SAN JŪ ICHI

3.8K 551 115
                                    

                "Oke, udah ganteng!" seru Embun sambil menepuk pelan bagian pundak Nataya.

Hari ini hari pertama pria itu masuk kerja. Sejak semalam dengan semangat Embun membantu Nata menyiapkan segala keperluannya untuk pergi ke kantor. Dari mulai setelan yang akan di pakai sampai isi tas yang wajib Nata bawa ke kantor. Tentunya, sejak sore Nata sudah menculik Embun dan memohon agar perempuan itu mau menginap di rumahnya.

"Nat, pake jam tangan kamu aja sih. Jangan yang dari aku. Aneh banget udah keren tapi jam tangannya gini" gerutu Embun sambil memutar-mutar jam tangan pemberiannya yang bertengger di pergelangan tangan Nata.

"Ini kan jam tangan limited edition Bun. Hari pertama kerja semua yang aku pake harus ada bau-bau kamunya biar jadi penangkal kejahatan" respon Nata sambil megait pundak Embun dan mengajaknya turun ke bawah.

Ya, jadi hari ini Nataya memastikan bahwa semua hadiah pemberian Embun sudah melekat di tubuhnya. Kemeja yang ia pakai adalah salah satu dari kemeja pemberian Embun. Jam tangan mahal miliknya pun sudah ia campakkan dan berganti dengan jam tangan murah pemberian Embun. Kalau sampai Embun memberikannya barang lain mungkin pria itu akan memakainya juga hari ini.

"Pasangin dulu dong dasinya.." bujuk Nata dengan penuh harap.

"Hehehe" Embun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku gak bisa masangin dasi" lanjut Embun.

Sedetik harapan pria itu menguar kemudian tergantikan menjadi cubitan gemas pada perempuan di hadapannya. Walaupun khayalan penuh bunga-bunga ketika Embun memasangkan dasi padanya langsung sirna, tetapi ia tidak marah sama sekali dan malah ingin menertawakan dirinya sendiri yang terlalu banyak permintaan.

"Nanti aku ajarin ya. Jadi lain kali kamu yang pakein"

"SIAP BOS!" sahut Embun semangat.

Nata hanya mengacak rambut Embun kemudian segera memasang dasinya sendiri. Mereka berdua masih di setengah perjalanan menuju meja makan. Nataya tau Embun sedikit gelisah karena tidak membantu Bunda di dapur sama sekali dan malah membantu Nataya dengan hal-hal tidak penting yang dibuat-buat pria itu, dan Embun dengan polosnya terperangkap.

"Gapapa.. Bunda kan gak gigit" Nataya membuyarkan pikiran Embun dengan usapan pelan di pundaknya.

"Ya abisnya, kamu sih aneh-aneh." Jawab Embun kesal. Ia baru sadar sedari tadi ia disekap Nata dengan berbagai alasan bodoh.

Sesampainya di dapur, Embun langsung mencari sosok Bunda yang tidak di temukannya. Ia luar biasa merasa bersalah, dan ingin berbasa-basi mungkin saja ada yang masih bisa ia bantu di pagi ini. Tetapi seseorang yang dicarinya itu tidak ada.

"Bunda lagi di kamar Bun. Kan ada yang harus diurusin.." ucap Nata sambil mengambil dua botol susu melon dari dalam kulkas. Miliknya merupakan pemberian Embun tempo lalu, sedangkan untuk Embun, ia mengambil jatahnya yang ia beli sendiri.

"Oh Papap ya Nat?" balas Embun sambil menerima susu dari Nata.

Nataya mengangguk mengiyakan, "lagian Papap itu siap-siap nya lama banget. Nih yang bikin sarapan lama tuh ya Papap" lanjut Nata menyampaikan protesnya.

"Ck ck ck bicara sembarangan saja ya anda!" suara Papap yang menggelegar tiba-tiba terdengar dari balik punggung Nata dan sejurus kemudian koran di tangan pria paruh baya itu mendarat di kepala anak bungsunya.

Space in AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang