zwölf

306 38 9
                                    

Ada yang masih nungguin cerita ini?

Anyways, aku mau ngasih penjelasan soal timeline cerita ini.

Umur Jongdae 30 tahun.
Umur Daisy 25 tahun.
Jadi, cerita ini settingnya tahun 2022 di musim dingin Korea Selatan.

Daisy pergi dari Korea kurang lebih 4 tahun yang lalu, yaitu tahun 2018.
Umir Ahrin 3 mendekati 4 tahun, jadi dia juga lahir di tahun 2018.

Semoga ini membantu!

》《

Lampu-lampu dengan berbagai warna di sepanjang jalan mulai menyala seiring matahari tenggelam di sebelah Barat kota Seoul. Beberapa pemilik warung tenda tampak merapikan kursi-kursi mereka, siap menyambut pelanggan yang akan datang. Malam hari di Seoul tidak berbeda dengan siang, begitu sibuk dan ramai. Seraya mengembuskan napas ke telapak tangannya agar hangat, Daisy tidak dapat menahan diri untuk tidak mengutuk Jongdae yang telah menempatkannya pada situasi ini. Berjalan sendirian tanpa ponsel ataupun dompet dan hanya membawa mantel untuk membungkus tubuhnya benar-benar merupakan kondisi yang buruk.  Daisy kelaparan, kepalanya pening. Perutnya tidak diisi apapun sejak lebih dari sebelas jam yang lalu.

Padahal niat awal Daisy ke minimarket di seberang rumah sakit adalah untuk mencari camilan demi mengganjal perutnya dan Theo, tetapi Daisy justru berakhir di jalanan seperti ini. Berbicara tentang Theo, bagaimana kabar pemuda Swiss itu? Daisy yakin sekali jika Theo pasti tengah mencarinya saat ini, tapi apa yang bisa laki-laki itu lakukan di negeri yang begitu asing baginya?

Daisy terus melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri trotoar. Dia sempat bertanya pada orang yang lewat apakah Gangnam masih jauh, dan jawaban mereka membuat Daisy semakin ingin mencekik Jongdae. Dia berada di Seodaemun. Apartemen Seulyoon masih sangat-sangat jauh dan tidak bisa ditempuh dengan berjalan kaki, dan Daisy tidak mungkin menaiki taksi. Dia tidak bisa menaiki kendaraan umum itu, ingat? Bus? Mungkin Daisy akan mempertimbangkannya nanti, setelah dia benar-benar tidak sanggup berjalan. Daisy tahu dia terdengar sangat konyol, tapi menaiki taksi sama saja dengan bunuh diri. Dia tidak ingin ketakutannya naik ke permukaan hanya karena transportasi sialan itu. Tetapi bagaimana mungkin Daisy bisa menaiki bus ataupun kendaraan umum lainnya saat dia tidak punya uang sama sekali?

“Nona, kau tidak apa-apa?”  Tubuh Daisy yang sempat limbung kembali tegap ketika satu suara asing menyapa telinganya dari sisi jalan. Dia menoleh, mendapati seorang laki-laki tua seumuran neneknya tengah memandangnya dengan khawatir. “Apa kau sakit, Nona Muda?”

Gadis berbibir tipis itu mencoba tersenyum tipis, namun yang tampak pada wajahnya hanyalah sebuah ringisan kecil. “Aku baik-baik saja.”

“Tapi kau terlihat pucat.”

“Tidak apa-apa, Kakek,” balas Daisy. “Aku hanya kelelahan.” Daisy bahkan sangsi dengan perkataannya sendiri.

Lelaki tua itu memandangnya dengan ragu selama beberapa saat. Sekali lagi Daisy mencoba tersenyum, namun dia lagi-lagi gagal, yang langsung dihadiahi dengan sebuah tawaran dari laki-laki itu. “Kau kelaparan,” katanya. “Aku tidak bisa membiarkanmu di sini karena kau mengingatkanku akan cucuku yang seumuran denganmu. Ayo ikut denganku, Nona. Ada banyak tenda makanan di sini yang makanannya tidak kalah dengan restoran bintang lima. Kebetulan yang mempunyai warung tenda di depan toko pakaian tidak jauh dari sini adalah saudaraku."

Untuk sejenak Daisy terdiam. Dia ingin sekali menolak, namun fisiknya tidak dapat diajak berkompromi. Pada akhirnya dia mengangguk setuju dan mengikuti kakek tersebut menuju sebuah warung tenda yang berada tidak jauh dari tempat pertemuan mereka.

[✔] Abience ; Chasing Daisy || Kim JongdaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang