Kisahku dengan Farid yang sudah berjalan lebih dari satu tahun ini, bahkan tidak meninggalkan kesan indah pada akhirnya.
Aku bangkit dari kasur menyibak selimut yang sedari malam tadi mencoba menghangatkanku.
Aku tidak sedang ditinggal mati atau sekarat! Aku hanya ditinggal selingkuh lelaki yang hatinya sudah tidak menjadi miliku selama beberapa bulan ini.
Sedih, iya! Sakit? Pasti. Tapi hidupku bukan berarti berhenti sampai di sini kan?
Aku tersenyum getir menatap pantulan diriku di depan cermin, wajah kusut berantakan, mata sembab kemerahan.
"Akhhh, cukup! Aku harus bangun, nggak boleh terus-terusan terpuruk kaya gini!" Aku mengambil handuk dan segera melangkah ke kamar mandi untuk berendam di bath-up.
Kringggg!!
Belum ada lima menit aku memanjakan diri dengan air hangat lengkap bersama wangi wangian aromateraphy, tiba-tiba handphone-ku berbunyi.
“Hallo! Eh gila kamu Ris, aku kira mati bunuh diri gara-gara diputusin Farid!” Spontan aku menjauhkan handphone saat suara yang tidak asing menggelegar persis kaya ledakan gas menembus gendang telinga!
"Pelan aja woyy! Masih pagi juga, kamu mau mecahin gendang telingaku?!" Jawabku ketus.
“Syukur deh kalo kamu lagi nggak ada rencana buat mati, aku masih butuh banyak banget bantuan dari kamu Ris.” Nian cekikikan di balik telepon.
"Dasar! Ada apaan pagi-pagi udah ngajak mikir?!"
“Gini Ris, kamu mending cepetan mandi, siap-siap tolong temenin gue ke cafe kenanga, aku mau ketemu temen lama. Dia baru dateng dari Batam hari ini. Ya temenin ya! Please,” Ujar Nian dengan nada memohon.
"Ganggu aja, aku nggak bisa, lagi males keluar rumah!"
“Aduh tolong lah Ris. Emang nggak kasian apa, temen kamu satu ini kemana -mana selalu sendiri udah kaya pendekar!”
"Lebay banget! Ya udah tapi kamu yang jemput aku ya. Males bawa mobil sendiri!
“Siap bos!” Jawab Nian yang langsung mengakhiri sambungan telepon.
***
"Temen kamu di meja nomor berapa Ni?” Tanyaku saat kami sudah turun dari mobil.
"Tadi sih bilang di meja nomer dua Ris, cari aja yuk!" Nian menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya, melewati kerumunan orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sekadar duduk-duduk, bersenda gurau dengan teman-temannya dan lain sebagainya.
"Haii!" Suara seorang perempuan menginterupsi kami untuk menoleh ke arah sumber suara.
"Vivian!" Nian bersorak kegirangan,
"Itu Ris temenku ayo kita kesana." Lagi-lagi Nian menarik tanganku agar mengikutinya. Dia pikir aku nggak bisa jalan sendiri apa!
"Vivian! Ya ampun, aku kangen banget sama kamu." Ujar Nian sembari memeluk erat temannya itu.
Hemm... tuh kan heboh sendiri!!
"Aku juga kangen banget sama kamu Ni," Jawab teman Nian yang tidak salah namanya Vivian itu, dengan sama girangnya.
"Oh iya kenalin Vi, ini temanku Maristia panggil aja Maris apa kalau nggak Ristia."
"Maris!" Aku mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri yang kemudian disambut olehnya.
"Vivian," Jawabnya dengan senyum yang menampilkan lesung pipi manisnya.
"Oh ya Vi, kamu katanya kesini nggak sendiri, mana temen kamu? Cewek apa cowok?" Celetuk Nian.
"Sori Vi, kamu kelamaan ya nunggunya?" Sontak kita bertiga menoleh ke arah suara bariton di belakang.
"Nggak kok, baru aja aku sama temen-temen ngumpul. Oh ya Ris, Ni, kenalin ini Arbi temen aku. Dia juga yang nganterin aku pulang ke Jakarta." Aku menoleh ke arahnya. Tepat pada matanya yang juga menatap ke arahku.
"Kamu?!" Ucapku lirih, tubuhku bergetar hebat, bahkan mendadak luluh lantah hanya karna menatap manik matanya.
_____________
Yang mau download Ebook bisa langsung Klik link di bio ya😙😙

KAMU SEDANG MEMBACA
In Fine Wedding
عاطفية[READY EBOOK😍] Ini tentang masa lalu, yang sempat kau tolak takdirnya bersamamu. Ini tentang kesalahanmu, memilih yang tidak pasti padahal itu bukan yang seharusnya denganmu. Karna jodoh tak pernah salah tempat, apalagi keliru alamat. Sejauh apapun...