achtzehn

269 39 15
                                    

"You should leave." Kalimat itu diucapkan dengan datar, tetapi getaran kecil di dalamnya tidak Jongdae lewatkan. "Theo's not home, so you should leave."

Jongdae maju selangkah. Gadis di hadapannya bergeming. Hari sudah sepenuhnya gelap, tetapi Jongdae masih dapat melihat iris biru itu memantulkan cahaya dari lampu teras yang terangnya tidak seberapa. "Daisy--"

"Don't."

Jika Daisy berpikir Jongdae akan menyerah, maka dia salah. Jongdae dikenal sebagai pribadi yang ambisius dan kompetitif setelah Chanyeol, dan dia akan membuktikan hal itu saat ini. Keluar malam sendirian di negeri orang dan berbohong pada anggota EXO yang lain soal tujuannya sudah menjadi langkahnya yang pertama. "Siapa kau sebenarnya?"

Sepasang alis Daisy menyatu. "Kau tanpa diundang datang di malam hari ke rumahku hanya untuk bertanya omong kosong? Jika ini tidak ada hubungannya dengan kondisi Junmyeon Oppa setelah perawatan lukanya tadi siang, aku tidak akan meladenimu."

Jongdae memejamkan matanya sejenak. Dia akui, pertanyaannya itu terdengar bodoh, terutama untuk Daisy yang jelas-jelas sedang memusuhinya. Ternyata bermodal nekat dan datang ke rumah gadis berdarah Swiss itu di malam hari tidaklah cukup. Gadis itu tidak menutupinya pintu saja sudah merupakan keajaiban. "Maaf."

"Maafmu tidak akan mengubah apapun."

"Daisy--" Jongdae benar-benar tidak tahu apa yang sudah dia lakukan untuk membuat gadis ini sangat membencinya. Ini membuatnya bingung. Kedekatan Daisy dan Theo yang dia saksikan tepat di depan natanya tadi pagi semakin membuatnya frustasi. "Mengapa kau tidak pernah mengatakan bahwa kau adalah adik sepupu Soojung dan anak dari Jung Gitae?"

Daisy terkekeh. Nada sinis yang menyertai tawa itu sukses membuat Jongdae berjengit. Ada kepahitan di sana, dan Jongdae yakin sekali dia lah penyebabnya. "Apakah itu penting, Jongdae-ssi?" ucap Daisy, mempertahankan kontak mata mereka--sangat berbeda dengan pagi hari tadi. "Tentang siapa dan apa statusku, apakah akan membuat keadaan berubah? Kakak sepupuku memang Krystal Jung, dan papaku memang pemegang saham terbesar di SM. Lalu apa? Kita hanya mengenal kurang dari sebulan, bukan? Apa harus kuperjelas kapan dan di mana? Musim dingin tahun lalu di Seoul. Kedatanganku ke Seoul kala itu adalah kesalahan besar yang masih kusesali hingga saat ini. Jadi, mengapa kau bertingkah seolah-olah kau mengenalku sebelumnya?"

"Kau mengenalku sebelum pertemuan itu, Daisy," balas Jongdae, memilih perkataannya dengan hati-hati. Bagaimanapun juga, perkataan Seulyoon soal Jongdae yang menjadi salah satu alasan Daisy menderita PTSD masih tertanam di benaknya. Jongdae sudah menyaksikan sendiri bagaimana keadaan perempuan itu ketika penyakitnya kambuh. Jongdae tidak ingin kejadian itu terulang, terutama ketika Daisy kini tampak lebih rileks berada di dekatnya, tidak seperti dulu. "Junmyeon Hyung dan Jongin mengenalmu. Bisa saja kau mengenalku dari mereka, tetapi aku tidak yakin. Kau tahu, seseorang harus mengenal orang lain secara personal untuk dapat melabelinya sebagai pembohong besar."

Pupil Daisy melebar. "How dare you!"

"And how dare you to call me a liar!" Jongdae balas berseru, namun langsung menyesali perbuatannya ketika Daisy sontak mundur selangkah, menjauhinya. Gadis itu menarik napas panjang, membuang muka. "Daisy, look, I'm sorry I didn't mean to--"

"Pergi."

Jongdae menggeleng. Tangannya refleks menyentuh bahu Daisy yang langsung ditepis oleh gadis itu. "Daisy, aku tidak akan pergi sebelum ini semua selesai."

"Apa yang harus diselesaikan saat kita bahkan tidak pernah memulai, Jongdae?!"

"Aku tidak tahu!" Jongdae benar-benar tidak peduli jika suaranya membuat penghuni rumah yang lain terganggu. Melihat Daisy yang memandangnya dengan mata berkaca-kaca dan napas tidak teratur, membuat perutnya terasa seperti diaduk. Sorot kemarahan juga kesedihan yang terpancar dari iris biru itu mengirim perasaan tidak nyaman ke dadanya. Jongdae ingin tahu penyebab luka itu. Demi Tuhan, Jongdae harus tahu. "Aku bisa saja tidak peduli, Daisy. Seharusnya semenjak pertemuan terakhir kita di malam itu, atau bahkan hari ini, aku harusnya tidak peduli. Kau sudah bahagia dengan tunanganmu di sini, dan aku sendiri akan kembali ke Seoul, melanjutkan hidupku." Ada rasa pahit di lidahnya ketika mengatakan kalimat terakhir. "Seharusnya, Daisy, lagi-lagi seharusnya. Tetapi mengapa kau membuatku begitu sulit? Apa salahku hingga melihatku saja kau enggan?"

[✔] Abience ; Chasing Daisy || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang