At some point, sometimes, love is all about timing.
****
Kamar Embun masih begitu gelap, suasana diluar pun masih terlalu sepi untuk orang-orang melaksanakan aktivitasnya. Nataya terbangun setelah semalaman memeluk Embun dan tertidur karena kelelahan berpikir. Ini masih jam tiga pagi ketika barusan ia mengecek jam di HP nya. Ok, tangan kanannya benar-benar mati rasa karena tertindih Embun tapi ia tidak tega mengusik tidur perempuan itu. Seperti biasa mata sipit itu tertutup rapat dengan mulutnya yang menganga kecil.
Nataya tidak bodoh. Oke, mungkin sedikit. Ia juga sebenarnya malu mengakui bahwa ia rasa Embun adalah perempuan pertamanya. Dirinya benar-benar tanpa sadar memupuk pelan-pelan perasaan luar biasa hanya kepada perempuan itu. Nataya tau, dirinya pada Lea dan dirinya pada Embun sama sekali tidak bisa dibandingkan. He loves her as sister, he loves her as a man loving a woman.
Nataya tidak mau menjadi semakin bodoh karena mengambil keputusan yang salah. Kalau harus jujur, setiap hari ia termenung memikirkan semua ini. Kalau kalian kira Bagas dan Kalandra buta akan semua ini, jawabannya salah. Hampir setiap malam Nataya menghubungi keduanya hanya untuk meyakinkan hati. Semua komentar di sosial media hanyalah gurauan untuk membuat Nataya semakin kesal.
Tapi Nata tau, ia tidak akan membuat jelas statusnya dengan Embun karena tekanan sosial. Ia ingin dirinya sendiri yakin, walaupun Embun tidak. Akan terlalu melelahkan ketika tidak ada yang merasa yakin dalam suatu hubungan, jadi Nataya ingin memastikan dulu dirinya sendiri. Setidaknya ia bisa berjuang untuk perempuan itu apabila dirinya sudah yakin.
Bukan karena pria lain yang menyukai Embun ia harus membuat jelas hubungan mereka. Terdengar klise, tapi Nataya percaya istilah kalau jodoh tidak akan kemana. Ia ingin sedikit berbesar hati, sampai saat ini Embun tidak menunjukkan perkembangan apapun bersama pria lain selain dirinya. Ia ingin membuat hubungan ini jelas karena ia ingin Embun tau dirinya tidak bermain-main, bukan untuk meyakinkan orang lain atau menjauhkan lawan-lawannya.
Bukan karena apa saja yang telah ia lakukan bersama Embun yang menjadi alasan kenapa Nataya ingin membuat hubungan ini jelas. Segala sesuatu yang ia lakukan pada perempuan di hadapannya ini murni karena ia menyayanginya. Ketika ia kesal dengan Embun, ia ingin menunjukkannya dengan sebaik mungkin tanpa menyakiti perempuan itu. Bahkan Nataya pernah berpikir lama, sejak kapan ia tidak ingin menyakiti Embun?
Embun tiba-tiba menggeliat kecil. Ia melenguh pelan kemudian menarik-narik tangan Nata yang ada ditindihnya tanpa sadar.
"Hhhggg apaan sih pegel" gumam Embun dalam tidurnya dan menyingkirkan tangan itu sekenanya. Ia langsung memutar tubuh memunggungi Nataya. Dan kembali tertidur.
Nataya yang sedang berpikir serius langsung menutup mulutnya, mencoba mencegah tawanya untuk keluar. Bahkan saat seperti ini, saat Embun menyingkirkannya tanpa sadar. Ia masih menemukan hal itu menggemaskan. Dan Nataya tau, ia buta. Kata seseorang, jatuh cinta dan menjadi buta susah untuk dipisahkan. Dan Nataya pikir, ia tidak apa buta selamanya asal bisa tetap jatuh cinta pada perempuan yang sekarang memunggunginya itu.
Nataya tau apa yang akan dia lakukan. Bukan untuk siapa-siapa. Tapi hanya untuk perempuan ini. Embun Asa Dialaska.
Plak. Dan perempuan ini baru saja memukul wajahnya, Embun kembali mengubah posisi. Dan Nataya tidak apa-apa. Dan Nataya merasa ia rela dipukul dimanapun asal oleh Embun.
"Hehehe" lirihnya terkekeh.
"Untung hidung aku mancung banget Bun" lirihnya kembali sambil mengusap-usap pelan dahi Embun dan ikut kembali tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Space in Alaska
Fanfic(Series #1 - TAMAT) Di indahnya Alaska, di tulusnya Antariksa, dan di antara tabrakan bintang-bintang di dunia, kita bertemu. [Cerita belum direvisi sejak 2018]