JŪ NI

4.5K 723 18
                                    


It just comes automatic.

****

Suasana sekitar bandara di Bandung ini menjadi pemandangan pertama yang Embun dan Nataya lihat. Mereka baru saja landing setelah sekian lama perjalanan dari Tokyo menuju Bandung. Keduanya sudah seperti zombie karena pegal berada terus di pesawat. Terlebih hanya tiket pesawat kelas ekonomi pemberian Bagas yang menjadi teman mereka selama 7 jam lebih.

"Nata" ujar Embun sambil tiba-tiba menarik pelan baju laki-laki yang berjalan didepannya.

"Hmm?" sambil menolehkan wajahnya pada Embun, Nataya hanya menjawab dengan gumaman.

"Toilet dulu plis hehehe" lanjut Embun sambil menunjukkan gigi-giginya.

"Oke, ayo ayo" sambut Nataya sambil mensejajarkan langkahnya dengan Embun kemudian sedikit mendorong pelan bahu perempuan disampingnya.

****

Setelah menyelesaikan urusan masing-masing di toilet, seperti orang bodoh keduanya malah duduk di kursi tunggu disana. Melamun karena kelelahan plus mengantuk.

"Nat?" cicit Embun pelan. Ia ingin segera pulang, jadi sebaiknya laki-laki disampingnya segera ia sadarkan.

"Oh? Hehehe bentar Bun gue nelepon dulu ya" jawab Nataya yang langsung mengerti arti panggilan itu.

Langsung Nataya sibuk mengotak-atik HP nya hingga suara sambungan telepon terdengar.

"Halo A Nata, aya naon?" (Halo A Nata, ada apa?)

"Pa, tiasa jemput ka Husein teu?" (Pa, bisa jemput ke Husein ga?)

"Iraha, A?" (Kapan, A?)

"Ayeuna tiasa? Kana ojek we Pa, disini Nata ganti uangnya" (Sekarang bisa? Naik ojek aja Pa)

"Atuh kumaha ngajemput tapi kana ojek. Kan A Nata ti Jepang sanes? Teu nyandak nanaon kitu?" (Lah gimana ngejemput tapi naik ojek. Kan A Nata dari Jepang, bukan? Ga bawa apa-apa gitu?)

"Muhun, Pa. Nata nyimpen mobil di dieu. Tapi gak akan kuat nyetir Pa" (Iya, Pa. Nata nyimpen mobil disini)

"Eh tapi Bapa mau pergi A. Nganter si Bunda ka Sederhana" jawab Pak Asep di sebrang telepon.

"Sebentar we, Pa. Langsung uih da" (Sebentar aja, Pa. Langsung pulang kok)

"Nya muhun atuh antosan we A" (Iya atuh tunggu aja A)

Sambungan telepon tertutup disusul langsung dengan Nataya yang kembali menghempaskan diri di kursi besi yang dingin itu. Dirinya sangat lelah. Mungkin perjalanan Kochi ke Tokyo, lalu menghabiskan tenaga di Disneyland, lalu pulang ke Indonesia bukan ide yang bagus.

****

"Mau jajan ga? Terus abis itu kita masukin koper dulu ke mobil"

Tawaran Nataya tidak dijawab dengan kata, Embun langsung berdiri dan memimpin jalan mereka menuju tempat-tempat makanan yang tersedia disana. Setidaknya walaupun mengantuk, mereka tidak boleh kelaparan kan?

"Heuh giliran diajak jajan langsung semangat 45 kayak Vicky Burki lagi senam" cerocos Nataya sambil megacak rambut Embun yang memang sudah acak-acakan.

Space in AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang