana yang besaaar sekali, untuk Mama. Jadi July dan Mama tidak perlu tinggal di tempat sempit seperti ini lagi." Gadis kecil itu tersenyum, dan hati Sehun entah kenapa terasa nyeri melihat senyuman July.
Sekarang dia membayangkan, apakah Ahra dan anaknya tinggal di tempat seperti ini juga saat ini?
Well, apartemen sederhana ini memang tidak terlalu buruk karena tata ruangnya yang tepat. Tapi mengingat bagaimana dirinya tidur di tempat yang begitu nyaman dan begitu luas setiap malam, Sehun mulai merasa bersalah sekarang.
"July hanya tinggal bersama Mama disini?" laki-laki itu kembali bertanya. Dan gadis kecil itu mengangguk pelan. Sehun akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan bertanya kembali, karena sepertinya July menjadi sedih karena teringat sesuatu.
Laki-laki itu kembali tersenyum sambil memperhatikan gambar July di tangannya.
Tidak lama kemudian, Wendy sudah kembali sambil membawa secangkir teh dan beberapa cemilan. Dia tersenyum saat meletakkannya pada meja di depan Sehun.
"Silakan dinikmati. Sebentar lagi Mamanya July pasti sampai." Wendy berucap sambil mendudukkan diri di salah satu sisi sofa panjang yang berhadapan dengan laki-laki itu.
"Apa Mamanya July selalu selesai bekerja pada jam ini?" Sehun akhirnya membuka pembicaraan. Dan Wendy tersenyum kecil.
"Ya. Dia bekerja seharian, setiap hari. Maklum saja, dia adalah seorang single parents. Audrey bekerja keras untuk bisa memenuhi segala kebutuhan July." Perempuan itu menjawabnya.
Ah, jadi namanya Audrey.
"Lalu.. dimana Papanya July?" laki-laki itu kembali bertanya.
"Sebenarnya aku juga tidak tau yang sebenarnya, tapi Audrey bilang Papa July sudah meninggal sejak lama. Jadi kami tidak pernah membahas hal itu lagi sampai sekarang," Wendy kembali menjawabnya dan Sehun hanya mengangguk-angguk mengerti.
Sehun kembali menoleh ke sebelah kanannya, July sedang menggambar sesuatu di lantai. Dia lalu kembali tersenyum berpikir betapa manisnya tingkah gadis kecil itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/155168395-288-k905222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies · osh [ R/18+ ]✔
Fanfiction©caramel-hun,2018🔞 [ C O M P L E T E D ] [Proses Revisi] "Aku jadi bertanya-tanya siapa yang sebenarnya selingkuhanmu disini," Sehun menyeringai, "Aku? Atau laki-laki itu?" OH SEHUN x OC || Romance || Family || Melodrama || Bahasa || Mature Contents