Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Woaaaah!" adalah hal pertama yang keluar dari bibir Jongin ketika mereka sampai di Devil's Brigde. Tempat yang menjadi salah satu landmark kota kecil itu berdiri kokoh memotong River Lune. Cahaya matahari pagi yang cukup menyilaukan terpantul di air dan bebatuan di hadapan mereka, membuat pemandangan di sekeliling menjadi terlihat berkilau. Bersama dengan Sehun, mereka berdua lantas berjongkok di tepi sungai, mencelupkan tangan mereka ke dalam air, lalu terkikik bersama ketika rasa dingin merembes melalui pori-pori mereka.
Jongdae tersenyum kecil, lantas meletakkan keranjang piknik yang dibawanya ke atas tikar yang telah digelar oleh Kyungsoo. Banyak pengunjung lain yang juga turut menggelar tikar di sekitar mereka. Terhitung, ini adalah hari ketiga mereka di Kirkby Lonsdale. Hari pertama mereka habiskan untuk beristirahat mengingat perjalanan panjang yang mereka tempuh untuk sampai di kota itu. Ponsel Jongdae sendiri dipenuhi oleh gambar-gambar bangunan tua yang dia ambil ketika mereka berjalan-jalan di hari kedua.
Kemarin terasa begitu melelahkan namun menyenangkan di saat yang bersamaan, terutama ketika mereka memilih untuk menolak tour yang ditawarkan oleh Gemma. Pertama, mereka sarapan di cottage tempat mereka menginap, lalu berkeliling seharian dengan berjalan kaki menyusuri Main Street. Mereka lantas makan siang di The Orange Tree, menyantap berbagai makanan khas Inggris ditemani oleh secangkir cream tea yang rasa manisnya melekat di lidah Jongdae untuk waktu yang cukup lama. Perjalanan mereka seharian itu diakhiri dengan makan malam di The Crossing Point Cafe di mana mereka bertaruh. Siapa yang kalah harus membayar makanan yang mereka pesan. Malang, pada akhirnya Yixing lah yang harus rela mengeluarkan uang ratusan poundsterling sebelum mereka pulang.
"Jadi, Kim Jongdae, menurut situs yang semalam kubaca, legenda mengatakan bahwa jembatan ini dibangun oleh Iblis," Baekhyun tanpa diundang merebahkan dirinya di samping Jongdae. Setengah tubuhnya berkontak langsung dengan rumput.
Jongdae menaikkan sebelah alisnya, skeptis. "Sejak kapan kau rajin membaca?"
Baekhyun memukul paha Jongdae, cukup keras hingga pria itu mengaduh kesakitan. "Dengarkan aku dulu, Bodoh! Kau tidak tahu ya, sejak dulu aku memang rajin membaca? Kau pikir aku bisa menjadi pro dalam game hanya karena aku sering bermain? Ckck, Jongdae, keterampilan itu harus diimbangi dengan pengetahuan. Tahu apa kau soal intelektualitas."
Jongdae memutar bola matanya. "Ya,ya, ya. Terserah kau saja."
"Jadi," Baekhyun kembali melanjutkan, seolah-olah dia tidak mencerca Jongdae beberapa saat yang lalu, "Iblis itu menawarkan pada seorang wanita untuk membangun jembatan di sungai ini dengan syarat siapapun yang pertama kali melewatinya, jiwanya akan diambil oleh sang Iblis. Nah, karena wanita itu sangat menyukai jembatan--padahal dia bisa meminta warga desa untuk membangunnya, dia setuju dengan penawaran iblis itu."
"Lalu?"
"Ha! Aku tahu kau pasti akan tertarik dengan ceritaku!"
"Lanjutkan saja, Bodoh!" Jongdae menendang kaki Baekhyun. Temannya itu memang menyebalkan. "Cepat, aku ingin bermain air bersama Jongin dan Sehun."