"Aku tidak menduga kalau orang yang tinggal disamping rumahku adalah kau Rose."
Rose hanya bisa tersenyum kikuk dengan pandangan mata ke arah ujung jari kakinya, tidak berani menatap laki-laki yang entah mengapa terlihat sexy dan tampan saat ini. Gosh, seingat Rose pertemuan pertama mereka Jimin terlihat begitu imut dengan baju musim dinginya. Tapi lihatlah sosok pemuda yang duduk didepannya. Benar-benar sebauh kombinasi yang luar biasa. Imut dan sexy.
Bagus Rose, otak mu mulai rusak. Tapi mau bagaimana? Manusia itu sudah diciptakan sesempurna ini. Ingat juga kalau Rose adalah gadis normal, dan ia sudah menjerit dalam hati karena, betapa tampannya diaa!!
Melihat Rose yang diam seolah kehabisan topik, lantas Jimin pergi ke kamarnya lalu kembali dengan pakaian yang sudah diganti menjadi sweater hitam dengan coat hitam. Ah jangan lupakan tatanan rambutnya yang terlihat cute dari pada yang sebelumnya. Ekhem, yang tadi kelihatan baddas.
Rose menyrengit heran dan bertanya,"Mau kemana kau? Sudah ingin pergi lagi?"
Jimin terkikik geli mendengar Rose yang bertanya seperti ibunya. "Temani aku jalan-jalan. Yah, supaya aku bisa menghafal tempat-tempat disini. Kau tau semacam tour dan Rose adalah tour guide nya!"
"Kenapa harus aku?" Tanya Rose polos.
"Karena cuman kau yang aku kenal. Ayolah, oh apa kau tidak mau? Kalau begitu jangan temui aku lagi-"
"-Ya! Kau ini bicara apa sih!? Kita kan baru 2 kali bertemu tetapi kau bertingkah seolah sudah berteman lama dengan ku." Rose mencebik kesal dan menatap Jimin yang ber-ekspresi sedih yang dibuat-buat."Hhh, tunggu sebentar. Aku akan mengambil syal ku dulu sekaligus minta izin pada ibu. Bibi Yoona aku pergi dulu yah!"
Seru Rose yang dibalas Nyonya Park dengan 'oke! Bersenang-senanglah dengan Jimin!' dan hal itu berhasil membuat Rose sedikit...malu?Entahlah. Dia merasa seolah baru saja mendapat izin berkencan. Seriously Rose? yang benar saja, apa-apaan dengan gadis ini.
Jimin terkekeh pelan mendengar kalimat Nyonya Park dan hal itu berhasil membuat kadar ketampanan nya bertambah. Pipi Rose bersemu merah, dia memutuskan untuk segera pergi dari sini sebelum dirinya menerjang Jimin. Bahaya.
Ckckck, Jimin memang seseorang yang menawan sehingga membuat anak gadis seperti Rose mulai suka padanya. Eh, suka? Hmm kurasa, Rose mungkin masih belum menyadari nya.
Well, Kita lihat saja nanti :)
❄❄❄
"Kenapa berhenti disini?"
Tanya Rose dengan kedua tangan yang saling bergesek untuk mencari kehangatan."Cuaca semakin dingin. Kurasa segelas kopi tidak akan terlalu buruk untuk kita. Benar kan?"
Jimin melirik Rose sekilas lalu berjalan masuk kedalam kafe yang bertuliskan 'Leetuk's Cafe'."Ah sial. Pasti paman akan bertanya-tanya yang aneh tentang kami."
Gumam Rose sambil mengikuti Jimin dari belakang.Setelah berkeliling ke tempat-tempat yang menurut Rose penting, lantas Jimin membawa dia ke sebuah kafe yang tidak lain adalah milik pamannya. Astaga, bisa-bisanya dia memilih kafe paman Leeteuk. Sungguh tidak dapat ditebak oleh otak Rose sama sekali.
Kring!
Masih sama nuansa nya ketika Rose masuk, aroma kafein masuk ke hidung Rose, ditambah lantunan musik Blue tahun 80-an yang menari-nari ditelinga para pendengar, termasuk kedua insan itu.
Jimin menghampiri seorang pria yang berparas tampan dengan rahang tajam. Rose bersembunyi dibelakang Jimin atau lebih tepatnya menghindari si paman yang sangat protective mengalahkan mama.
"Permisi, aku ingin pesan latte macchiato--" Jimin menjeda kalimatnya lalu berbalik menatap Rose,"--Kau ingin kopi rasa apa?"
Rose tersentak kaget, matanya melirik seseorang yang sudah memperhatikan dirinya dengan curiga. Oh gawat! "Matcha green tea latte, eum aku akan cari tempat duduk." Baru saja Rose berbalik pergi seseorang sudah menghentikan pergerakan nya.
"Siapa pemuda ini Rose?"
Sedangkan Jimin hanya bisa bungkam dengan penuh kebingungan. Apa yang terjadi? Kenapa pria didepannya terlihat seperti mengenal Rose? Atau memang benar?
Rose berbalik pelan-pelan dengan cengiran lebarnya."Hehe, diaaa eeee itu teman. Ya teman! Teman ku." Jawab Rose sedikit gugup.
Leeteuk hanya ber'o'riah sebelum menulis pesanan kedua anak remaja tersebut. Detik kemudian Leeteuk pergi tanpa berbicara apapun lagi sehingga membuat Rose sedikit tidak mengerti dengan sifat paman nya saat ini. Tidak biasanya paman Leeteuk seperti itu jika mengetahui Rose dekat dengan anak laki-laki.
"Hei, ayo duduk." Jimin menarik tangan Rose ke salah satu meja yang dipojok lalu menempatinya.
Rose terus saja memperhatikan paman Leeteuk yang juga tiba-tiba menatapnya dengan tatapan penuh peringatan. Ah, tidak. Masih sama. Batin Rose. Tentu saja paman Leeteuk mencurigai Jimin karena dilihat dari manapun baru kali ini Rose membawa seorang 'teman laki-laki' dihadapan nya.
"Kau kenal pria itu?"
Rose menatap Jimin yang sedang menatapnya lalu berbisik,"Pamanku."
"Ooh. Tapi, dia kelihatan tidak suka dengan ku. Ahahaha, paman mu itu pasti orang yang sangat posesif ternyata."
"Ya, ya! Diam. Kau bisa membuat dia kemari."
Jimin mengangkat dagunya sekilas lalu berkata."Memang, coba lihat siapa yang berjalan ke meja kita."
Belum sempat Rose menoleh, seseorang sudah datang tepat disisi kiri Rose. Paman Leeteuk meletakkan latte macchiato dan juga segelas matcha green tea latte dimeja lalu berkata dengan nada yang ramah.
Sangat ramah...
"Selamat menikmati."
Lagipula sejak kapan paman Leeteuk melayani pelanggan? Bukankah selama ini dia hanya duduk didalam kantor dan memerintah sebagaimana posisinya?[]
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
- 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑.
Short Story【た嵐恩】 ❝𝐖𝐡𝐞𝐧 𝐰𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 𝐜𝐡𝐨𝐬𝐞 𝐰𝐡𝐨 𝐢𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐭𝐫𝐮𝐞 𝐦𝐚𝐭𝐞. ❞ Summary; | 𝘙𝘰𝘴𝘦 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘪𝘮 𝘱𝘢𝘯𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘮𝘶𝘴𝘪𝘮 𝘥𝘪𝘯...