Resmi, Sah!

25.7K 1K 4
                                        

Arbi

Setelah berhari-hari melewati seluruh rangkaian adat jawa sebelum pernikahan, pagi ini adalah hari dimana aku dan Maris akan melaksanakan prosesi akad nikah.

Keluarga besar memang sepakat untuk menggelar prosesi adat jawa. Perasaan deg-degan jelas terasa.

Aku berkali-kali keluar masuk kamar mandi mencuci muka untuk mencoba meredakan kegugupan.

"Siap Bro?" Tanya Romi sembari menepuk bahuku.

"Bismillah aja deh gue," Jawabku pasrah.

"Semangat bro, jangan salah pas ngucapin lafal ijab qobulnya."

"Iya iya."

....."Aku mau besok kalo kita nikah kamu ngucapin lafal ijabnya harus lancar, satu tarikan nafas." Ucap Maris sambil tertawa.

"Kalo gak bisa gimana?" Ujarku mencoba menggoda.

"Ya harus bisa dong, makannya belajar mulai sekarang." Katanya.

"Iya deh, gampang besok. Masih lama juga nikahnya." Jawabku cuek.....

Tidak terasa, hari ini adalah hari pernikahanku dengan Maris, Aku segera menuju ke ruang ijab qabul.

Disana sudah banyak keluarga yang berkumpul termasuk kedua orangtuaku dan kedua orang tua Maris. Aku duduk di depan penghulu.

Dengan mantab dan penuh percaya diri aku mengucapkan lafal ijab qabul di depan penghulu, para orangtua kami dan tamu-tamu dengan satu tarikan nafas.

Aku berhasil mewujudkan impian sederhana Maris. Akhirnya kami Sah!!

Tidak lama kemudian, Maris duduk di sampingku. Cantik banget, dengan balutan gaun kebaya putih yang berekor cukup panjang, juga Sanggul sederhana yang menambah kesan anggunnya.

Aku menatap Maris, diikuti dia yang juga menatapku, dengan ragu dia mengulurkan tangannya, setelah bersalaman aku memberikan diri mencium keningnya.

Dia tidak merespon namun terlihat jelas wajahnya memerah. Para tamu bersorak-sorak memggoda kami yang masih sama-sama canggung.

Malam menjelang, setelah melewati rangkaian acara yang cukup panjang, dengan menyalami banyak sekali tamu yang hadir di resepsi. Tiba saatnya kami istirahat.

"Arbi, Maris mana?" Tanya tante Laria yang sekarang resmi menjadi mama mertuaku.

"Sudah masuk kamar ma, kayaknya mandi." Jawabku, padahal sebenarnya aku juga sedang bertanya-tanya dia kemana.

"Ya sudah kamu juga masuk kamar sana, kamar maris ada di lantai dua paling pojok. Langsung mandi dan istirahat, kalo capek nggak usah anu-anu dulu, Maris kalo kecapekan suka gampang emosi hhe.." Jelas mama dengan nada menggoda.

"Mama bisa aja, ya udah aku masuk dulu ya. Selamat istirahat ma," Pamitku sembari melangkah ke arah kamar.

Perlahan aku membuka pintu, kamar Maris didominasi warna pink dan putih. Ahh cewek banget!

Aku mendekat ke arah ranjang, ku dapati Maris yang sudah terlelap lengkap dengan baju tidur panjangnya, dia tidur dengan posisi miring dan menumpuk bantal guling di sampingnya. Aku yakin maksud dia sebagai pembatas tidurku dan tidurnya.

Aku beranjak menuju kamar mandi. Sama seperti ruang kamarnya, nuansa di dalam kamar mandi tidak jauh-jauh dari warna pink, setelah mandi aku segera beranjak keluar untuk merebahkan diri.

Hampir setengah jam aku memaksa mataku agar segera terpejam, namun nihil aku sama sekali tidak mengantuk. Karna bosan aku memilih untuk melihat-lihat ruang kamar Maris.

In Fine WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang