"Lu kenapa Ris pagi-pagi tuh muka udah ditekuk aja, yang semangat dong loyo banget!" Suara Nian nyerocos pagi-pagi hampir merusak pendengaran.
"Gapapa, lagi bete!" Jawabku.
"Ihh cerita dong sama aku."
"Biasa lah Ni, para mama-mama aku dari awal nikah sampe sekarang nagih cucu mulu!" Ucapku jujur.
"Yah kalo itu mah aku nggak bisa bantu. Tergantung usaha kamu sama Arbi. Eh bentar, emang Arbi gimana kalo di ranjang. Hot nggak??" Tanya Nian setengah berbisik membuatku hampir tersedak ludah sendiri.
"Apaan sih, pertanyaannya gak ada yang lain apa?" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya elah nanya doang, tapi kalo dilihat-lihat dia itu hot dan seksi gitu!" Seru Nian membuat wajahku sontak memanas.
"Udahlah diem!" Aku melempar pensil ke arahnya.
"Jangan-jangan kalian belum ngapa-ngapain ya??" Tanyanya tiba-tiba.
"Hhe emang belum," Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Ya ampun! Gimana mau dapet anak kalo usaha aja belum!"
"Ya gimana, dia juga nggak pernah ngajak bikin. Atau paling nggak kasih kode gitu, masa aku duluan yang ngajak kan nggak mungkin!" Ujarku menahan malu.
"Aduh parah nih, udah suami istri aja gengsinya kaya ABG lagi cinta monyet!" Celetuk Nian.
***
Malam harinya, aku baru keluar kantor tepat jam sembilan malam, karna tiba-tiba ada meeting mendadak yang tidak bisa ditunda.
Suasana kantor sudah sangat sepi, hanya ada beberapa satpam yang lalu lalang menjaga di depan gerbang,
"Udah mau pulang bu?" Tanya pak Nano.
"Iya pak, ini baru mau ambil mobil," Jawabku sambil berjalan menuju parkiran.
Namun sebelum masuk mobil, mataku tertuju pada ban mobil, yang kanan kemps-pes! Bener-bener gak ada anginnya sama sekali.
"Pak Nano, bisa bantu saya?" Tanyaku sembari berjalan cepat ke arah Pak Nano.
"Ada apa bu?"
"Itu pak kayaknya ban mobil saya kempes, bisa tolong di cek?"
"Oh ya, wah ini bocor bu. Cukup besar bocornya." Jawab pak Nano setelah meneliti ban mobilku.
"Waduh gimana dong, Nian udah pulang lagi!" Gerutuku, aku bingung harus pulang naik apa. Jam segitu nyari taksi udah susah banget, mana kepalaku pusing lagi.
***
Arbi
Aku tidak bisa tidur malam ini, Maris sampai jam sepuluh belum juga sampai rumah.
Beberapa kali ku telfon tapi tidak diangkat, baru aku mau mencoba menelfon lagi satu panggilan dari nomor yang tidak ku kenal tiba-tiba masuk.
"Halo?" Sapaku.
"Halo Bi, ini aku Maris." Jawabnya.
"Maris kamu tuh kemana aja? Ini udah jam sepuluh. Nomor siapa yang kamu pake?" Tanyaku penasaran.
"Aduh nanyanya ntar aja deh, sekarang mending jemput aku dulu di kantor, cepetan kepala ku udah pusing banget!" Jawab Maris sembari memutus sambungan telfonnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
In Fine Wedding
Romansa[READY EBOOK😍] Ini tentang masa lalu, yang sempat kau tolak takdirnya bersamamu. Ini tentang kesalahanmu, memilih yang tidak pasti padahal itu bukan yang seharusnya denganmu. Karna jodoh tak pernah salah tempat, apalagi keliru alamat. Sejauh apapun...