If you're asking me about love, I really have no idea about that. Love between man and woman is too expensive for me to experience. If you think I confused myself, well I am.
****
Bunda Nataya benar-benar tidak berbohong saat ia bilang ia kesepian dan sendirian di rumah. Bik Yayah dan Bik Ranti pulang kampung, memang mereka punya jadwal pasti kapan pulang kampung setiap bulannya. Pa Asep juga pergi menemani Papap ke Malang. Biasanya Bunda akan menemani, tapi wanita itu merasa bosan dan berniat menghabiskan waktu bersama anak bungsunya, yang ternyata berkhianat dan malah pergi keluyuran.
Saat Embun memencet bel di depan pagar, Bunda sendiri yang menyambutnya. Kendali otomatis pada pagarnya di non-aktifkan kalau tidak ada siapa-siapa. Bunda terlalu parno kalau sampai ada orang jahat yang menyalahgunakan.
Sekarang Embun dan Bunda sedang berada di dapur. Tentunya wanita paruh baya ini bersikeras mengajak Embun makan malam bersama. Dan sekarang mereka sedang berkutat dengan adonan coklat.
"Cantik, boleh bawain Bunda choco chip nya di kulkas gak?"
"Boleh, Bun. Yang ini?" jawab Embun sambil menunjuk kulkas dua pintu di dekatnya.
"Bukan, sayang. Itu di yang kulkas putih. Di yang abu itu isinya makanan bayi-bayi Bunda"
Embun langsung menggaruk telinganya yang tidak gatal dan berjalan menuju kulkas lainnya, memang di kulkas itu penuh dengan bahan makanan belum jadi. Tapi dari situ Embun tau, Bunda Nata ini sepertinya hobi sekali ber-eksperimen di dapur. Sampai-sampai Embun membaca kotak dengan label 'bubble buat Nata tapi belum jadi'.
Ting. Tong.
Suara bel depan rumah mengalihkan atensi keduanya yang tengah fokus. Terlebih Embun, ia tidak begitu jago dalam urusan dapur. Bisa sih kalau diajari, tapi kalau sendirian, Embun tidak yakin apakah makanannya akan disukai orang lain walaupun menurutnya enak. Jadi ia harus ekstra fokus.
"TANTE BUNDAAAAA"
"TANTE BUNDAAAA"
Suara menggelegar dari arah pintu depan berhasil mengambil alih perhatian Embun. Suara laki-laki. Tapi Embun yakin bukan suara Nata ataupun kakaknya. Ia diam-diam mengintip dari arah dapur. Ada dua orang laki-laki membawa tas ransel yang cukup penuh. Embun rasanya pernah liat wajah para lelaki itu. Tapi aksi mengintipnya harus segera berakhir karena Bunda yang memergokinya.
"Bun, sini cantik kenalan sama anak-anak ganteng"
Embun yang ketauan hanya tersenyum garing sambil melangkah mendekat.
"Ini loh keponakan Bunda dari Jakarta. Nah yang ini Jefrin, yang ini Jevin. Bisa bedain kan?"
****
Embun.
Adek-adeknya Kalya kan ini?
"Eh? Adek kembarnya Kalya ya?" tanyaku akhirnya.
"Loh? Kakak tau kita?" jawab salah satu yang tadi Bunda tunjuk sebagai Jefrin.
"Aku kan temennya kakak kalian hehehe. Aku Embun" jawabku ramah tapi canggung.
Ya gimana ya. Kalya beberapa kali sih nunjukin foto Jefrin-Jevin padaku, tapi aku gak pernah kepikiran kalau mereka bakal kayak gini. Aduh Embun sampai pusing sendiri liatnya. Terlalu ganteng L
KAMU SEDANG MEMBACA
Space in Alaska
Fanfic(Series #1 - TAMAT) Di indahnya Alaska, di tulusnya Antariksa, dan di antara tabrakan bintang-bintang di dunia, kita bertemu. [Cerita belum direvisi sejak 2018]