LIW 1: "First Meet..."

8K 656 143
                                    

2 Desember 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 Desember 2018

Dingin nya menusuk, bahkan jaket pemberian mama tidak cukup untuk membuat tubuh Rose tetap hangat. Kulit putih milik Rose rasanya sudah seperti permukaan es batu, bagai sungai han yang sudah membeku.

Namun, bintang-bintang dilangit ditambah lampu-lampu kota pada malam hari merupakan pemandangan cantik bagi Rose; membuat dia tetap ingin berdiam diri di sini. Sudah 14 bulan, Rose mendekap di rumah tanpa melihat dunia luar. Keadaan Rose mulai membaik semenjak saat itu.

Rose tidak menyangka jika musim dingin telah tiba, berarti dia melewatkan musim-musim sebelum nya. Apa Rose harus menyesal? Well, dia rasa tidak. Lagipula ini keputusannya untuk mengurung diri di rumah hingga 14 bulan. Terakhir kali Rose keluar rumah, adalah saat musim panas.

Hebat sekali gadis itu bisa bertahan.

"Ssh dingin!" Rose memekik sambil merapatkan jaket tebalnya. Sialan, ini tidak membantu sama sekali. Dia justru semakin mengigil menahan udara dingin.

"Kalau dingin kenapa tidak pulang ke rumah dan menghangatkan diri nona? Ngomong-ngomong merry Christmas~"

Rose memalingkan tatapan nya ke arah seorang pemuda yang mengenakan syal biru. Hei, ada pemuda tampan di sini. Pikir Rose.Pemuda bersyal biru berjalan mendekat ke arah Rose dengan kedua tangan di saku jaket nya.

Rose menggeser tubuhnya ke kanan mempersilakan pemuda itu duduk di sampingnya.

"Merry Christmas too. Hanya jalan-jalan. Kau sendiri sedang apa?" Tanya Rose kembali.

"Sebelum itu, perkenalkan aku Jimin." Jimin mengulurkan tangan kanannya yang dibalas dengan ramah oleh Rose, "aku sedang menunggu seorang teman di sini."

Rose mengangguk mengerti, ternyata dia tidak sendiri. Ada lagi orang nekad seperti dirinya yang duduk di pinggiran sungai han, yang bahkan sudah membeku sebagian. Orang menyebutnya 'cari mati'.

Detik kemudian tidak ada yang bicara. Mereka berdua larut dalam suasana malam winter. Rose menatap butiran salju yang mulai turun dari langit, senyuman lebar merekah di wajah manisnya. Salju setelah sekian lama, batin Rose bermonolog. Rose sangat bahagia saat melihat betapa indahnya benda putih dan dingin itu melayang lambat dan menyentuh telapak tangannya.

Diam-diam, Jimin melirik Rose dari sudut matanya. Tanpa dia sadari dirinya terpaku akan kecantikan yang dimiliki Rose. Manis dan cantik, batin Jimin. Pemuda itu ikut tersenyum sambil menggosok kedua tangannya, mencari kehangatan.

"Berapa umurmu?"

Rose menatap Jimin, "Apa?" Tanya Jimin memastikan.

"Berapa umur mu Jimin? Jika kau lebih tua dariku maka aku akan memanggilmu oppa," Jelas Rose dengan wajah yang terkesan polos dimata Jimin.

Mendengar hal itu lantas Jimin tertawa renyah, dan tawanya berhasil membuat Rose merasa gemas. Oh boy,lihatlah pipinya yang chubby itu, bisakah rose mencubit kedua gumpalan menggemaskan tersebut?

"Umur ku 17 tahun, kalau kau?"

"Ah, umur ku 16 tahun..." Jujur Rose tidak yakin dengan apa yang dikatakannya saat ini. Rose lupa umur nya berapa. Gosh! Rose rasa mengurung diri dirumah bisa membuat otak seseorang terganggu.

Jimin mengangguk lalu mengamati sekeliling, mencari teman yang sempat disebutkan nya tadi. Ia tidak ingin berlama-lama, karena Jimin tidak mau terlambat ke pesta Taehyung.

"Oi, Jimin!"
Yoongi berseru dari jauh dan melambaikan tangannya ke arah Jimin.

"Yoongi, " Gumam Jimin setelah mendapati orang yang ditunggu nya muncul juga.

Rose memutar tubuhnya dan menatap Yoongi dan Jimin bergantian.

"Emm Rose, kurasa aku harus pergi. Senang bisa berbincang-bincang dengan mu walau hanya sebentar."
Jimin memegang pundak Rose dan melemparkan senyuman sekilas, lalu pergi meninggalkan Rose sendirian.

"Sampai bertemu nanti."
Rose kembali memfokuskan diri menatap sungai han tanpa memperhatikan kepergian Jimin dan Yoongi.

Salju di jalan semakin menebal, Rose memutuskan untuk pulang dan menyudahi jalan-jalan malam ini. Rose beranjak dari bangku dan pergi.

Setiap kali dia melangkah, Rose meninggalkan jejak kaki di salju. Rose berinisiatif untuk membuat coklat panas dan menghangatkan diri di perapian nanti saat tiba di rumah.

Rose tau dia akan mendapatkan masalah jika dia membuat suara nyaring di rumah. Karena ada sang ibu yang siap kapan saja untuk menceramahi dan menghukum Rose gara-gara keluar dari rumah tanpa meminta izin. Akan tetapi, Rose tau meminta izin juga tidak ada gunanya sebab ibu Rose adalah orang yang overprotective.

Jadi, mari pulang ke rumah secara diam-diam dan jangan sampai ketahuan.

By the way, Rose jadi kepikiran dengan pemuda berpipi chubby yang baru bertemu dengannya tadi. Entah mengapa saat duduk bersebelahan dengan Jimin, Rose merasa nyaman. Bahkan saat Jimin pergi, Rose tanpa sebab merasa kecewa.

She just wants Jimin to stay.

Heol, padahal mereka tak hanya sekedar stranger yang bertemu secara tidak sengaja di sekitaran sungai han.

"Jimin yah..." Rose tersenyum mengingat betapa hangat nya tangan pemuda itu dengan tatapan tak terbaca ke arah telapak tangannya.

"Semoga kita bertemu lagi Jimin."
Rose mengangkat kepalanya, menatap bintang-bintang dilangit yang sangat indah.

"Semoga....."[]

TBC

- 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐈𝐍 𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang