Dua hari kemudian, saat hari sudah mulai gelap dan Ahra sedang memasak makan malam, seseorang mengetuk pintu apartemennya. Perempuan itu lalu menoleh pada putrinya yang sedang bermain teddy bear kesayangannya dan duduk di kusi yang dekat dengan counter dapur.
"Julianne, bisa tolong buka pintunya? Mama tidak bisa meninggalkan supnya," perempuan itu berucap. July menatap Mama-nya sebentar, lalu mengangguk sebelum melompat turun dari atas kursi yang dia duduki, menuju pintu utama apartemen kecil mereka.
Gadis kecil itu agak kesulitan meraih handle pintu saat dia akhirnya berhasil membuka pintunya.
Seorang laki-laki yang membawa banyak sekali paperbag di kedua tangannya tersenyum menatap July. "Halo, July," ucapnya sambil tersenyum penuh rasa bahagia.
"Paman Sehun?" July menyebut namanya pelan, lalu agak melongok kembali ke dalam, memeriksa apakah Mama-nya melihat paman Sehun yang sedang berdiri di depan pintu.
"Paman Sehun, nanti kalau Mama melihat paman, apakah mama akan marah lagi?" tanya gadis kecil itu sambil sedikit berbisik.
Sehun hanya tersenyum. "Paman tidak tau. Coba July yang tanyakan pada Mama," ucapnya.
Gadis kecil itu mengangguk, tapi belum sampai dia berbalik untuk bertanya pada Mama-nya, Ahra ternyata juga sudah sampai di pintu depan. Dia menatap Sehun sesaat, lalu sedikit tersenyum-sangat sedikit, "Oh, kau datang? Masuklah," ucapnya.
Sehun tidak dapat menyembunyikan senyuman lebar di wajahnya saat ini. Dia lalu mengikuti langkah Ahra dan putrinya yang masuk ke dalam. Setelah melepas sepatunya dan meletakkannya di rak terdekat, laki-laki itu memilih untuk duduk di sofa ruang tamu.
Laki-laki itu lalu memperhatikan July yang kembali ke counter dapur dan mengambil teddy bear usang kesayangannya. Sehun kembali tersenyum kecil melihat betapa sayangnya July pada bonekanya itu.
"Siapa namanya?" tanya Sehun pada anak perempuannya yang sedari tadi masih memeluk boneka beruang yang dimaksud. Dia sekarang sudah duduk di sofa tepat di sebelah Sehun.
"Hm? Namanya Choco, paman Sehun. Dia tampan 'kan?" ucap July sambil tersenyum, dan Sehun tertawa kecil menyadari betapa menggemaskannya senyuman putrinya.
Laki-laki itu bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumannya sedari tadi. Tidak bisa dia pungkiri kalau saat ini dia merasa sangat, sangat bahagia. Akhirnya setelah bertahun-tahun dia bisa bertemu dengan anaknya.
Ah, betapa Tuhan masih menyayangi dirinya.
"Itu apa, paman Sehun?" tanya gadis kecil itu kemudian sambil menatap beberapa paperbag yang diletakkan Sehun di dekat kakinya.
Ya ampun. Hampir saja Sehun lupa. Karena dia terlalu bahagia melihat July dia jadi lupa dengan barang-barang bawaannya.
Sehun membawa semua paperbag itu ke dekat tempat July duduk. "Ini semua hadiah untuk July," ucapnya sambil tersenyum, dan dia segera mendapati kedua mata besar July semakin melebar tidak percaya mendengarnya.
"Benarkah paman? Ini semua untuk July?" ucapnya tidak percaya, dan Sehun hanya mengangguk kecil.
"Woah!" Gadis kecil itu segera turun dan duduk di lantai, tempat dimana semua paperbagnya diletakkan oleh Sehun. Matanya masih memperhatikan semua barang-barang itu sambil berkedip-kedip tidak percaya. "Apakah-apakah July boleh membukanya?" tanyanya kemudian, dan Sehun tergelak kecil.
"Tentu saja boleh. Ini semua 'kan milik July," jawab Sehun sambil membelai lembut rambut panjangnya.
Senyuman di bibir merah July semakin lebar, perasaan bahagianya tidak dapat disembunyikan. Dia lalu meraih salah satu paperbag berwarna putih dan membukanya, menemukan sepasang sepatu berwarna merah muda yang sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies · osh [ R/18+ ]✔
Fanfiction©caramel-hun,2018🔞 [ C O M P L E T E D ] [Proses Revisi] "Aku jadi bertanya-tanya siapa yang sebenarnya selingkuhanmu disini," Sehun menyeringai, "Aku? Atau laki-laki itu?" OH SEHUN x OC || Romance || Family || Melodrama || Bahasa || Mature Contents