LIW 3: "The Hospital and a Medallion"

3.7K 474 94
                                    

Mati aku.

Rose menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mama yang berdiri didepan sambil berkacak pinggang dengan mata berkilat marah. Mau tau apa yang terjadi? Kalian pasti sudah bisa menebaknya.

Rose ketahuan pergi semalam.

Terkutuklah anjing helder milik Nenek Choi alias tetangga tua bangka yang paling galak di kompleks ini; karena menggonggong dan mengejar Rose sampai dia berlari seperti orang dikejar setan. Dia bahkan hampir menabrak tiang karena anjing gila itu.

Rose masih ingat, waktu itu jam 4 subuh dia baru pulang dari rumah sakit. Pemuda yang mencoba bunuh diri--di sungai han-- sudah diselamatkan oleh Rose dan langsung dibawa oleh petugas medis.

Rose masih ingat bagaimana mata pemuda itu saat terbuka sesaat, sayu dan kosong.
Rose tidak tau siapa pemuda yang dia tolong kecuali fakta bahwa pemuda itu seumuran dengan nya.

Oke kembali ke keadaan sekarang.

"Eumm begini...ehh..anu..ma-mama Ros-se sebenarnya menolong seorang pemuda yang bunuh diri--"

"--sudah! Sudah cukup! Kau pasti akan berbohong pada mama." Aku tidak pernah berbohong pada mama. Nyonya Hara menatap Rose dengan tajam sebelum menggertak keras. "Apa yang ada dipikiran mu Rose. Pulang jam 4 subuh!? Apa yang dipikirkan para tetangga nanti, jika mereka melihat mu seperti ini!?"

Tapi aku sudah mengatakan kalau aku menolong seorang pemuda tadi! Batin Rose berteriak.

Nyonya Hara memijit keningnya."Kau menolong seorang pemuda yang bunuh diri? Kau kira mama percaya? Mana mungkin kau melakukannya. Jangan beralasan Rose, kau pasti pergi dengan Mieyon lagi. Sudah mama bilang jangan bergaul dengan anak nakal seperti Mieyon!"

"Dia bukan anak nakal ma! Mama tidak boleh berbicara seperti itu tentang Mieyon!"

"JANGAN BERTERIAK PADA MAMA!"

Rose terbungkam seketika. Tangannya bergetar, bibir gadis itu kelu. Dia berusaha menahan liquid yang mulai merembes dari matanya.

"Masuk ke kamar mu! Jangan harap kau bisa dapat makan malam! Ini hukuman untuk mu karena telah berani berbohong pada mama!"

"Ma dengarkan Ro-"

"DIAM! Jangan buat mama semakin marah Rose..."Nyonya Hara melipat kedua tangannya dan berjalan pergi dengan langkah gontai, meninggalkan Rose yang dipenuhi dengan rasa takut dan sedih.

[6 jam sebelum nya]

"Apa anda keluarga pasien?"

"Bukan, aku hanya menolongnya disungai. Aku sungguh tidak tau identitas pemuda itu. Boleh aku pergi sekarang?"

Sejujurnya Rose hanya ingin pulang mengingat bajunya basah karena kejadian tadi. Untung petugas medis memberinya selimut yang hangat, jika mereka terlambat sedikit saja Rose sudah pasti mati beku disana. Sumpah, air es di sungai sangat dingin, bahkan berhasil membuat sekujur tubuh Rose mati rasa.

Tentang keadaan pemuda yang tidak diketahui namanya itu, untung lah dia baik-baik saja. Hanya pingsan, dan mungkin dia akan bangun beberapa jam lagi. Tanpa Rose sadari waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 AM. Dan berani bertaruh, dia akan lari pulang kerumah secepat flash jika Rose mengetahui melihat jamnya.

"Kau bisa pergi." Ya aku memang akan pergi tapi tentu harus ku bayar biaya nya. Rose langsung melenggang keluar dari rumah sakit, dia berjalan dengan pandangan lurus kedepan tanpa mempedulikan air yang menetes dari rambut basahnya.

Rose bersyukur dia masih memiliki uang untuk membayar biaya si pemuda, dia ikhlas kok. Rose tidak masalah melakukannya. Sekali-kali berbuat baik tidak apa kan?

Brukk

"Aw!"
Rose memekik sakit saat bahunya terdorong kasar sampai membuat gadis itu terhuyung kebelakang.

"Maaf aku terburu-buru!"

Suara si penabrak hanya masuk sekilas ditelinga Rose. Dia mendengus kesal dan menatap punggung lebar milik si penabrak, menyebalkan!

Rose memutuskan untuk melupakan kekesalannya kepada si penabrak dan membayar uang administrasi lalu pulang. Rose melirik jam tangan milik seorang wanita disamping nya.

03.20

"OH GOD!"
Rose langsung berbalik dan berlari layaknya pelari marathon ke luar rumah sakit.

Sudah kubilang kan.

❄❄❄


Langit berubah warna menjadi oranye, pemandangan indah; selalu muncul disaat hari sudah menjelang sore, dengan bumi yang masih ter-selimuti salju.

Rose duduk di ayunan pohon dengan tenang, sekali-skali sepatu Rose menendang salju membuat dia ter ayun ke depan dan kebelakang. Sedikit menghibur diri, lantas Rose merogoh saku mantel nya dan mengambil sebuah liontin biru. Ah sial, ini justru akan membuat Rose semakin menangis.

Ini pemberian papa tapi bukan Siwon tentunya. Melainkan Ahn Youngjae, papa kandungnya.

Rose sudah menyimpan ini dari lama, dia menyembunyikan liontin berbentuk kunci pemberian Younjae dari Siwon dan juga mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose sudah menyimpan ini dari lama, dia menyembunyikan liontin berbentuk kunci pemberian Younjae dari Siwon dan juga mama. Terakhir kali Rose melihat papanya saat mama menikah dengan Siwon. Semua itu kembali membuat dada Rose sesak, dia begitu merindukan sosok yang selalu tersenyum dan tertawa bahagia dengannya.

Tes

Air mata gadis itu kembali menetes, dia terisak dengan hidung memerah. Rose rindu Papa. Rose ingin di peluk papa. Rose ingin papa kembali.


Akan tetapi, bukankah bermohon pada Tuhan tidak ada gunanya? Dia yang sudah pergi tidak akan bisa kembali. Sekalipun kau mencoba untuk berteriak kepada sang pencipta. Kecuali, jika Tuhan berbaik hati padamu.

Rose mencoba mengikhlaskan, tapi sampai sekarang tidak ada yang bisa menggantikan papa satu-satunya. Ahn Younjae.

Dan Rose benci hari pernikahan mama. Sangat. Karena tepat di hari itu, papa pergi meninggalkan putri kecilnya untuk selama-lamanya.[]

TBC
Don't forget to vote :)
Makasih udah mau baca. See you later~

- 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang