drei

489 54 10
                                    

"Daisy, WACH AUF!" (Daisy, BANGUN!) teriakan Theo dari depan pintu berhasil mengusik Daisy yang baru tertidur sekitar beberapa jam lamanya. Daisy baru dapat terlelap dengan nyenyak sekitar pukul tiga dini hari tadi, itulah mengapa sekarang dia merasa sangat butuh tidur tambahan. Salahkan otaknya yang tidak mau diajak bekerja sama-terus memikirkan hal yang menurut Daisy sangat tidak pantas untuk dipikirkan. Ini semua gara-gara Seulyoon. Jika saja sepupu perempuannya itu tidak mengatakan hal macam-macam padanya semalam, Daisy pasti dapat tidur lebih awal.

"DAIZE, WACH AUF!" suara Theo kembali terdengar, kali ini lengkap dengan gedoran keras di pintu.

Daisy menggeram. Lelaki itu benar-benar menguji kesabarannya.

Dengan kesadaran yang masih belum terkumpul sempurna, Daisy beranjak dari kasur menuju pintu. Wajah tirus Theo yang dihiasi dengan sebuah cengiran lebar menyambut Daisy begitu dia membuka pintu.

"GUTEN MORGEN!" (SELAMAT PAGI!) seru Theo riang tanpa rasa bersalah karena telah membangunkan tidur Daisy.

Daisy menyipit. "Wie spät ist es?" (Jam berapa sekarang?)

"Es ist acht Uhr." (Jam delapan)

"Oh," balas Daisy singkat masih dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Theo mencebik. "Just 'oh'? C'mon, Daisy. It's already eight but we haven't had breakfast yet. Ich habe Hunger (Aku lapar)."

"I'm still sleepy, Theo. Just ask Seulyoon to make you a breakfast."

"She's gone already."

Daisy sontak membuka matanya lebar-lebar. Kemana perginya Seulyoon pagi-pagi begini?

"Echt?" (Benarkah?)

"Ja, wirklich (Ya, benar), Sleepy Daisy. And hell, with no food in her refrigerator. She's such a meanie especially to this handsome guy in her apartment, huhuuu ...." Theo berlagak menangis seolah-olah dia adalah korban penipuan jutaan dollar lewat situs berbelanja online. "What should I do? I did never think that I'll die in this country! I just wanted to have a fun holiday! What should I do then?"

"Did she say something before leaving?"

"Nein (Tidak). She just left!" Theo menggeleng heboh. Dramanya lagi-lagi kembali. Laki-laki bermata hijau itu menerobos masuk dan langsung mengacak-acak rambut coklatnya frustrasi. "HOLLY MOLLY, MY JUNG DAISY, I'M GONNA BE STARVING FOR THIS WHOLE DAY BECAUSE OF YOUR COUSIN!"

"HÄLT DIE KLAPPE!" (DIAMLAH!) Daisy berbalik, menghela napasnya dengan kesal. Kepalanya berdenyut mendengar teriakan Theo lengkap dengan drama laki-laki itu. Seulyoon benar-benar berniat mengerjainya. Padahal, perempuan Korea itu tahu pasti bahwa Daisy tidak bisa memasak, dan sekarang dia meninggalkan Daisy dan Theo tanpa makanan? Benar kata Theo, mereka akan kelaparan seharian jika Daisy tidak berbuat sesuatu.

"NEIN, DAISY, ICH KANN NICHT!" (TIDAK, DAISY, AKU TIDAK BISA!) balas Theo ikut berteriak.

"DON'T YELL AT ME, THEODORE ZERCHER!"

"YOU'RE THE ONE WHO YELLED AT ME FIRST, JUNG DAISY SCHATZI!"

Ya Tuhan, apa dosa Daisy hingga bisa berteman dengan manusia seperti Theo? Dan mengapa pula Daisy bisa tahan menghadapinya setelah empat tahun berlalu dalam teriakan dan drama dari laki-laki itu?

[✔] Abience ; Chasing Daisy || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang