acht

334 41 8
                                    

Rasa cemas seketika merayapi  Jongdae. Perempuan di hadapannya ini—yang tidak sengaja dia tabrak ketika buru-buru berjalan tadi—tahu namanya. Tidak masalah jika hal ini terjadi kala Jongdae berada di lautan penggemarnya. Masalahnya, dia sedang berada di rumah sakit. Jongdae bahkan sudah mengenakan masker dan memastikan penampilannya tidak begitu mencolok agar tidak dikenali sebagai Chen EXO.

Pikiran buruk segera muncul di kepala laki-laki itu. Bisa jadi, perempuan di hadapannya ini adalah sasaeng, bukan? Siapa lagi yang berani menguntitinya sampai ke sini selain seorang sasaeng. Buruknya lagi, sasaeng ini bisa saja mengetahui sesuatu tentang Ahrin. Astaga, bayangan indah tentang Ahrin, senyuman gadis kecil itu, mau tak mau membuat Jongdae harus ekstra waspada jika dia tidak mau kehilangan itu semua.

"Jongdae-ssi?" kata perempuan berambut lurus di hadapannya. "Kau mendengarkanku?"

Jongdae menaikkan maskernya ke atas, seolah-olah dengan melakukan hal itu perempuan yang disinyalir sebagai sasaeng ini akan akan lupa tentang siapa Jongdae sebenarnya. "Bagaimana kau bisa tahu namaku?" bahkan Jongdae tidak memercayai nada bicaranya yang terdengar begitu defensif.

"Oh, maafkan aku!" perempuan cantik itu menutup mulut dengan satu tangan, terlihat kaget. "Kau pasti terkejut karena aku tahu namamu, bukan?"

Jongdae diam saja, namun sorot matanya menyiratkan bahwa dia menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Adikku adalah penggemarmu dan dia punya postermu dalam segala keadaan dan penampilan memenuhi dinding kamarnya, Jongdae-ssi. Sekali lihat saja aku bisa mengenalmu meskipun kau mengenakan masker."

Jongdae tentu tidak sebodoh itu untuk percaya begitu saja apa yang baru dia dengar.

"Benarkah?" Jongdae mencoba tersenyum, menampakkan kerutan di sekitar matanya. "Kalau begitu, sampaikan salamku pada adikmu."

"Tapi kau tetap akan menemui sepupuku dan menjelaskan soal ponselku yang rusak ini, kan?"

Jongdae menggeleng. "Maaf, tapi aku harus pergi sekarang," balasnya, berusaha membuat suaranya terdengar ramah. Bagaimanapun juga, dia harus bersikap baik pada orang yang dia temui. "Manajerku sudah menunggu."

Raut wajah perempuan di depan Jongdae berubah, yang awalnya tampak memelas dan manis kini tampak memandanginya dengan kesal. Jongdae takjub akan perubahan ekspresi yang terlalu cepat itu, seolah-olah perempuan itu adalah aktris terlatih pemenang piala OSCAR. "Aku sudah memintamu baik-baik, Jongdae-ssi, tapi kau malah menolakku."

"Bukan beg—"

"Yayaya, aku tahu maksudmu kau sibuk." perempuan cantik itu berkata dengan nada mengolok-olok. "Tapi kau tahu, Jongdae-ssi, kau punya dua pilihan saat ini."

"Apa maksudmu?" balas Jongdae. Baiklah, Jongdae benar-benar merasa ngeri saat ini. Perempuan di depannya tampak begitu menakutkan dan mengintimidasi, meskipun tidak ada sedikitpun cacat fisik di wajahnya. Sepertinya dugaan Jongdae bahwa dia adalah sasaeng itu benar adanya. Lihat saja, perempuan itu terlihat seperti seorang psikopat berwajah malaikat yang senang membuntuti korbannya dan bermain-main dengan hidup mereka. Malang, korbannya itu tak lain dan tak bukan adalah Jongdae sendiri.

Perempuan itu tertawa ringan. "Ikuti aku, atau aku akan memberitahu media mengapa kau ada di sini. Kau tidak ingin gadis kecilmu diungkapkan pada semua orang, bukan?"

Melihat wajah cantik itu tersenyum manis namun penuh arti, Jongdae tahu dia tidak punya pilihan lain lagi.

→←

Atmosfer mobil yang dimasuki Jongdae terasa sangat tidak nyaman. Perempuan yang kurang lebih dua puluh menit yang lalu dia temui  sekarang duduk di sebelahnya, di kursi kemudi, dengan tenang seraya meminum satu kaleng minuman berkarbonat.

[✔] Abience ; Chasing Daisy || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang