LIW 8: "Threat"

3K 372 48
                                    

Jimin masih betah menatap langit yang dihiasi bintang-bintang di atas sana. Sungguh, bagi Jimin malam ini adalah malam yang terbaik baginya. Biasanya, dia sering menikmati langit malam diatap rumahnya saat masih di Busan dulu.

Tapi semenjak bertetangga dengan Rose, Jimin mendapat seorang teman yang dapat menemaninya seperti sekarang ini.

Jangan pikir dia tidak memiliki teman--Jimin punya 5 orang sahabat dan ribuan fans disekolahnya. Hanya saja jika teman nya itu Rose dia justru merasa berbeda. Dia merasa nyaman-- sangat berbeda dengan mereka-mereka yang sudah berkawan lama dengan nya.

Suara dengkuran halus membuat Jimin menoleh ke samping--ditatapnya wajah Rose saat tertidur. Diam-diam Jimin tersenyum dengan tangan kanan terulur--menyingkirkan beberapa juntaian rambut yang menutupi sebagian wajah Rose.

"Aku tidak berbohong, kau memang cantik Rose. Tapi jika ku katakan langsung pasti kau akan menahan malu dan memukulku," Jimin tertawa sejenak sebelum melanjutkan, "Kau tau? Wajah mu saat malu sangat mengemaskan. Aku ingin melihatnya lagi dan lagi. "Gumam Jimin dengan pandangan yang sulit diartikan.

Sekitar 1 jam Jimin duduk sambil termenung, angin lebih bertiup dengan kencang membuat permukaan kulitnya terasa dingin. Dirasa malam semakin larut dan cuaca kian memburuk, Jimin memilih untuk membangunkan Rose--dia tidak tega sejujurnya.

Rose refkles mengangkat kepalanya dari bahu Jimin, mengerjap lucu lalu menoleh ke samping. "Apa? " Gumam Rose yang membuat Jimin tertawa.

Ekspresi Rose sangat menggemaskan, ah, Jimin jadi ingin mencubit pipi gadis itu.

"Bangun Rose, kau tidak mau kan jika tidur disini sampai pagi. "

Rose perlahan pasti membuka matanya lalu menatap Jimin yang hanya beberapa senti dari posisi nya saat ini--benar-benar intim, bahkan saking dekatnya Rose dapat merasakan nafas Jimin menerpa wajahnya.

Hangat dan wangi.

"Ekhem, jangan tatap aku seperti itu, lagi. Bisa-bisa, kau menyerang ku. "
Ucap Jimin dengan senyuman geli.

Ucapan Jimin membuat Rose mendorong dada pemuda itu seketika. Dia pura-pura berdehem lalu berdiri--mencoba untuk mengabaikan rasa malu dan wajah Jimin yang minta ditonjok. Jimin yang melihat gerak-gerik salah tingkah Rose terkikik geli.

"Aku pulang dulu, terimakasih untuk malam ini. "

"Lain kali datang yah kemari. "

Rose mengangguk tanpa melihat Jimin, "Ya, kalau begitu aku pergi. "

Jimin menatap Rose yang berjalan menjauh, kemudian turun dari atap menggunakan tangga.

Seolah baru tersadar Jimin yang semula duduk langsung berdiri. "Kenapa aku masih disini, niatnya kan mau masuk, aish Jinjja. "Ucap Jimin dengan ekspresi bodoh nya.

Jimin mengikuti Rose karena memang tujuan utamanya adalah; memastikan Rose pulang dengan aman kemudian dia bisa beristirahat dengan tenang dikasur empuknya.

Kenapa aku jadi dungu seperti ini, yah??

❄❄❄

"Kau tidak rindu padaku? 2 hari loh, kita tidak bertemu~"

Rose memutar matanya--kesal dengan kalimat Mieyon seolah-olah mereka berpisah sangat lama padahal tidak lebih dari 2 hari seperti halnya yang dikatakan Mieyon. Rose menyeruput tehnya dan menjawab dengan nada ketus, "Tidak! Aku tidak rindu. "

"Awas kau! Aku pergi! "

"Pergi saja memang nya kau akan kembali. "

- 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang