SAN JŪ SAN

3.6K 527 99
                                    

Embun.

Pernah merasa tidak pantas?

Pertanyaan itu terngiang-ngiang akhir-akhir ini. Salah seorang temanku sesama guru di sekolah menanyakan hal random ini padaku saat itu. Kemudian aku hanya mengerutkan kening kebingungan, bingung mau menjawab apa karena aku tidak begitu memikirkan hal-hal menyedihkan akhir-akhir ini.

Tapi kalau harus jujur, aku merasakannya akhir-akhir ini. Aku dan dia. Embun dan Nataya.

Aku ingin jujur bahwa bersama Nataya selalu membahagiakan, tapi terkadang otak kecilku ini berteriak mencemooh. Nataya luar biasa. Hampir semua orang yang kenal dengan pria itu bilang ia mendekati sempurna. Rupa, harta, sifat, otak, semuanya ia miliki. Ketika semua orang jatuh cinta pada si brengsek, Nataya datang menawarkan figur seorang pria baik hati yang bisa memporak porandakan hati. Dan terkadang, perkataan orang-orang tentang seberapa sempurnanya Nataya cukup mengusikku.

Karena seorang Embun tidak pernah sempurna.

Dibesarkan hanya oleh tetangga dan juga kakak, aku harus menemukan cara sendiri untuk mengerti sesuatu, tidak pernah diajari, tidak begitu pintar, tidak bergelimang harta, dan bahkan aku tidak punya keahlian apapun. Aku tidak pintar berkata-kata, dan bukan juga manusia paling sabar didunia. Aku hanya manusia. Dan keadaan bahwa Nataya jatuh cinta kepadaku terkadang cukup menamparku. Kenapa?

****

Embun menghembuskan napas pelan seraya memasukan foto-foto bersama Nataya ke dalam Gdrive. Kebiasaan Embun yang suka menyimpan file-file penting di penyimpanan online itu terus dilakukannya. Beberapa foto dengan Nata sudah ia print sendiri, sudah ia pajang di kamarnya dijadikan hiasan, dan sekarang foto-foto itu sudah di salin ke drive.

Ini sudah lima bulan mereka berpacaran. Embun tidak menyangka bahwa berpacaran dengan Nataya benar-benar nyata adanya. Dulu saat awal pacaran, Embun akan berpikir bahwa semua ini hanyalah mimpi semu yang akan tiba-tiba membuatnya terbangun hanya untuk menyadari semua hanyalah palsu. Tapi bahkan sampai 5 menit yang lalu terakhir Nataya mengirimkannya stiker bentuk hati, status mereka masih sama. Mereka masih berpacaran.

'Bun, gue bisa ketemu?'

Pesan tiba-tiba dari Erlangga membuyarkan pikirannya. Embun kembali menghela napas. Bahkan selama lima bulan bersama Nataya, kakak tingkatnya ini masih berusaha baik hati padanya dan selalu meminta untuk membiarkan Embun menerima pesan-pesannya sekalipun tidak di balas.

Embun meraih HP yang tergeletak sembarang itu, di dekat pinggangnya Sehun sedang tertidur lelap.

'Ada apa ya Kak?' balas Embun mencoba tetap sopan.

'Gue butuh referensi kado buat kakak gue. Bisa?' balas pria itu lagi.

'Hmm aku kasih saran lewat chat aja ya' balas Embun segan.

Embun sering menonton sinetron dan juga membaca cerita-cerita penuh drama, kalau membayangkannya kadang Embun bergidik ngeri. Membayangkan ia atau Nataya salah sangka terhadap satu sama lain sangat tidak ingin diharapkannya.

"Bunbunbun" teriak Nataya dari depan pintu.

Embun buru-buru berlari membukakan pintu, ini hari sabtu jadi otomatis Nataya dan Embun tidak pergi bekerja.

"Lagi ngapain?" tanya Nataya sambil menggenggam tangan Embun.

"Ngehehehe" jawab Embun hanya menyengir lebar.

"Lagi ngapain sih? Bikin penasaran" tanya Nataya mengerutkan alis-alis tebalnya.

Embun hanya merespon dengan menarik gengaman pria itu lebih erat, kemudian menggiring tubuh tinggi tegap itu ke dalam kamarnya hanya untuk membiarkan Nataya menemukan hiasan-hiasan yang baru saja Embun pasang tadi pagi.

Space in AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang